Vote dan Komentar ya.
****Tidak ada yang bersuara, keduanya seolah sedang menikmati hening yang mengambil alih suasana di dalam mobil itu. Satu-satunya percakapan yang mereka lakukan adalah hanya saat Safira masuk ke dalam mobil dan menanyakan alasan mengapa Sean tiba-tiba menjemputnya, dan dibalas dengan jawaban nyeleneh dari lelaki itu.
"Gue takut lo lupa jalan pulang," katanya.
Safira tahu Sean hanya sedang meledeknya. Sebulan masa perjodohan dan dua minggu usia pernikahan mereka benar-benar membuat Safira paham sekali sifat suaminya itu. Dan dibanding harus membalas jawaban nyeleneh dari Sean, Safira lebih memilih untuk terdiam.
Hingga setengah perjalanan terlewati, Sean yang merasa mulai tidak nyaman dengan keheningan di antara mereka akhirnya memilih untuk membuka suara. "Kita makan dulu ya, gue laper," katanya yang dibalas deheman singkat oleh Safira.
Lantas lelaki itu membelokan mobilnya memasuki sebuah pelataran Restoran bergaya Itali yang masih buka pada malam hari. Begitu Sean memarkirkan mobilnya, tiba-tiba saja Safira menyeletukan sesuatu yang membuat lelaki itu menoleh ke arahnya dengan gerakan dramatis.
"Gue gak mau makan di sini." Perempuan itu berujar sangat santai, hingga tanpa sadar kalau Sean di sebelahnya sedang menatap takjub.
"Mau makan dimana? Udah gak ada restoran lain yang buka jam segini."
"Banyak kok." Safira bersidekap seraya memandang lurus ke depan. "Pokoknya gue gak mau makan di sini," kekehnya.
"Kenapa gak mau?" Jujur, sebenarnya Sean sudah lelah dan lapar, hanya karena ingin menjalankan misinya saja, ia rela menjemput Safira.
"Ini tuh makanan Itali, gue kan orang Indonesia, lidah gue gak suka."
Astaga, alasan macam apa itu? Sean bahkan sampai kehilangan kalimatnya untuk membalas.
"Udah deh, makan tempat lain aja," pinta Safira lagi.
Sean lantas menghela, mengusap wajahnya dengan kasar. "Kenapa bukan dari tadi sih bilang gak mau makan di sini, gue udah parkir loh, Fir."
"Elo juga gak ada bilang mau makan di sini." Safira membalasnya tak mau kalah. "Gue ada tempat makan enak, kesana aja, ya?"
Akhirnya, dengan rasa lelah dan pening di kepala karena tadi sempat menenggak brendi saat dirinya berada di Black Devil, Sean kembali menjalankan kereta besinya itu keluar dari pelataran restoran. Sedikit mengumpat dalam hati karena harus menuruti permintaan sang istri yang tidak masuk akal itu.
"Jadi mau makan dimana?"
"Di depan sana." Safira menunjuk jejeran warung tenda yang ada di pinggir jalan. "Nah itu, yang tendanya ada tulisan nasi goreng gila."
Lagi-lagi Sean dibuat terperangah oleh perempuan itu. Warung pinggir jalan? Serius mereka akan makan di sana? Safira itu jenis wanita seperti apa sih? Diberi makanan mewah bintang lima malah memilih untuk makan di pinggir jalan.
"Lo gak keberatan kan kita makan di sini?"
Kenapa baru ditanya sekarang? Saat Sean sudah memarkirkan mobilnya di tepi trotoar.
"Gak," balas lelaki itu singkat, sedikit mendumel.
Safira tahu Sean sedang kesal karena ia menolak makan di Restoran mahal dan lebih memilih makan di pinggir jalan. Tapi Safira memang sengaja melakukan itu, untuk membalas perlakuan Sean yang sejak kemarin tidak berhenti menggodanya.
"Anggap aja gue lagi ngidam, Se. Jadi lo harus turutin kemauan gue," ujarnya nyeleneh, yang kontan membuat Sean melipat keningnya dengan senyum miring di bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACTA
RomanceMereka pernah sama-sama terluka karena cinta, lalu disatukan dalam sebuah perjodohan. Pernikahan yang seharusnya sakral mendadak berubah kacau. Bagi Sean, Safira adalah perempuan yang tepat untuk menemani seluruh hidupnya yang berantakan. Dan bagi S...