Love Life: Takdir menjadi teman

1.1K 148 7
                                    

"Sendirian aja ndut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sendirian aja ndut."

"Asem!" Gadis dengan poni rata itu mendengus. Sebelah tangannya mengaduk minumnya tak tentu. "Gue gak gendut ya! Badan kayak Kendall Jenner gini," sedangkan gadis yang baru duduk didepannya. Mengikuti gerak mulutnya, sebal.

"kenapa gak gabung sama temen Lo?"

"Males ah," Jovina memandang temannya itu dengan tatapan menilai. Ia sudah terbiasa melihat Yerin sendiri ditengah padatnya kantin. Bahkan Jovina menyadari sejak lama Yerin jarang bergabung dengan teman kelasnya--11 IPA 2. Jovina dan Yerin memang beda kelas namun, sudah biasa jika Jovina menemani Yerin.

"Eh-eh, gue disini ya. Kursi pada penuh." Jovina dan Yerin serentak menoleh. Gadis dengan jidat lebar itu duduk tepat disebelah Jovina.

"Lo lagi perasaan," Karin mendengus. Menaruh piring yang berisikan siomay dimeja.

"Emang udah takdir kali." Jawabnya asal. Karin menoleh menatap wajah asing yang sering ia temui saat mencari Jovina. "Eh, Lo yang sering siaran itu ya?" Tanyanya basa-basi. Karin terkadang sedikit kikuk kalau berurusan dengan anak 11 IPA 2 yang mayoritas hits semua.

"Hm, iya. Nama Lo Karin kan? Jo sering banget gosi--mptttt!" Tangan bebas Jovina membungkam mulut Yerin. Takut aja Yerin kelepasan ngomong. Apalagi mulutnya kayak rel kereta, lost gitu aja.

Jovina merenggangkan tangan, saat itu Yerin bernafas lega.

"Itu mulut lambe turah banget ya," Jovina merenggut. Gini nih kalo punya temen penyiar radio.

Bablakan!

"Ih apasih? Kasi tau ah, Jo kenapa?"

"Kepo!"

"Gue gak nanya Lo ya!"

"Kalian kalo ketemu gini, suka rame ya?" Nada suara yang terdengar sedih dari Yerin. Membuat Jovina yang asik berdebat dengan Karin menoleh. Mendapati raut wajah Yerin yang menunduk. Jovina menoleh lagi kearah Karin, menunjuk dengan ekor matanya ke arah Yerin.

"Gue jadi iri, ck."

"Elo sih Jo," Jovina mendelik tak terima dia yang disalahkan. "Duh, jangan gini dong. Gak enak gue jadinya."

"Tenang Rin, selagi ada kita. Lo bisa anggap kita-kita nih temen, sahabat. Terserah lo deh. Yang penting jangan ada iri diantara kita." Karin manggut-manggut mendengarkan. Dia tak ahli dengan orang baru sebenarnya. Gadis dengan jidat yang menupi poninya itu memang lebih nyaman dan dekat dengan orang yang ia kenal lama.

Karin itu gadis yang sebenarnya sulit berteman dengan orang baru. Tapi semenjak ia dekat dengan Jovina, gadis itu jadi lebih aktif.

Yerin mendongak. Tersenyum lebar. Entah kenapa ia merasa senang, masih ada orang yang menerima dirinya.

"Ututu temen baru ku." karin merentangkan kedua tangannya. Menarik bahu Jovina juga Yerin untuk saling berpelukan. Walaupun Jovina mendengus ia tetap meletakkan kedua tangannnya merangkul akrab. Sedangkan Yerin tersenyum kecil. Akhirnya memeliki teman walaupun di luar kelas.

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang