Haiii ... buat yang baru baca ... cerita ini banyak dosanya, jadi kalo kalian gak ngevote dosanya jadi dua kali lipat loh
😜😜😜😜****
Bagi Sean dan Safira, pernikahan mereka adalah suatu bencana. Mungkin di depan kedua orang tua mereka, hubungan itu akan terlihat baik-baik saja. Tapi sayangnya begitu mereka sudah berada di dalam rumah, keributan akan terus terjadi.
Mereka tidak saling cinta, mereka hanya saling membutuhkan. Safira membutuhkan uangnya, dan Sean membutuhkan sesuatu yang lain dari gadis itu.
"Masing-masing dari kita boleh mengajukan lima poin untuk perjanjian pernikahan ini."
Sean mengedik santai dengan tangan memutar-mutarkan gelas wine saat Safira-perempuan yang lima jam lalu telah resmi menjadi istrinya, melemparkan kalimat itu.
"Gue duluan yang tulis." Safira berujar dengan pulpen di tangan. Sebelum menulis isi perjanjian itu, Safira melirik ke arah Sean yang sedang menatapnya santai. "Selama nulis perjanjian ini, kedua belah pihak dilarang protes."
Kepala Sean mengangguk bersama senyum miring yang ia lemparkan. Lelaki itu meminum wine-nya dengan santai seolah-olah tidak merasa terganggu dengan isi perjanjian yang akan Safira tulis.
Satu : dilarang mencampuri urusan pribadi masing-masing.
Dua : menggunakan kamar yang berbeda.
Tiga : istri tidak diharuskan memasak.
Empat : tidak boleh menyentuh barang pihak lain.
Lima : segala keperluan istri akan menjadi tanggung jawab suami. Rp. 10.000.000 per bulan.
Selesai menuliskan itu, Safira tersenyum bangga dengan lima poin andalannya. Biar mampus si Sean kalo baca, batinnya. Lalu ia segera menggeser kertas perjanjian itu beserta pulpennya ke arah Sean.
"Sekarang giliran lo," ujar Safira.
Sean menyeringai, meletakan gelas wine itu ke atas meja. "Gue cuma punya satu poin," katanya enteng, seperti tidak terganggu dengan lima poin yang Safira tulis.
Tentu saja itu membuat Safira tercengang. Satu poin? Serius? Sean tidak sedang bercanda kan? di dalam hal ini, segala poin yang diajukan itu sangat penting, karena selama satu tahun ke depan mereka akan hidup bersama layaknya suami dan istri.
Sean mulai menuliskan satu poin miliknya.
Enam : istri harus menuruti semua perintah suami, termasuk dengan seks.
Bangsat! Safira menggeram dalam hati. Matanya membulat dengan pelototan tajam ke arah Sean. "Lo curang! itu-"
"Dilarang protes," Sean memotong. "Tadi lo bilang gitu."
"Tapi ... nurutin semua perintah suami? Percuma dong poin gue!" sentak perempuan itu tidak setuju. "Lagi juga seks? Lo serius? Gue masih perawan, ya! Gue gak mau!" Kedua tangannya terlipat di depan dada.
Enak saja, Sean itu sinting atau gimana sih? Mereka kan hanya berpura-pura menikah.
"Lo lupa sama perjanjian awal."
Bibir Sean tertarik tinggi, membuat Safira merasakan bulu-bulu halusnya berdiri. Tidak! Ia tidak boleh kalah dari Sean. Apa-apaan lelaki itu, jelas-jelas poin kedua miliknya menjelaskan kalau mereka akan pisah ranjang.
"Elo mulai melanggar perjanjian yang lo buat sendiri, Fir?" desis Sean sinis. "Sangat jelas lo bilang di awal tadi kalo kedua belah pihak dilarang protes."
"Tapi poin ke dua punya gue udah menjelaskan kalo kita akan pisah ranjang!"
"Pisah ranjang gak menentukan kita untuk gak ngelakuin itu. Seks bisa dimana aja, di sofa, kamar mandi, atau meja makan-"
"Stop!" Safira menjerit kencang. "Lo curang!"
"Kapan gue curang?"
Bibir Safira sudah mencebik kesal, matanya mulai berkaca-kaca.
"Lagian ya, Fir. Lo gak perawan juga sama suami lo sendiri, gak usah panik gitu kali," ujar Sean menyeringai, dan dalam sekejap Safira merasakan sengatan panas menjalar di tubuhnya.
Sialan! Kenapa saat menyeringai Sean masih tetap tampan juga!
"Gu-gue ..." ia menelan salivanya kelat. "Gue tetep gak mau!"
"Nah ... kalo gitu elo yang curang." Sean melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue nafkahin lo, Fir, masa elo gak mau ngejalanin kewajiban lo."
Perjodohan mereka sebenarnya tidak terlalu rumit, hanya tentang kedua orang tua yang saling berjanji akan menikahkan anak mereka nanti saat beranjak dewasa. Keluarga Safira bukan termasuk golongan keluarga konglomerat. Ia sendiri berkerja sebagai kasir di salah satu Kafe milik temannya. Untuk itu Safira menyetujui pernikahan mereka, karena ekonomi keluarganya yang jauh di bawah dari keluarga Sean.
"Pokoknya gak mau!" tolak perempuan itu lagi. "Kita gak saling cinta!"
"Seks gak butuh itu." Sean mencondongkan tubuhnya, membuat Safira mengambil gerakan menjauh. "Kalo lo nolak, gue juga nolak poin ke lima punya lo!"
Safira terdiam dengan pikiran melayang jauh. Gawat. Poin ke lima miliknya adalah yang paling baik. Sepuluh juta perbulan, ia mungkin tidak perlu bekerja lagi, dan orang tuanya mungkin tidak akan kesulitan soal biaya bulanan. Tapi, masa iya dia harus menjadi janda yang tidak perawan lagi nanti? Sean sih enak tidak akan ada bekasnya, tapi dirinya. Mana ada lelaki yang mau menikahinya nanti.
"Gimana? Gue cuma punya satu poin, sedangkan lo punya lima."
Bimbang. Masa karena uang sepuluh juta sebulan ia harus merelakan keperawanannya di ambil oleh lelaki keparat ini? Tahu gitu Safira menuliskan angka lima puluh juta saja tadi.
Duh ... Safira bingung. Tapi, tidak perawan karena suami tidak masalah, kan? Safira mendumel tidak jelas. Sialan, kenapa ia jadi pusing sendiri karena perjanjian yang ia buat.
Safira melirik Sean ragu-ragu, lelaki itu membalasnya dengan tatapan nyeleneh.
"Gimana?" tanya Sean lagi dengan senyum menantang.
Safira menjadi semakin bingung. Baiklah, sekarang setuju saja dulu, bagaimana besok itu urusan nanti. "Hm ... ya-ya udah ...."
Kening Sean terlipat dalam, dan tatapannya terlihat meledek. "Ya udah apa, nih?"
"Ya udah," Safira berdehem, kesepuluh jari tangannya sedang meremat ujung dress yang ia kenakan. "Ya udah, gue mau. Tapi gue butuh waktu, gue gak bisa ngelakuin itu sama lo sekarang."
Sean tersenyum penuh kemenangan. "Oke, deal!" ujarnya yakin.
Mungkin Safira belum sepenuhnya mengenal Sean, cowok licik yang di dalam kepalanya hanya dipenuhi dengan selangkangan. Ia bisa berbuat apapun yang mungkin tidak Safira bayangkan, termasuk membuatnya jatuh ke dalam pesona Sean.
****
Kata Anna :
Publish 23 Des 2019
Re-publish 22 Mei 2021
Re-publish lagi 12 Sept 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
PACTA
RomanceMereka pernah sama-sama terluka karena cinta, lalu disatukan dalam sebuah perjodohan. Pernikahan yang seharusnya sakral mendadak berubah kacau. Bagi Sean, Safira adalah perempuan yang tepat untuk menemani seluruh hidupnya yang berantakan. Dan bagi S...