13. Official

11 2 0
                                    

Setelah Valencia mengiyakan ajakan Azelvin untuk menikah, laki-laki itu mempersiapkan segalanya lebih cepat. Valencia tak meminta hal yang di luar kemampuannya. Bahkan wanita itu meminta pernikahan yang terkesan sakral dan hangat serta tak menginginkan resepsi yang besar. Namun untuk resepsi harus diadakan secara besar-besaran karena koleganya dan kedua orang tuanya sangat banyak. Mereka hanya akan menikah secara resmi dulu, setelah anak mereka lahir barulah akan digelar resepsinya.

"Kamu yakin hanya pesta kecil seperti ini saja?"
"Ini sudah cukup Hugo."
"Aku udah gak sabar nunggunya."
"Tenanglah, bahkan ini cuma kurang seminggu saja lho."
"Itu lama Sugar."
"Sudahlah jangan merajuk seperti bayi."
"Aku kan memang bayi yang menyusu kamu tiap malam."
"Pervert."

Valencia menatap tajam Azelvin yang berkata begitu vulgar. Dan si pembuat ulah hanya terkekeh tanpa merasa bersalah. Memang semenjak bertemu Azelvin selalu saja menempel Valencia. Jadi tak heran jika mereka pun "tidur bareng" setiap malam.

****

Waktu yang dinanti telah tiba, kedua pasangan itu didandani untuk jadi raja dan ratu sehari ini. Hanya upacara pernikahan tanpa acara tambahan lainnya. Keluarga dekat Azelvin datang semua dan berbanding terbalik dengan Valencia yang tak ditemani keluarganya satu pun.

Setelah upacara pernikahan selesai mereka duduk di pelaminan menunggu ucapan selamat dari saudara dan juga mengikuti perjamuan makan. Melihat kegundahan sang istri karena tak ada satu pun keluarga nya membuat Azelvin bersimpati dengan istrinya itu. Digenggamnya kedua tangan istrinya dan mengecupinya lembut.

"Sekarang aku suamimu jadi kalo ada masalah atau yang mengganjal di hatimu, datang hanya padaku dan katakan sejujurnya."

Mendengar ucapan Azelvin yang sederhana namun menyentuh hati itu membuatnya terharu. Dia tidak pernah merasa diinginkan sebesar ini bahkan kedua orang tuanya atau pun Darren sekali pun. Tak terasa cairan bening membasahi kedua netranya. Azelvin mengusap lembut kedua pipi Valencia yang basah air mata.

"Jangan nangis ya, aku gak suka kamu nangis bgni."
"Aku bahagia."
"Tetep aja aku gak suka, kalo kamu bahagia tersenyumlah, bagiku itu lebih baik."
"Baiklah, terima kasih Hugo."
"No need Sugar, itulah tujuannya aku di sini bersama kamu."

Valencia tak membalas ucapan Azelvin namun rona di wajah wanita itu menjawab segalanya. Azelvin yang melihatnya hanya merasa gemas dan mengecupi wajah Valencia tanpa sadar diperhatikan seluruh keluarganya.

"Hei dude, get a room, dasar tidak sabaran." celetukan usil salah satu sepupunya, Kevin.
"Bilang saja kau iri denganku."
"Aku sudah sering seperti itu."
"Jadi kamu nakal di belakang mama ya Vin?"
"Iya tuh Aunt, Kevin jagonya tuh." ujar Azelvin mengompori tantenya.
"Sudah Hugo, kasian tuh Kevin dijewer Aunty."
"Ya udah kalo begitu kita ke kamar aja."
"Itu sih mau nya kamu Hugo."

Mereka pun menempati kamar pengantin yang telah disiapkan Lily semalam. Kalau untuk hal seperti ini, Lily memang jagonya. Dia menghias ruangan agar terlihat romantis namun tidak berlebihan.

"Bagaimana perasaanmu Sugar?"
"Bahagia, aku gak pernah sebahagia seperti ini. Kamu sendiri?"
"Tentu saja aku bahagia lah Sugar. Aku boleh minta sesuatu Sugar?"
"Apa?"
"Euhm, bisakah aku punya panggilan kesayangan?"
"Apa?"
"Kenapa kamu malah bertanya Sugar?"
"Honey?"
"Yeah, it's better than you just call me name only."

Setelah berganti pakaian mereka pun merebahkan diri di ranjang pengantin mereka. Sekarang mereka punya kebiasaan pillow talk sebelum tidur. Entah membahas apa pun seharian ini atau bercerita yang terjadi.

"Mau langsung tidur Sugar?"
"Sebentar, aku belum terlalu mengantuk."
"Bagaimana setelah ini, kamu mau tinggal di sini ato balik ke Amsterdam?"
"Kalo kamu gimana?"
"Aku sih di mana pun gak masalah asal sama kamu aja."
"Dasar tukang gombal."
"Serius Sugar."
"Aku juga di mana pun gak masalah kog."
"Kalo gitu Dad biar cari pengganti kamu untuk cabang di Amsterdam. Kamu gak boleh terlalu capek Sugar."
"Trus aku gak kerja gitu?"
"Nanti kamu jadi asisten aku aja. Ngingetin waktu makan, nyiapin baju dan makanan juga serta nemenin aku tidur."
"Enak banget kamu."
"Ini cuma sampe baby lahir kog, setelah anak kita lahir pasti kamu akan lebih sibuk ngurusin anak kita. Makanya aku pengen quality time sama kamu."

Rona merah di pipi Valencia muncul secara otomatis mendengar apa yang diucapkan Azelvin. Laki-laki itu sangat memperhatikannya namun dengan cara yang tak biasa.

"Aku udah melewatkan waktu terlalu banyak tanpa kamu. Kini saatnya kita bisa merayakan kebersamaan kita."
"Yes, I'm yours Sir."
"Yes, you're mine Sugar."

Azelvin pun menyatukan bibir mereka. Kecupan yang awalnya lembut berubah menjadi lumatan yang menuntut. Tangan Azelvin masih betah menahan tengkuk Valencia yang menerima begitu saja kecupan yang memabukkan dari suaminya meski kadang ia kesulitan karena kekurangan oksigen. Dan malam itu mereka kembali mereguk manisnya madu pernikahan pertama mereka meskipun mereka telah melalui malam panas sebelumnya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang