Vote yukss!!
****
Safira bersidekap dengan bibir mengerucut kesal. Di sampingnya, Sean sedang menyetir sambil sesekali bersiul dengan nada yang menjengkelkan untuk Safira dengar. Ingin sekali ia menutup bibir itu agar tidak mengeluarkan suara.
Beberapa saat yang lalu, Safira terpaksa meminta izin pada Aldo untuk pulang lebih cepat dengan alasan tidak enak badan. Hal itu pun menjadi tidak mudah begitu Aldo memaksa untuk mengantarnya pulang. Aldo bilang kalau ia tidak bisa membiarkan karyawan kafenya yang sedang sakit pulang sendirian.
Tentu saja Safira tahu itu hanya sebuah alasan. Ia menolak itu, meski dengan beberapa perdebatan yang terjadi antara dirinya dan Aldo. Safira tidak bisa membiarkan lelaki itu mengantarnya pulang sementara di depan sana Sean sedang menungguinya.
"Lo tuh apa-apaan sih!" sentak Safira yang mulai tidak bisa menahan kekesalannya.
Sean melirik sekilas, lalu menaikan kedua alisnya tanpa rasa bersalah. "Gue? Kenapa?" tanyanya pura-pura bodoh.
"Iya, elo!" Safira melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue lagi kerja Sean! Gaji gue bisa dipotong kalo gini."
"Berapa sih gaji lo?" Dan lagi, Sean bertanya seolah menganggap remeh pekerjaan Safira. "Gue ganti. Berapa?"
"Bukan masalah ganti! Gue juga punya tanggung jawab di dalam kafe! Gue gak bisa pergi gitu aja."
"Emang gue ada maksa lo buat pulang?"
Safira bungkam. Tentu tidak, tapi dari cara Sean yang duduk di dalam kafe sambil menatapnya terus menerus membuat perempuan itu hilang fokus. Dibanding harus bermasalah dengan Aldo, lebih baik ia menurutinya pulang.
"Gue juga gak ganggu lo kok tadi."
"Lo ganggu!" Safira memutar tubuhnya ke arah Sean. "Mau lo sebenarnya apa sih, Se?"
Sean tersenyum miring, melirik Safira lagi sebelum memfokuskan pandangannya pada jalanan di depan sama. "Hak gue!" jawabnya santai yang justru menyulut kekesalan di dada Safira.
"Gue kan udah bilang kalo gue lagi-"
"Lo gak lagi halangan, Fir."
Bibir Safira kembali tertutup rapat, lalu mencebik sambil menggerutu dalam hati. Sial! Ternyata tidak mudah membohongi Sean. "Gue butuh alasan ... kenapa lo kepengin banget ngelakuin itu sama gue?"
"Seks?" tanya Sean memastikan dan dibalas anggukam kaku oleh Safira. "Hal itu masih perlu lo tanya?" Sean menaikan sebelah alisnya, tersenyum dengan gelengan kepala samar. "Lo tahu kebutuhan laki-laki kan, Fir?"
"Tapi kenapa gue?"
Lagi, Sean mendesis geli di sebelahnya. "Yang ini juga harus gue jawab?"
Safira menghela lalu menunduk. "Kalo karena gue istri lo, itu gak mungkin banget. Kita gak saling cinta, Se."
"Gue kan udah pernah bilang, kalo seks gak butuh itu."
"Tapi gue butuh cinta untuk ngelakuin itu," tandas Safira.
"Cinta?" Sean berujar skeptis. "Hari gini lo masih percaya cinta? Ck, mending lo buang jauh-jauh pemikiran lo itu, Fir."
"Kenapa?"
"Gak ada orang yang benar-benar cinta!"
"Terus bokap nyokap lo?! Lo pikir mereka gak saling cinta?"
Sean mengedik sombong. "Ya kalo lo beruntung, lo bisa kayak mereka."
Safira menganga tidak percaya. "Lo tuh terlalu menganggap remeh orang, Sean! Pantes aja lo ditinggalin sama cewek lo! Dia mungkin seling-" refleks Safira kembali mengatupkan bibirnya rapat-rapat, membelalak dengan tampang bodoh.
![](https://img.wattpad.com/cover/209410548-288-k240021.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PACTA
RomanceMereka pernah sama-sama terluka karena cinta, lalu disatukan dalam sebuah perjodohan. Pernikahan yang seharusnya sakral mendadak berubah kacau. Bagi Sean, Safira adalah perempuan yang tepat untuk menemani seluruh hidupnya yang berantakan. Dan bagi S...