Terdiam. Rega lebih banyak diam saat Tante Rani--mamanya Gina begitu antusias mengajaknya mengobrol. Banyak sekali yang dibicarakan Tante Rani hingga Rega bingung harus menjawab atau meresponnya bagaimana. Sehingga ketika diajak mengobrol Rega lebih banyak menjawab dengan 'iya' saja. Daripada malah salah bicara.
"Tante seneng bisa ketemu kamu."
"Iya, Tante."
"Gina tuh jomblonya terlalu lama. Untung ada kamu sekarang."
"Iya."
"Tante pengin Gina segera menikah. Jangan kelamaan lamar Gina ya."
Untuk yang satu ini Rega hanya terdiam. Tidak mungkin dia menjawab 'iya'. Meski pun hanya sekadar formalitas, Rega tidak akan menjawabnya. Rega tidak ingin memberi harapan palsu pada wanita paruh baya itu. Baginya punya istri 1 sudah cukup.
Setelah menghabiskan makanannya Rega pun pamit dulu dengan alasan sibuk di rumah sakit. Setidaknya alasan itu bisa membebaskannya dari pertemuan konyol nan gila ini. Iya, benar-benar gila. Rega sampai tak habis pikir apa yang ada di kepala Gina sampai membohongi ibunya sendiri. Apalagi melibatkan Rega yang tidak ada urusan apa pun dengan mereka.
Gina pun menyusul Rega yang berjalan meninggalkan rumah makan padang langganan mereka. Gina tahu betul suasana hati Rega sedang sedang berantakan karena kebohongan yang diciptakannya. Sepanjang perjalanan Gina hanya mengekori Rega. Pria itu hanya terdiam. Eskpresi wajahnya juga mendadak datar. Tak ada lekukan senyum barang satu milimeter pun di bibirnya.
"Re, maaf."
Hanya permintaan maaf yang bisa diucapkan Gina. Wanita itu tahu kalau kebohongannya sudah keterlaluan.
"Rega. Aku minta maaf," ulangnya sekali lagi.
Rega berdecak, malas menanggapi Gina yang sudah seenaknya sendiri.
"Aku tahu seharusnya aku nggak bohongin Mama. Apalagi melibatkan kamu."
Gina meraih lengan Rega. Memohon untuk dimaafkan. Namun Rega malah menepisnya. Rega benar-benar bad mood sekarang. Pepatah orang bad mood yang berbunyi 'senggol bacok' mungkin saat ini tepat untuk menggambarkan emosi Rega. Pria itu terus berjalan tanpa menanggapi Gina yang terus meminta maaf kepadanya.
***
Usai pulang kerja, Rega melepas penatnya di kedai kopi milik Arka. Di tempat itu juga ada Rendy yang ikut nimbrung. Arka menyodorkan dua cup americano kepada dua sehabatnya yang sama-sama bermuka muram. Arka dapat menduga pasti keduanya sedang dilanda galau.
"Minum dulu gih! Biar nggak galau terus."
"Siapa juga yang galau?"
Arka menggeleng-gelengkan kepalanya. Heran dengan dua sahabatnya ini. Masih saja keduanya tak mengakui kegalauan mereka.
"Ya udah kalau nggak mau minum, gue kasih aja ke pelanggan lain. Buat bonus karena sering datang ke sini."
Rega dan Rendy sontak langsung menngambil kopi mereka. Lantas meneguknya sampai habis setengah. Sepertinya rasa pahit kopi itu tak sebanding dengan rasa galau di dalam diri mereka.
"Ada apa sih?" tanya Arka.
"Gue nggak jadi tunangan," sahut Rendy.
Rega dan Arka langsung membelalakkan matanya mendengar kalimat Rendy barusan. Setengah tidak percaya pada perkataan Rendy. Pasalnya Rendy sudah menabung selama bertahun-tahun untuk menikahi Tia--kekasihnya.
"Serius?" tanya Rega penasaran.
"Serius. Ngapain gue bohong."
"Kok bisa?" tanya Arka kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
All or None
RomancePapa itu lebih sayang sama pasien. Kalau Mama lebih sayang sama mahasiswa (Davin Ananta Ferdiano). Papa dan Mama susah diajak piknik (Rosa Canina Ferdiano). Cerita ini adalah sequel 'Erlebnisse'. Harap membaca 'Erlebnisse' terlebih dahulu sebelum me...