9. Meet

21 3 0
                                    

Tak terasa kehamilan Valencia sudah memasuki bulan ketujuh. Ternyata waktu berjalan sangat cepat tanpa disadari. Lily dan Franc selalu mengunjunginya setiap bulan sembari mengecek keadaan perusahaan yang dikelola oleh Valencia. Dan bobotnya naik perlahan tiap bulan meski tak secara signifikan ia merasakan bahwa perutnya sudah terlihat membuncit.

Sebenarnya Lily dan Franc menyuruh untuk cuti saja. Namun dirinya menolak karna akan merasa bosan jika hanya berdiam diri saja. Ia sudah terlalu biasa melakukan semuanya secara mandiri. Untung saja kehamilannya tidak merepotkan. Dirinya tidak merasakan ngidam yang aneh-aneh atau pun mual yang membuatnya teler sepanjang hari.

Hari itu Valencia mendapatkan kabar bahwa Lily dan Franc akan datang. Maka dari itu Valencia menyiapkan makanan untuk menyambut mereka. Valencia sudah mengganggap keduanya seperti orang tuanya sendiri begitu pula mereka mengganggap Valencia seperti anaknya sendiri. Bahkan Valencia selalu menanti kedatangan mereka dengan perasaan bahagia.

****

Sedangkan di belahan bumi lain Azelvin merasa resah sejak tadi pagi. Memang semenjak ia tinggal bersama orang tuanya di Perancis baru kali ini ia ikut orang tuanya mengunjungi cabang perusahaan di Belanda. Sebenarnya ia tak perlu repot juga mengikuti orang tuanya tetapi entah mengapa ia sangat ingin ikut orang tuanya.

Bahkan setelah turun dari pesawat pun perasaannya makin tak karuan saja. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Lily menyadari ada yang tidak beres dengan putranya pun bertanya pada Azelvin.

"Apa yang terjadi padamu sayang ?"
"Entahlah Mom, aku hanya merasa deg degan saja ."
"Kamu semakin hari makin aneh saja. Kelakuan seperti orang ngidam selama ini belum sembuh sekarang malah deg degan tanpa alasan. Apa perlu kita mampir ke cafe sebentar untuk minum coklat panas ?"
"Kita take away saja Mom, kasian orang Dad yang menunggu kita di Amsterdam."

Setelah membeli kopi fan coklat panas mereka pun meneruskan perjalanan ke Amsterdam. Lily menyuruh sopir yang membawa mereka ke alamat yang sudah diberitahukan terlebih dulu.

"Mom kita menginap di mana ?"
"Kita menginap di tempat manager produksi cabang sini sayang, kamu keberatan ?"
"Oh tidak Mom, aku di mana pun bisa tidur."
"Benarkah ? Apa kamu tidak ingat setiap malam merajuk meminta Mom mengelus punggungmu ?"
"Iya Mom aku ingat, aku ingin tidur nanti kalo sudah sampai bangunkan saja Mom."
"Tidurlah Mom dan Dad juga gak akan mengganggumu."

Ayahnya yang duduk di kursi penumpang depan hanya menggelengkan kepala melihat anak dan istrinya yang selalu saja berdebat hal yang tak penting. Masih ada waktu untuk istirahat jadi mereka pun memutuskan untuk tidur sejenak.

"Tuan kita sudah sampai . Sepertinya Nona Muda sudah menunggu di depan."
"Oh iya itu Val, tolong ambil barang kami dan bawa ke dalam."

Franc terlebih dulu membangunkan istri dan anaknya yang masih tertidur di bangku belakang. Tanpa menunggu lama ia pun menghampiri Valencia yang sedang berdiri menyambut kedatangannya.

"Selamat datang Franc, bagaimana perjalanannya ?"
"Tentu saja baik, kalian apa kabar ?"
"Baik Franc, di mana Lily?"
"Masih di mobil mungkin masih membangunkan anakku."
"Anakmu ? Dia ikut juga ?"
"Ya, beberapa bulan ini semenjak kita bertemu dulu kesehatannya menurun jadi Lily memutuskan membawanya saja."
"Kau ini ada-ada saja Franc anakmu kan bukan barang."
"Kita masuk duluan biarkan nanti mereka menyusul."
"Baiklah."
"Kau suka rumah ini ?"
"Ini bukan lagi rumah Franc tapi istana ."
"Terserah lah yang penting kamu dan anak mu nyaman tinggal di sini."
"Kalo begitu aku buatkan kalian minum dulu."

Valencia pun menuju dapur dan menyiapkan makanan serta camilan untuk mereka.

***

Sedangkan di mobil Azelvin menggeliat malas menanggapi ocehan ibunya karena kesusahan membangunkannya tadi. Ia pun terpaksa membuka matanya dan mengikuti langkah ibunya masuk ke sebuah rumah. Melihat ayahnya duduk di sofa ia pun segera menghampiri ayahnya.

Tak berapa lama ia mendengar langkah suara mendekat dan meletakkan nampan berisi gelas-gelas minuman dan camilan di meja. Saat itulah netra nya bersirobok dengan wajah seseorang yang dirindukannya. Seperti kilat ia langsung memeluk begitu saja tubuh wanita di depannya.

"I miss you so bad Cia."
"Ehh."
"Azelvin apa yang kamu lakukan, perut Valen bisa kegencet badanmu."

Mendengar ucapan ibunya sontak Azelvin memundurkan tubuhnya dan menatap wanitanya itu. Dilihatnya perut Valencia yang membuncit semakin menambah kecantikannya saja.

Sedang Valencia yang masih merasa kaget ditemukan pria yang menyebut dirinya Hugo hanya terdiam di tempat. Apalagi ketika pria itu menatap dirinya dan melihat perut buncitnya sambil tersenyum. Ia merasa tak punya jalan untuk melarikan diri dari pria itu.

Tanpa pikir panjang Azelvin berjongkok dan menyejajarkan tingginya di depan perut Valencia. Tanpa ragu dia mengecup perut itu pelan takut menyakiti bayinya.

"Hallo jagoan, ini papa sayang. Maaf baru menemukanmu kalian."

Melihat tingkah putranya Lily dan Franc saling berpandangan tanpa berbicara. Mereka menunggu penjelasan Azelvin dan Valencia tentang hubungan mereka.

"Mom, Dad ini wanita yang aku ceritakan pada kalian."
"Hugo, please."
"Mereka sudah tahu, karena aku menceritakan semuanya Cia tentang kita, jangan pergi lagi."

"Oh jadi Valencia ini yang bisa naklukan anak nakal Mom ya ? Dan itu berarti cucu kita Franc . Dasar anak nakal."

Lily yang kesal dengan Azelvin pun menjewer telinga putra nya. Sedangkan Valencia hanya tersenyum melihat itu. Lagi-lagi Franc hanya menggelengkan kepala bosan dengan ulah mereka.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang