Divote sama komen yukk!!
****
Sean merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha besar di Indonesia. Sejak kecil hidupnya selalu berkecukupan bahkan lebih. Menjadi anak satu-satunya membuat Sean sangat dimanja, segala hal yang ia minta pasti akan dituruti.
Mami dan Papi juga tidak pernah berhenti memberikan perhatian dan kasih sayang mereka untuk Sean. Tidak ada kekurangan di hidupnya, semua tampak sempurna.
Berbanding terbalik dengan Safira. Sejak Ibu meninggal dan bisnis Bapak mendadak hancur, Safira harus merelakan masa remajanya terenggut demi bisa mencukupi kehidupan mereka.
Safira tidak melanjutkan sekolah dan lebih memilih untuk bekerja. Bukan hanya demi sesuap nasi, tapi ada hutang besar yang Bapak pinjam pada salah satu rentenir di kampungnya yang harus Safira lunasi.
Hidup sulit membuatnya sangat sensitif apalagi menyangkut masalah uang. Safira pikir, mengeruk uang Sean dengan dalih nafkah bulanan bisa membantunya untuk melunasi hutang Bapak. Tapi ternyata, lelaki itu lebih licik dari yang ia kira.
Safira bisa saja mendapatkan uang bulanan itu, asalkan ia juga rela kehilangan sesuatu yang telah ia jaga selama hampir 25 tahun hidupnya, yaitu keperawanan. Sean memang pemuja wanita yang pintar, Safira harus berhati-hati dengan lelaki itu.
"Besok harus ada uangnya, Fir."
Safira mendesah seraya memijat keningnya yang terasa berat, satu tangannya lagi sibuk mencengkram ponsel yang tertempel di telinga. "Fira usahain, Pak," desahnya putus asa.
"Ini udah mendesak banget ... Bang Juki udah ngancem mau ngambil surat rumah." Ada nada ketakutan yang Safira tangkap dari suara Bapak. Sudut hatinya seketika meringis.
Beberapa menit yang lalu Bapak menelepon dan mengatakan kalau anak buah Bang Juki-rentenir yang menjadi tempat Bapak meminjam uang, datang, mengancam dan hampir merusak rumah mereka.
Tidak ada yang bisa membantu Bapak saat itu, para tetangga pun takut untuk berurusan dengan orang-orang suruhan Bang Juki. Sementara Sadam-adik laki-laki Safira sudah berangkat kuliah sebelum mereka datang.
"Bapak bingung mau minta tolong sama siapa lagi."
"Tapi anak buah Bang Juki udah pergi semua dari sana kan, Pak?" tanya Safira cemas dan khawatir.
"Sudah."
Ia menghela lega. "Nanti Fira coba cari pinjaman sama temen ya, Pak."
"Iya, Fir ... Bapak tunggu." Ada jeda sebentar sebelum Bapak kembali bersuara. "Kamu jangan bilang sama Sean, ya, apalagi kalo Papinya tahu."
Papi dan Bapak memang berteman dekat, sebelum Bapak pindah ke Depok dan membuka usaha di sana, Papi banyak membantu kehidupan Bapak. Mulai dari keuangan Bapak yang saat itu sangat memperihatinkan, sampai untuk masalah masalah kecil lainnya.
Bapak yakin, Papi pasti akan siap membantunya membayar hutang itu, tapi Bapak juga tidak ingin terus menerus menyusahkan sahabatnya. Keluarga itu bisa menerima Safira sebagai menantu saja rasanya Bapak sangat bersyukur.
"Fira gak akan cerita." Ditariknya napas berat itu dan dihembuskannya perlahan. "Bapak tenang ya, biar Fira aja yang cari jalan keluarnya. Bapak jangan banyak pikiran."
"Maafin bapak ya, Fir."
"Iya, Pak ... ini juga udah kewajiban Fira kok," balasnya mencoba menenangkan Bapak.
Lalu, hingga sambungan itu terputus, Safira belum juga menemukan jalan keluar dari masalahnya itu. Ia tidak tahu harus meminjam uang pada siapa. Desi hanya anak rantau yang mencari keberuntungan di Ibu Kota, bahkan untuk hidup saja ia harus membagi penghasilannya pada orang tua yang ada di kampung.

KAMU SEDANG MEMBACA
PACTA
عاطفيةMereka pernah sama-sama terluka karena cinta, lalu disatukan dalam sebuah perjodohan. Pernikahan yang seharusnya sakral mendadak berubah kacau. Bagi Sean, Safira adalah perempuan yang tepat untuk menemani seluruh hidupnya yang berantakan. Dan bagi S...