Yumeno Gentarou meletakkan penanya dan meregangkan tubuh. Ia baru saja menyelesaikan satu bab dari novel yang sedang dikerjakannya dan perutnya lapar. Jam dinding menunjukkan lima sore, yang berarti dia telah melewatkan jam makan siangnya hampir lima jam yang lalu. Gentarou membuka kulkas, dia masih memiliki persediaan daging dan sayuran yang cukup banyak, juga telur dan kaldu miso, serta beberapa makanan kaleng.
Setelah mencuci beras dan menanak nasi, Gentarou mengambil daging, membersihkan dan membumbuinya, lalu memanggangnya di atas penggorengan. Sambil menunggu dagingnya menguarkan bau harum, Gentarou memotong-motong sayuran lalu menumisnya sebentar dengan sedikit olive oil dan garam. Gentarou melahap daging dan sayuran dalam sekejap, kemudian membereskan piring kotor dan peralatan makannya.
Setelah dapur bersih, ia menguap dan memutuskan untuk tidur sebentar di sofa kecil di sudut ruang kerjanya. Namun, didorong kebiasaan, Gentarou mengambil salah satu buku dari tumpukan buku-buku baru di meja, lalu membukanya walaupun matanya mengantuk. Setelah membaca beberapa halaman, Gentarou menyadari bahwa tak satu pun dari hurufnya menembus otaknya. Ia benar-benar harus beristirahat setelah tiga hari ini terus mencari data dan meramu kerangka karangan lalu akhirnya menulis bab pertama tanpa tidur.
Kenapa ia tidak tidur? Padahal tenggat waktunya masih lama, masih sebulan lagi. Dia terus merasa tidak tenang kalau tidak mengerjakan sesuatu, tapi sambil mengerjakan naskahnya pun dia merasa gelisah, merasa ada yang kurang. Yah, tak sulit sebenarnya mengetahui apa yang kurang itu.
Fumiyo.
Sejak awal bulan ini, dengan alasan menjaga profesionalitas, Fumiyo dibebastugaskan dari posisi pengoreksi naskah Gentarou. Dengan demikian, mereka tidak lagi bertemu dengan alasan pekerjaan. Tentunya ini bukan masalah seandainya bulan ini, Desember, bukanlah bulan yang dikenal sibuk bagi pekerja korporat. Tenggat waktu menyempit sedangkan pekerjaan dua kali lipat karena banyak event dan liburan, terutama tahun baru.
Gentarou tentu saja hanya menulis seperti biasa dengan jadwal yang lebih fleksibel, tapi Fumiyo harus mengikuti jadwal pekerjaan dan lembur lebih banyak, sehingga mereka nyaris tidak pernah menghabiskan waktu bersama. Bahkan, kalau diingat-ingatnya, terakhir dia melihat wajah Fumiyo adalah dua minggu lalu, saat pemindahan penanggung jawab naskah tersebut. Setelahnya, hanya beberapa kali telepon dan pesan—itu pun sering kali hanya masuk voice mail.
Sebagai orang yang suka berkurung saat sedang banyak kerjaan, Gentarou paham kalau Fumiyo kemungkinan tidak banyak menyentuh ponselnya selain untuk urusan kerjaan. Lagi pula, mengenal sifat Fumiyo, dia pasti berniat menyelesaikan pekerjaan secepat-cepatnya hingga bisa mengambil libur beberapa hari sebelum tahun baru untuk menghabiskan sedikit liburan bersama Gentarou sebelum pergi bertahun baru ke rumah ibunya. Entah mengapa, rasanya sudah menjadi kewajaran walaupun mereka tidak membuat rencana apapun.
Gentarou memejamkan mata, mengingat-ingat kapankah terakhir kalinya dia merasa lebih suka ditinggal sendirian di rumah, serta sejak kapankah Fumiyo duduk menunggu naskahnya rampung menjadi sebuah kebiasaan?
Saat membuka matanya lagi, ruangan telah gelap gulita. Gentarou menggeliat, bahunya pegal karena tertidur dengan leher terkulai di sofa. Dia bangkit, menyalakan lampu, dan melihat bahwa jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ternyata dia tertidur cukup lama juga. Sebaiknya dia mandi dan tidur dengan benar di futon. Walaupun sumber rasa lelahnya yang sebenarnya tentu saja bukanlah karena bergadang.
Cklek!
Terdengar suara kunci pintu diputar. Gentarou nyaris berlari ke genkan1), karena hanya ada satu orang yang memegang kunci cadangan rumahnya.
Fumiyo.
Hanya saja bukan Fumiyo yang sedang tersenyum seperti yang dibayangkannya. Ia tampak pucat dan sangat lelah, serta bisa ambruk setiap detik. Untuk sejenak mereka bertatap-tatapan, bertukar pemahaman tanpa kata, lalu Gentarou merentangkan lengannya seraya berkata, "Sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi no Iro de Sekai o Someru [Yumeno Gentaro X OC]
RomansaKimi no Iro de Sekai o Someru - Mewarnai Dunia dengan Warnamu. Yumeno Gentarou, seorang novelis, menjalin hubungan untuk pertama kalinya dengan Igarashi Fumiyo, pengoreksi naskah di penerbit yang menaungi Gentarou. Fiksi ini adalah kumpulan cerita...