Chapter 2| Keributan

547 62 9
                                    

Sesuai ucapan Nayra, Nandyra sudah berada di kantin saat ini. Bahkan sebelum bel istirahat berbunyi.

Bukan membolos, kelasnya sedang free dan sangat berisik. Nandyra memilih ke ruang OSIS dan mengecek beberapa dokumen persiapan pensi tahunan daripada berdiam diri di kelas yang hampir seperti pasar itu.

Nandyra tak berhenti mengumpati adiknya itu. Dirinya benar-benar bosan karna hp nya ada pada Nayra.

"Sialan, masih 10 menit lagi istirahatnya." gumamnya melihat jam yang melingkar di pergelangan kirinya.

Mengetuk meja dan sesekali melihat jam membuat Nandyra terlihat seperti orang bego tanpa tujuan.

Bosan hanya mengetuk meja, Nandyra memilih memesan jus pada salah satu stan yang ada di kantin.

"Bu, jus mangganya satu ya." pesannya pada pedagang di stan jus. "Oke, ditunggu ya." balasnya yang dibalas anggukan oleh Nandyra.

Setelah menunggu 3 menit jus itu sudah ada di tangan Nandyra. Selesai membayar Nandyra berniat mencari tempat duduk untuknya, namun sebelum ia menemukan meja seseorang yang entah sengaja atau tidak menabraknya yang menyebabkan seragam orang yang ditabrak terkena noda jus.

"Maaf, gue ngga sengaja." Nandyra mengambil tissue yang ada di saku almamaternya namun orang tersebut menahan tangannya.

"Akh!" rintih Nandyra saat Dina, orang yang ditabrak oleh Nandyra tiba-tiba melintir tangannya.

Tepat saat itu juga bel istirahat menggema di seluruh penjuru sekolah. Yang menyebabkan kedua rival itu menjadi tontonan siswa siswi yang ada di kantin.

Dina Arabella, siswi yang berpenampilan mencolok. Bahkan penampilannya tidak pantas bagi seorang siswi. Wajah yang putih, namun sangat berbeda dengan kulit tangannya. Bibir merah menyala seperti meminum darah, dan baju serta rok ketat yang mencetak tubuhnya. Selalu mencari masalah dengan kakak beradik Angkasa. Bahkan seantero sekolah tau bahwa Dina terobsesi untuk menyabet gelar most wanted girl, yang kini gelarnya di pegang oleh kedua putri Angkasa.

"Lo sengaja numpahin minum ke baju gue?" tanya Dina sembari melotot ke arah Nandyra yang membuatnya terlihat seperti nenek lampir.

"Nggak. ssh Gue nggak sengaja Din." jawab Nandyra yang sesekali meringis.

"Halah, nggak usah sok-sok lemah deh lo. Lo itu sama kayak adek lo yang berandal. Bisanya nyari sensasi doang." desisnya sembari memperkuat lintirannya pada tangan Nandyra.

Semua yang ada di kantin hanya diam menyaksikan. Menunggu sesuatu seru yang akan terjadi beberapa menit lagi.

"Orang kayak lo itu emang harus diberi pelajaran." ucap Dina tajam.

Plak!

"ssh.. " ringis Nandyra mencekal pipinya. Seisi kantin benar-benar hening melihat aksi nekat Dina yang benar-benar ingin mendekatkan maut kepadanya. Nandyra mengusap cairan kental nan pekat yang mengalir di ujung bibirnya.

Sial. Batin Nandyra, ini tidak akan baik.

"Kenapa lo diam?! Hah?! Nungguin adek lo dateng terus jadi pahlawan?! Cih, yang kakak itu lo apa Nayra sih, gue heran kenapa Nayra betah banget punya kakak lem--"

Bugh.

Makian Dina terhenti kala seseorang tiba-tiba melayangkan pukulan padanya.

"Masalah lo apa sih anjing?!" tanya Nayra tajam, setajam tatapannya pada Dina.

Dengan emosi yang memuncak Nayra menarik kerah Dina dan menyudutkannya pada dinding kantin.

"Gue akan sangat terima lo ngerendahin, bahkan nyakitin gue. Tapi gue nggak akan bisa diem kalau lo ngelukain seinci aja kakak gue." desisnya tajam lalu melayangkan satu pukulan pada Dina. Tidak keras, namun cukup sakit bagi perempuan seukuran Dina.

Possessive Sister [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang