BAB 3 : DEAL? DEAL!

33.9K 2.7K 18
                                    

Brigita segera membenahi dandanannya sebelum turun dari mobil. Sesekali dia menengok ke arah restoran di samping mobilnya untuk memastikan tamu yang paling istimewa baginya itu sudah datang. Dirasa sudah rapi, dia segera turun sambil menenteng tasnya. Dia menghamburkan pandangannya ke sekeliling restoran dan menemukan tamu itu ternyata duduk di koridor belakang restoran.

"Hai, Opa" sapanya sambil mendekati Pak Aswindo yang sedang mengamati langit siang

Pak Aswindo menoleh dan tersenyum lebar, "Sini duduk!" dia menyuruh cucunya itu duduk di depannya

Brigita menatap es teh manis di depannya itu dan langsung meneguknya untuk mengusir dahaga.

"Opa tumben banget minta ketemu Gita di tempat gaul begini sih?" canda Brigita  

"Ya kalau disini, aman. Nggak ada yang mau nguping"

Brigita tertawa mendengar jawaban Opanya. Sembari berbincang santai, Brigita dan Pak Aswindo makan siang. Pak Aswindo memang sangat menyayangi Brigita yang merupakan cucu keduanya. Meskipun Brigita memutuskan untuk tinggal di rumah sendiri dan memutus komunikasi dengan sebagian besar keluarganya, Pak Aswindo adalah orang yang paling tidak bisa dia abaikan. Apapun dan kapanpun Pak Aswindo meminta, Brigita akan selalu sigap muncul.

"Git, kamu ada rencana menikah?" tanya Pak Aswindo

Brigita menatap Pak Aswindo penuh senyum dan menggeleng, "Gita nggak percaya dengan pernikahan Opa"

"Kenapa nggak percaya? Masa orang kerja jadi Wedding Planner kok nggak percaya pernikahan"

"Ya justru karena Gita kerja beginian, Gita jadi nggak percaya. Buktinya masih lebih banyak jumlah perceraian daripada pernikahan. Gita aja sampai punya klien yang dua kali nikah, dan Gita yang tangani Opa" jelas Gita dengan semangat

Pak Aswindo tertawa dan mengelap sudut mulutnya, "Beda orang, beda cerita Gita. Lagian, kegagalan masa lalu cukup berhenti di masa lalu. Jangan  mematahkan kamu terlalu lama"

Brigita memaksakan senyumnya dan mengangguk

"Gita, Opa mau minta kamu melakukan sesuatu yang besar buat Opa. Harapan Opa, kamu mau melakukannya" 

Brigita mendongak menatap sepasang mata tua di depannya.

"Gita, nanti ada seseorang akan mencari kamu dan meminta bantuan kamu melakukan sesuatu untuknya. Tolong pertimbangkan, lebih bagus kalau kamu bisa mengambil keuntungan darinya. Sebisa dan semampu kamu bantu dia ya"

"Siapa, Opa?"

"Adalah. Kamu tunggu aja"

Kalimat Pak Aswindo berhasil membuat Brigita penasaran saat ini. Namun Pak Aswindo tidak lagi membahasnya dan mengalihkan pembicaraan. 

"Git, minggu depan ulangtahun Opa, kamu datang kan ke acara Opa?" tanya Pak Aswindo setelah mereka selesai makan siang

Brigita yang berjalan di samping Pak Aswindo menuju luar restoran terlihat bimbang menjawab. Setiap tahun, Pak Aswindo tidak pernah melewatkan untuk mengundang Brigita ke acara ulangtahunnya. Brigita selalu datang, hanya sekedar menyapa dan mengucapkan selamat ulang tahun kemudian pergi. Ini semua tidak lain adalah karena keputusannya untuk memutus hubungan dengan keluarganya. Ketidakcocokan pandangan hidup, membuat Brigita dicap sebagai anak pemberontak oleh orangtuanya.

Saat SMP, Mama Brigita meninggal dunia dan tak lama Papanya menikah lagi. Brigita merasakan perubahan sikap Papanya yang mulai terobsesi pada kekayaan dan Mama tirinya juga sangat gemar mengatur kehidupan pribadi Brigita. Akhirnya, Brigita memutuskan untuk keluar dari rumah dan tinggal sendiri. Baginya tak ada lagi yang mengikatnya untuk terus disana, toh, ibunya yang selama ini melindunginya sudah tak ada lagi

Git And Ran's Marriage [PINDAH PLATFORM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang