06 - Tidak Berubah

328 29 0
                                    

Dia masih tetap sama tidak berubah sejak bertemu terakhir kalinya. Namun, aku pun masih tetap setia untuk berpura-pura.

Fandy Syauqi Ardavan

•••

"Rania!" teriak Adinda, berusaha menggapai Rania yang berjalan sedikit cepat di koridor kampusnya. Terlihat, sahabatnya itu menoleh.

"Dinda? Kenapa?"

"Lihat Lia gak? Dari pagi gak ketemu soalnya," tanya Adinda, to the point. Rania tampak berpikir sejenak.

"Mungkin udah masuk duluan, Din," imbuh Rania, Adinda mengangguk-anggukkan kepala mengerti.

Dari kejauhan, keduanya bisa melihat Dafid dan juga Fandy yang terlihat melangkah menuju mereka. Benar saja, tidak lama dua cowok itu langsung benar-benar berhenti tepat di hadapan Adinda dan Rania, membuat mereka sedikit menundukkan kepala.

"Mau kemana?" tanya Dafid dengan seulas senyum.

"Mau cari Lia. Emang kenapa?" Adinda balik bertanya, membuat Dafid menyengir.

"Ya, kagak apa-apa sih. Nanya doang."

Adinda ber-oh singkat.

"Btw, makasih udah nolongin gue kemarin, ya," sahut Fandy tiba-tiba, mengalihkan semua pandangan tiga manusia di depannya. Tak terkecuali Adinda yang kini tersenyum hangat.

"Iya, Kak. Sama-sama. Santai aja kok."

"Emang nolongin apa?" tanya Dafid, Fandy langsung menatapnya.

"Ya kemarin gue ditolongin sama dia. Gak jelas apa?"

"Iya tahu! Maksudnya nolongin apaan, bambang? Lo ditanya apa, dijawab apa," sarkas Dafid setelah memukul pelan lengan Fandy. Rania menahan tawa karenanya.

"Gak papa, kepo banget lu. Udah yuk kelas," kata Fandy, tak memerdulikan tatapan Dafid yang tajam. "Kalau gitu kita duluan," lanjutnya.

Setelah mendapat anggukan dari Rania dan Adinda, Fandy langsung saja melenggang pergi dari sana.

"Yee main tinggal-tinggal aja tuh anak, tungguin gue elahh!" Jeda sekian detik, Dafid menatap Adinda. "Din, Ran, gue nyusul dulu ya. See you."

Tanpa menunggu jawaban, Dafid langsung melangkah menyusul Fandy yang perlahan hilang dari pandangan.

Adinda dan Rania hanya memperhatikan. Hingga beberapa saat, Rania menoleh pada Adinda. Bermaksud mencari jawaban.

"Emang kemarin Kak Fandy kenapa?" tanyanya. Adinda menatapnya.

"Kenapa apanya?"

Rania menghela napas pelan. "Kan dia bilang kamu nolongin dia, emangnya Kak Fandy kenapa?"

"Ohh, tadi kemarin pas aku pergi ke supermarket, aku ketemu Kak Fandy disana. Mukanya lebam, kayaknya habis brantem deh," jelas Adinda, membuat Rania mengangguk.

Ingin sebenarnya menceritakan lebih detail. Namun, entah kenapa ia pun sedikit takut Rania berpikir yang tidak-tidak.

***

Adinda, Rania, dan Lia menuju kantin kampus setelah keluar dari kelas siang yang diikuti hari ini. Setelah sampai, mereka langsung mencari tempat untuk duduk. Namun, pandangan mata Adinda langsung tertuju pada Dafid yang tengah melambai-lambaikan tangan dari arah depan.

"Ke sana yuk? Soalnya itu ada Dafid sama Kak Fandy juga nawarin kursi," ajak Adinda. Rania dan Lia saling pandang sejenak, sampai akhirnya mengangguk. Mengikuti langkah Adinda yang mendekat ke arah dua lelaki yang juga sangat Lia kenali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kau, Imam Terbaik (re-published)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang