Mohon perhatian yang merasa dibawah 18 tahun harap skip chapter ini. Harap bijak dalam membaca.
***
Davin tercebur di kolam. Hal itulah yang membuat Gladys panik sampai membuatnya berlari mencari Rega. Sang kakak pertama pun juga ketularan panik. Dikiranya anak laki-lakinya itu terpeleset lalu kepalanya membentur tepian kolam atau bagaimana. Ternyata, Davin malah tertawa dengan wajah penuh kebahagiaan. Dia tertawa kencang bersama opanya.
"Lihat anakmu, Re. Nyebur kolam malah seneng banget," ujar papanya.
Davin pun memercikkan air kolam ke arah kakeknya itu.
"Kaki Davin tadi nyentuh ikan koi, Pa. Rasanya geli," ujar Davin girang.
Rega mengelus dadanya. Tadi jantungnya nyaris copot saking takutnya terjadi sesuatu pada Davin. Ternyata bocah itu malah terlihat bahagia bukan main. Seolah rasa marahnya pada Rega kemarin sudah hilang. Sepertinya setelah ini Rega harus berterima kasih pada kolam dan ikan koi, berkat mereka Davin lupa kalau sedang marah padanya.
Ferdi langsung mengangkat tubuh kecil cucunya naik ke atas. Begitu naik sekujur tubuh Davin basah. Bau amis pun langsung menguar.
"Anak lo bau kolam. Lama-lama dia jadi ikan," kata Elang, enggan menyentuh ponakannya yang bau amis kolam.
Rega pun langsung mendekati Davin. Bau amis kolam semakin pekat saat tubuh Davin tiba-tiba memeluknya. Sengaja agar baju papanya tertular basah dan bau amis kolam.
"Pinter ya kamu, Vin. Kalau lagi bersih aja nggak mau Papa peluk. Kalau lagi kotor aja asal main peluk Papa aja,"
"Pa, Davin berasa jadi mermaid man."
"Iya deh. Kalau kamu Mermaid man, Papa jadi Barnacle boy."
"Terus Opa jadi Tuan Crab, Om Elang jadi Squidward, Tante Gladys jadi Pearl."
"Om nggak mau disamain sama Squidward. Om ganteng gini masa disamain kayak Squidward," sahut Elang tak terima.
"Tante juga nggak mau disamain kayak hiu macam Pearl."
Davin malah tertawa keras. Disusul oleh Rega yang juga ikutan ketawa. Rega lantas mengacak-acak rambut Davin yang basah. Dia tidak peduli dan tidak jijik dengan bau amis khas kolam yang menguar dari tubuh kecil putranya.
"Kamu tuh harusnya sering ketawa kayak gini, Vin," gumam Rega pelan. Davin pun sepertinya tak bisa mendengar gumaman papanya.
"Davin mandi dulu gih sama Oma. Biar wangi."
Davin sudah mandi dan sudah berganti pakaian. Rara memang sengaja meninggalkan beberapa potong baju Davin dan Ocha di rumah mertuanya karena sering menitipkan keduanya di rumah itu. Rambut Davin masih setengah basah saat masuk ke mobil Rega. Anak itu kini duduk sambil memainkan rubik yang selalu dibawanya kemana-mana.
"Kamu tuh nggak pusing main rubik gituan?"
Davin menggeleng. "Seru, Pa."
"Papa aja pusing main gituan."
"Ya kan Papa stupid, makanya nggak bisa main rubik."
"Stupid kamu bilang?"
"Iya," jawab Davin santai.
"It's okay. Biar stupid gini Papamu ini dokter spesialis lho, Vin. Bahkan waktu SMA papamu ini langganan jadi juara paralel. Mama kamu aja peringkatnya masih dibawah Papa." Rega memamerkan prestasinya di masa lalu.
Davin hanya diam, fokusnya masih tertuju pada mainannya.
"Vin? Kamu dengerin Papa nggak sih?"
Davin tetap tak bergemin, Rega pun melirik sekilas putranya yang duduk di kursi penumpang depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
All or None
RomancePapa itu lebih sayang sama pasien. Kalau Mama lebih sayang sama mahasiswa (Davin Ananta Ferdiano). Papa dan Mama susah diajak piknik (Rosa Canina Ferdiano). Cerita ini adalah sequel 'Erlebnisse'. Harap membaca 'Erlebnisse' terlebih dahulu sebelum me...