****Hari ini weekend, dan Sean memilih untuk tetap di rumah-lebih tepatnya berada di dalam ruang kerjanya bersama berkas-berkas kantor. Jika biasanya malam minggu akan Sean gunakan untuk bertemu dengan kedua temannya, yaitu Chandra dan Kai, tapi hari ini tidak. Semenjak menikah, Sean jadi jarang berada di Black Devil. Tidak ada alasan apapun, ia hanya merasa malas kalau harus berkumpul berdua saja dengan Chandra.
Kai yang semenjak menikah berubah menjadi budak cinta kini sulit untuk diajak berkumpul, alasannya karena harus menemani istri yang baru saja melahirkan anak pertama mereka. Kai salah satu makhluk yang juga mengatakan kalau cinta adalah pembodohan akhirnya termakan oleh ucapannya sendiri. Lelaki itu menikahi istrinya yang bernama Krystal setelah melewati banyak rintangan.
Sean dan Chandra menjadi saksi bagaimana lelaki itu menjatuhkan harga dirinya hanya untuk seorang wanita. Tapi, untuk Sean itu tidak akan terjadi pada hidupnya, bahkan setelah ia menikahi Safira. Sean terus berusaha menjaga hatinya agar tidak menjadi bodoh seperti sahabatnya itu. Karena baginya, cinta hanya akan membuat hidupnya susah.
"Se ..." ketukan pada daun pintu membuat perhatian Sean teralihkan. Ia mendongak, terdiam sesaat hingga suara itu kembali terdengar. "Sean ... lo ada di dalam?"
"Gue di dalam, Fir," sahutnya.
Tak lama pintu di depan sana terbuka, disusul dengan kepala Safira yang menyembul dari balik celah pintu. Untuk beberapa saat perempuan itu terdiam, lalu menatapnya salah tingkah. "Mami-telepon ... katanya mau ngomong sama lo."
"Masuk," pinta Sean, masih terdengar datar dan dingin.
Safira kemudian melebarkan celah pintu itu, melangkah pelan-pelan masuk ke dalam ruangan. Entah mengapa, ia menjadi sangat gugup begitu mendapati Sean sedang mengamatinya. Aura lelaki itu terlihat berbeda ketika ia berada di balik meja kerjanya.
Tubuh Safira sudah tiba di sisi meja kerja Sean, kemudian menyodorkan ponselnya pada lelaki itu, yang langsung di terima olehnya dalam diam. "Iya, Mi?" sapa Sean singkat saat panggilan itu ia terima. "Di rumah."
Samar-samar Safira dapat mendengar percakapan Sean dan Mami di ujung sana. Merasa sudah tidak ada keperluan lagi di dalam ruangan itu, Safira hendak melangkah keluar. Tapi, saat berbalik, tiba-tiba saja Sean menggengam tangannya, lalu menarik tubuhnya untuk mendekat.
Tentu perlakuan Sean yang secara tiba-tiba itu membuat Safira tersentak, ia melebarkan kedua matanya dan berbalik cepat. Mata Safira menatap lelaki itu dengan tampang bingung, tidak berkutik saat dengan santainya lelaki itu malah mengelus punggung tangannya.
Sean sendiri tidak mengucapkan apa-apa, ia berpaling dan sibuk berbicara dengan Mami dari balik telepon. Di detik berikutnya, Safira merasakan hawa panas seketika menjalar masuk ke seluruh tubuhnya. Ia mengerjap kaku, lalu tanpa sadar menahan napasnya.
"Iya, nanti Sean coba tanya ... hm." Begitu kalimat yang dapat Safira dengar sebelum Sean memutus sambungan itu.
Refleks Safira menegang saat Sean mengangkat wajahnya, menatap matanya dari bawah. Ia lalu menyerahkan ponsel itu dengan satu tangan yang masih menggengam tangan Safira. "Nih, hape lo," ujarnya.
Safira masih terdiam, mencoba menahan debaran di dada atas perlakuan Sean yang tiba-tiba tadi.
"Ini, gak mau lo ambil?" Sean menyodorkan hapenya lagi, membuat Safira gelagapan dan segera merampas itu.
"Ngapain sih lo pake pegang-pegang tangan gue!" sentak perempuan itu galak, padahal hatinya sedang jungkir balik di dalam sana.
Sean lalu melepas genggaman tangan itu, mengedik sambil kembali memperhatikan satu persatu berkas-berkas di atas meja kerjanya. "Gue males jalan keluar buat balikin hape lo. Jadi gue sengaja nahan lo untuk gak keluar biar gue gak perlu balikin itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
PACTA
RomanceMereka pernah sama-sama terluka karena cinta, lalu disatukan dalam sebuah perjodohan. Pernikahan yang seharusnya sakral mendadak berubah kacau. Bagi Sean, Safira adalah perempuan yang tepat untuk menemani seluruh hidupnya yang berantakan. Dan bagi S...