Hujan semakin deras. Kabut semakin tebal mengaburkan pandangan. Dalam perjalanannya menuju ke rumah orang yang diharapkan bisa membantunya, mobil Ustaz Fikri justru mogok tanpa sebab.
"Astagfirullah, kenapa ini?" gumam Ustaz Fikri sembari berulang kali menstarter mobil. Namun, tetap saja mobil tak mau menyala.
Ustaz Fikri menoleh kiri kanan, mencari tahu di mana dia sekarang. Ia memicingkan mata, mencoba melihat dengan jelas yang ada di hadapannya dari balik wiper yang terus bergerak naik turun.
"Hah? Makam?" Ustaz Fikri tersentak ketika membaca gapura di depannya bertuliskan Makam Sirna Raga.
Meskipun bingung mengapa tiba-tiba saja ia berada di dekat makam, Ustaz Fikri tak begitu peduli. Ia terus berusaha menstarter mobilnya sambil berdoa.
"Alhamdulillah," ucapnya ketika mesin mobil berhasil menyala kembali. Namun, begitu ia hendak menancapkan gas, di hadapannya ada sosok yang menghalangi jalan.
Ustaz Fikri membunyikan klakson, tapi sosok tersebut tak juga menghindar. Dan betapa terkejutnya ustaz ketika melihat dengan jelas apa sosok itu. Sosok tanpa kepala.
"Ustaz ...." Sosok itu memanggil.
"Apa maumu, wahai jin? Pergi!" balas Ustaz Fikri.
"Tolong saya," sahut sosok tersebut.
"Jangan minta tolong kepada saya. Pergilah!"
Ketika Ustaz Fikri hendak membaca ayat Kursi, tiba-tiba sosok itu terlebih dulu berkata, "Nyai Dasimah telah membawa kepalaku, dan dijadikan santapan iblis peliharaannya. Balaskan dendamku, Ustaz. Bawa kepalaku kembali."
Ustaz Fikri memejamkan mata sambil menghela napas, lalu membuka netranya menatap sosok Asih. Lengkingan suara menyayat hati terdengar keras seraya dibacakannya ayat Kursi. Lenyap. Sosok Asih menghilang bersamaan dengan kabut setelah ustaz berhenti berdoa.
Jalanan nampak terlihat jelas sekarang, meskipun hujan belum berhenti. Tanpa membuang waktu lagi, ustaz segera melaju.
Tibalah kini Ustaz Fikri ke tempat tujuan. Setelah memakirkan mobil, ia pun segera turun. Ditatapnya sekeliling rumah yang terlihat lebih terang daripada saat pertama kali ia menginjakkan kakinya di sana. Kala itu aura rumah amat gelap, sama seperti penghuninya. Ucapan hamdallah pun lolos dari mulut sang ustaz.
"Assalamu'alaikum." Ustaz Fikri mengetuk pintu.
Tiga kali ketukan ada yang menyahut salam, pintu pun terbuka.
"Ustaz?" Pria itu melihat Ustaz Fikri dengan bingung. Ditelisiknya tubuh Ustaz Fikri yang setengah kering.
"Kang Asep, saya perlu bantuan."
"Mari masuk dulu, Ustaz."
Setelah Ustaz Fikri duduk, ia pun menceritakan apa yang telah terjadi. Kang Asep dan Nining saling memandang. Tampak raut khawatir dan keragu-raguan di wajah mereka.
"Maaf, Ustaz. Bukan saya tidak ingin membantu. Tapi ... apakah semua akan baik-baik saja?"
"Insyaallah, Kang. Saya mohon, nyawa Pak Galih dan istrinya, juga bisa jadi keselamatan keluarga saya, ada di tangan Kang Asep." Ustaz Fikri menatap Kang Asep dengan penuh harap.
Kang Asep menoleh ke Nining. "Bagaimana?"
Nining terdiam, berpikir sejenak. "Ikutlah, Kang. Pak Ustaz, kan, sudah membantu kita," jawabnya kemudian.
Kang Asep menghela napas. "Baiklah, Ustaz. Ayo, kita pergi sekarang juga. Keburu malam."
"Alhamdulillah ... terima kasih banyak, Kang," ujar Ustaz Fikri dengan senyum mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
'ANA-YA'INU (TATAPAN NYAI DASIMAH) [Terbit]✔
Paranormal(Extra part versi novel ada di KBM App) Highest Rank #1 Setan Highest Rank #1 Ruqyah Highest Rank #1 Kisah inspiratif Cinta ditolak, dukun bertindak. Sebab cintanya yang bertepuk sebelah tangan dengan Galih, Nyai Dasimah nekat mendalami ilmu hitam...