03 - Rumah Keluarga Fandy

472 34 0
                                    

Coba pandang sejenak masa lalumu mungkin kamu akan mengingat bahwa dulu ada hal yang pernah menjadi satu dan kesatuan dalam hidupmu, salah satunya aku.”

~ Fandy Syauqi Ardavan

Happy Reading🍒

***

"Aduh, ya Allah." Adinda mendaratkan punggungnya pada sandaran sofa, bersantai di ruang tengah sembari menonton acara kesukaan di televisi, meski sesekali dia membuka ponsel untuk mengecek sesuatu yang sebenarnya tidak benar-benar penting. Gadis berusia 19 tahun itu baru kembali dari kampus beberapa waktu lalu dan sudah makan tentu saja.

Kini, gilirannya untuk mengistirahatkan tubuh serta otak yang telah dibuat lelah oleh kegiatan dan tugas dari universitasnya.

"Assalamualaikum, Andi pulang..."

Suara seorang dari arah pintu utama mengusik pendengaran Adinda, membuat gadis itu spontan menoleh dengan gerakan kilat.

"Wa'alaikumussalam." Farida yang baru datang dari dapur menjawab salam Andi diikuti oleh Adinda. "Lho, Nak, tumben cepat pulang. Abi sama Andan mana?" tanya Farida sambil tersenyum manis ke arah Andi.

"Masih di kantor, Mi. Andi pulang agak cepet soalnya kerjaan Andi udah beres dari tadi," jelas Andi dan langsung dijawab anggukan oleh Farida.

"Yaudah sana ganti baju dulu, terus nanti langsung makan, kebetulan Ummi udah masak tadi."

"Siap Ummi," jawab Andi dengan semangat lalu berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Namun, sebelum itu ia iseng menghampiri Adinda terlebih dulu.

"Eehh, adik kakak yang paling cantik, udah nyantai aja nih," serunya, mencubit pipi adiknya itu.

"Kak Andi! Kebiasaan deh," gerutu Adinda, mengelus pipi kanannya yang baru saja dicubit oleh Andi.

"Wkwk galak banget. Canda, Dek." Setelah mengatakan itu, dengan seenak jidat Andi langsung pergi begitu saja meninggalkan Adinda yang tampak cemberut.

Menyisakan Farida yang kini hanya tertawa sejenak melihat kelakuan anak-anaknya.

"Dinda, bisa tolong Ummi gak?" pintanya setelah meredakan tawa. Adinda yang semula fokus pada Andi langsung menoleh menatap Uminya lalu berdiri, berjalan ke arah Farida.

"Bisa dong, Mi, mau minta tolong apa?"

Farida tersenyum. "Kamu tolong beliin Ummi bahan-bahan untuk buat kue ya? Bisa?"

"Ummi mau bikin kue?" tanya Adinda dengan mata berbinar. Perlu diketahui dia sangat menyukai segala macam kue, terutama bikinan Farida.

Dengan segera Farida mengangguk. "Iya. Makanya tolong bantu beli bahannya, ya? Soalnya ummi mau siapin makanan buat Andi sama beresin dapur juga."

"Boleh, sini Dinda beliin. Ummi di rumah aja," ucap Adinda, memperlihatkan deretan gigi putihnya. Farida kembali tersenyum lalu dengan segera merogoh saku gamis, mencari uang.

"Ini uangnya, Nak." Dia memberi Adinda dua lembar uang seratusan, gadis itu menerimanya.

"Siap Ummi cantik, kalau gitu Dinda pergi dulu ya. Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya. Nak," jawab Kadiya dan langsung dibalas angkatan jempol oleh Adinda.

***

Setelah beberapa saat perjalanan menggunakan mobil bersama Kamal--sopir pribadi keluarga, Adinda pun sampai di minimarket. Gadis itu langsung turun untuk membeli barang yang dipesan oleh Farida.

Kau, Imam Terbaik (re-published)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang