Iro 09: Tetsuguro

57 5 26
                                    

Aku terbangun karena merasakan kecupan halus di dahiku. Membuka mata, aku mendapati Gentarou sedang tersenyum menatapku, maka akupun spontan memantulkan senyum itu.

"Bukankah ini giliranku memberi ciuman selamat pagi?" aku meregangkan tubuh sambil menggali ingatanku semalam.

Gentarou memejamkan mata rapat-rapat, "Aku masih tidur," katanya. "Aaah, adakah yang dapat membangunkan Sang Putri dari kutukan tidurnya?" dia berkata dengan suara dibuat-buat.

Aku terkikik, kemudian bangun dan mengikat rambutku asal saja, lalu beranjak keluar. Mendengar langkah kakiku yang menjauh, Gentarou membuka sebelah matanya dan protes.

"Kau sudah janji semalam!"

"Ya, memang. Jadi, kau tidak boleh bangun sampai aku kembali, Tuan Putri!" aku mengedipkan mata dan melambai. "Aku serius! Tidurlah lagi. Awas kalau kau bangun!" aku menambahkan ancaman.

Gentarou mengedikkan bahu dan kembali memejamkan matanya.

Sudah lama aku ingin melakukan hal ini, bangun lebih dulu dan menyiapkan sarapan, tapi kalau sedang bersamanya aku selalu bangun lebih lambat atau terburu-buru berangkat kerja sehingga Gentarou yang memasak sarapan sementara aku bersiap-siap. Tapi, hari ini aku masih cuti tahun baru dan bisa sedikit santai sehingga akhirnya aku bisa mewujudkan mimpi kecilku ini.

Setelah nasi, tamagoyaki, nattou, dan misoshiru terhidang, aku kembali ke kamar untuk membangunkan Gentarou. Dia berbaring miring memunggungiku dalam selimut dan dadanya bergerak naik turun teratur.

"Gentarou~" bisikku di telinganya.

Gentarou bergeming, namun aku melihat matanya bergerak-gerak di balik pelupuk matanya yang tetap terpejam rapat.

"Gentarou!" aku mengulang, kali ini dengan lantang karena aku yakin dia tidak tidur. "Ayo bangun!" aku menariknya hingga telentang.

Gentarou menggerak-gerakkan bibirnya. Aku memutuskan untuk mengikuti permainannya.

"Oooh, kenapa di tempat seperti ini terbaring seorang putri cantik yang tertidur? Tunggulah, Tuan Putri, akan segera kubebaskan kau dari kutukanmu..." aku berhenti, kemudian menambahkan, "Pangeran gila macam apa yang main cium putri sembarangan?"

Gentarou menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti, "...'nti 'geng 'ain," dari sudut bibirnya.

Aku tertawa, "Ooooh, Juliet! Kalau cinta kita tidak bisa bersatu di dunia ini, maka akan kutemui kau di dunia sana..." aku berhenti lagi, "Kenapa Romeo mau mencium Juliet yang sudah jadi mayat?"

Gentarou menghela nafas dan menarikku ke atas tubuhnya. Dia menatapku kesal, "Senang ya, mempermainkan orang?"

"Apa maksudmu?" aku membelalakkan mata.

Gentarou mencebik, lalu memasang wajah minta dikasihani, "Apakah segitunya tidak mau memberiku kecupan selamat pagi?"

Aku pura-pura berpikir keras.

"Kau sudah berjanji semalam," Gentarou menambahkan dengan nada seperti anak kecil yang merajuk.

Aku tertawa kecil, kemudian menciumnya pelan, "Selamat pagi, Gentarou."

"Selamat pagi, Fumiyo," bisik Gentarou.

Aku berdiri dan mengulurkan tangan, "Ayo, sarapan sudah siap."

Gentarou membiarkanku menuntunnya ke meja makan.

"Kuharap kau tidak keberatan aku memakai bahan-bahan di kulkas," kataku.

"Tentu tidak," Gentarou segera duduk dan mengambil sumpit, menungguku melakukan hal yang sama sebelum mengucapkan, "Itadakimasu!"

"Gentarou, deadline-mu tanggal berapa?" tanyaku sambil makan.

Kimi no Iro de Sekai o Someru [Yumeno Gentaro X OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang