POV MARIO
Kepenatan menghampiri jiwaku saat ini. Setelah rapat Tahunan, tak kusangka Mommy memintaku menikahi anak relasi-nya yang aku tahu hamil di luar nikah demi kelangsungan bisnisnya. Namun, aku bukanlah pria yang gila akan harta. Aku menolak mentah-mentah permintaan Mommy yang terbilang gila itu dengan beralasan, aku tidak membutuhkan ke hadiran wanita.
Aku sudah bahagia dengan kehadiran Danish di kehidupanku saat ini. Anak itu saat ini menginjak usia 5 Tahun. Dia saat ini ada dimasa sangat-sangat aktif hingga membuatku kualahan. Suster yang baru beberapa bulan bahkan beberapa hari saja bahkan tidak kuat menghadapi kejailan anakku itu.
Mobil yang kukemudiakan perlahan berbelok memasuki perumahan di daerah Jakarta Selatan. Mataku mengeryit melihat siapa yang tengah duduk di depan pintu gerbang rumahku. Apakah dia orang yang mau melamar menjadi pembantu? Kuhentikan laju kendaraanku dan menurunkan kaca mobil.
"Woy! Buka gerbangnya!" teriakku. Dia nampak terbengong sebentar dan mendorong gerbang itu hingga terbuka lebar.
Kupijak pedal gas hingga mobilku melaju ke dalam. Setelah membanting pintu mobil, aku beranjak Ke dalam namun enggan masuk. Wanita itu masih saja berdiri di sana.
"Mau sampai kapan kau berdiri di situ? Masuk! Aku melangkah masuk tanpa menoleh lagi padanya.
Kujatuhkan bobotku di atas sofa. Kulepas jas dan melonggarkan dasiku lalu meletakkannya di sampingku.
Apakah dia niat atau tidak bekerja denganku? Matanya aku lihat, dia sedang memperhatikan rumahku dengan mata tak berkedip."Apakah kakimu tak pegal berdiri terus?" tanyaku. Sontak dia menatapku sekilas dan menunduk lagi.
'Dasar tidak sopan! Aku di sini, mengapa dia terus melihat kebawah? Apa di bawah ada bongkahan emas atau tumpukan uang hingga dia betah menundukan terus?' tanyaku dalam hati.
Tanpa aku suruh, dia sudah duduk dengan tangan yang memegangi amplop berwarna coklat muda yang kutaksir di dalamnya merupakan data-data yang di perlukan untuk melamar kerja.
"Apa itu CV?" tanyaku. Dia hanya mengguk pelan.
"Coba saya liat CV kamu?" Entah ada rasa ragu yang bisa kutangkap dari gerak-geriknya. Namun detik berikutnya, dia menyodorkan CV itu padaku.
Keterima dengan tangan terbuka. Lembar demi lembar kubaca dan membuatku tercengang. Kulirik dia sekilas dan membacanya ulang. Apa aku gak salah baca? Wanita ini lulusan terbaik di ITB dengan nilai paling tinggi yang aku tahu. Sumpah! Aku yang gila atau mataku yang mulai minus?
Bukan lukisan SD, SMP, maupun SMA/SMK, wanita yang kusepelekan di awal ternyata seorang sarjana
Management. Mengapa dia tidak kerja saja di perusahan? Apakah perusahaan tidak menerimanya dengan alasan pakainya yang terlihat seperti teroris atau Cross Hijabers. Aku jadi ngeri kalau mau menerimanya. Apakah dia tidak akan membawa bom masuk kerumahku dan meledakan seisi rumah dan membuat orang rumah mati karenanya?Ah ... Mario Alvero! Tenanglah. Jika wanita ini memang teroris, mengapa dia tidak mebawa tas? Atau jangan-jangan Bom itu dia ikat di tubuhnya seperti di berita-berita yang tersiar di televisi. Ih, ngeri. Wait! Tapi dari pandanganku yang lain, dia seorang wanita terpelajar. Pastinya dia bukan teroris, 'kan? Ah, membuatku pusing saja!
Oke, Mario. Kamu bisa. Kuhirup nafasku dalam-dalam. "Namira Aisyah Balqis. Lulusan Institut Teknologi Bandung. Bener?" Dia hanya bisa mengangguk.
Kututup CV itu dan meletakkannya di meja. "Kamu saya terima."
"Maksud, Tuan. Terima apa?" tanyanya. Entah apa dia tidak mengerti apa maksudku. Siapa Sebenarnya dia?
"Saya terima kamu menjadi pembantu saya. Mulai besok kau datanglah jam 08:00."
KAMU SEDANG MEMBACA
NIQOB-Pembantu Bergelar sarjana
Fantasy"Mendidik bukan selagi dia mulai beranjak dewasa. Namun pada masa usia emasnya, dia akan menjadi anak yang luar biasa."