Saat ingin dijodohkan dengan dia yang punya segalanya, Allah justru memberikan yang lebih baik dan lebih segalanya. Saat hati berkata ingin, Allah berkata nanti, dan saat hati berkata nanti. Dia berkata, sekarang sudah masanya, jemputlah bahagia dengan dia yang akan jadi nahkoda terbaik untuk-mu menuju surga.
-Kau, Imam Terbaik-
***
"Din?" Itu Fandy. Lelaki itu tiba-tiba menyahuti Adinda, membuat niat gadis itu pulang kembali urung.
Adinda menoleh pada Fandy, menatapnya. Pada lelaki yang selalu membuat kebingungan dalam hidupnya. "Iya, ada apa?"
"Gue mau ngomong, sekarang." Fandy berkata tegas. Dafid yang berada di sampingnya mengerutkan dahi.
"Ngomong?" Adinda mengulangi, masih terlihat tidak paham. "Ya-Yaudah ngomong aja, Kak. Ada apa?"
"Gue pengen lamar lo besok, boleh?"
Pupil mata Adinda melebar, mendengar penuturan Fandy barusan. Apa dia salah dengar? Lelaki itu sedikit aneh.
Sementara, di sisi lain. Dafid dan Lia yang menyaksikan pun terlihat mengeluarkan raut wajah yang sama. Bahkan, mereka tampaknya lebih terkejut atas penuturan tiba-tiba Fandy.
"Kak, maksudnya apa sih? Tiba-tiba gini." Lia menyahuti, mencoba mengerti Fandy. Namun, lelaki itu sama sekali tidak menghiraukannya.
"Lo apa-apaan sih? Ngikutin gue lo ya?" Juga, Dafid ikut bersuara, "Nanti pasti bilang, ini akting juga yekan?" Dia menuduh asal, membuat Fandy menoleh padanya dengan tatapan tajam.
"Gue gak lagi bercanda, gue serius. Ngapain harus bercanda untuk hal kayak gini?" Perkataan Fandy menohok hati Dafid. Lalu, dia beralih pada Adinda yang sampai saat ini tidak berbicara satu kata pun. "Din, lo belum jawab?" desaknya.
"Kak Fandy, aku....," ucapan Adinda terhenti ketika merasakan sakit di bagian kepalanya, penglihatan gadis itu juga sedikit buram.
Entahlah, mungkin terlalu banyak hal yang membuat pusing hari ini hingga gadis itu kualahan dalam menampung segalanya.
Semakin lama, pandangan mata Adinda semakin tidak jelas begitu juga dengan rasa pusing yang kian hebat. Dia memegang bagian kepala yang terasa sangat sakit sedang kedua matanya tertutup rapat.
Hingga...
Bruk!
"DINDA!"
Adinda kehilangan kesadaran, tubuhnya langsung tumbang menyentuh lantai rumah Dafid yang dingin, menciptakan kekhawatiran dari semua orang. Tak terkcuali, Fandy yang kini merasa bersalah.
Apa sekarang dia pantas disebut sebagai orang jahat dan egois?
Bersambung....
Bismillah, halow👋
Mungkin ada diantara kalian yang bertanya-tanya, kenapa cerita ini sempat di unpublis? Hehe karna kemarin aku lagi perbaikin Novel ini:)
Dan inilah dia hehe, setelah diperbaiki/direvisi/dirombak (lagi) mungkin nih ya! Alur dan cara penulisannya udah bagus, hehe...
So, bagi kalian yang mau baca ulang kuyy! Dan untuk pembaca baru jangan lupa Follow akun aku dan tambah di Reading list ya cerita ini😉😂
Okey.. See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau, Imam Terbaik (re-published)
Spiritual[Romance - Spiritual] Adinda sama sekali tidak menyangka jika pertemuan dengan Fandy, seorang lelaki yang selalu mengatakan jika mereka sudah mengenal cukup lama membawa cerita tersendiri di kemudian hari. Membawa sedikit rasa itu terpaksa ada di ha...