05. Kebenaran (Zahra POV)

97 3 1
                                    

"Dirimu hanya memberi pilihan yang terdiri kebenaran yang pahit atau kebohongan yang sakit. Maka aku tak akan memilih diantaranya."
                            -
              [Annisa Azzahra]

                     🔹🔹🔹

"Aku tidak akan memilih diantaranya mas"

"Baiklah biar saya memberimu kebenaran yang pahit bagaimana?" Dia menuntunku duduk di kursi balkon kamar.

Mas zakih membawaku ke kamar saat dia menemuiku di dapur tadi dan mas zakih memberiku pilihan yang aneh.

"Terserah mas saja"

"Saya akan jujur bahwa memang saya memiliki wanita lain selain dirimu"

Aku tahu itu mas.

"Namanya sarah. dia pacarku dan kita sudah menjalin hubungan selama 3 tahun"

"Astagfiruallah mas, jadi kamu sama mbak sarah itu pacaran? Bukannya di dalam islam pacaran itu dilarang? Dosa mas dosa pacaran itu sama halnya dengan zi--

"Saya tidak menyuruhmu ceramah zahra! Jadi sekarang apa kamu setuju jika di poligami?"
Gertak mas zakih memotong ucapanku.

Nyesss.. hatiku nyeri.

"Istri mana yang rela di poligami mas? Tapi jika itu yang mas mau zahra ikhlas mas,Kebahagiaan suami sama saja kebahagiaan istri begitupun sebaliknya mas"
Ucapku tanpa jeda sedikitpun hatiku benar benar sakit.

Aku memalingkan wajahku karena air terjun meluncur begitu saja dibalik cadarku.

"Zahra permisi mas"

Aku beranjak pergi agar percakapan yang sukses membuat hatiku nyeri itu berhenti.

Terkadang aku merasa menjadi wanita paling kuat dan terkadang pula aku merasa menjadi wanita paling lemah.

Pergerakanku terhenti tiba tiba karena ada yang menghentikan langkahku.
Dan itu mas zakih, dia memegang tanganku.

Sebuah tangan beralih memegang bahuku dan memutarnya perlahan.
Hatiku bergemuruh ria menatap hazel indah suamiku.
Warnanya hitam pekat namun mengkilap.

Dia menarik tubuhku dan memeluknya.

Mas zakih memelukku?
Ya Allah terimakasih telah memberi mas zakih sedikit kelembutan untukku.

"Terimakasih istriku terimakasih"
MasyaAllah dia mengusap kepalaku.

"Sama sama mas"
Ucapku lirih seraya membalas pelukannya.

"Dirimu benar benar istri sholeha zahra. Namun maaf hatiku belum bisa memilihmu" ucapnya lirih namun bagian terakhirnya begitu menusuk.

"Tak apa mas. Cinta bisa hadir seiring berjalannya waktu"

"Aku tahu itu. Sebaiknya kita tidur sudah malam"

"Iya mas"
Aku dan mas zakih kembali kedalam kamar.
Seperti biasa aku tidur di kasur dan dia tidur di sofa.

Entah kapan ini semua berakhir.
Hanya Allah yang tahu dan ini semua kuserahkan padamu ya Allah.

Hanya kamu yang bisa memberi kebahagiaan dan kesakitan secara bersamaan di hidupku mas.
Hanya kamu.

                         ***
"Morning bunda ratu"

"Morning my boy, zak ga sekalian kasih ucapan buat istrimu"

Aku melirik sekilas kearah anak dan ibu yang notabenya suami dan mertuaku.

"Morning istri mas yang cantik"

IstigfarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang