Third Diagnosis

902 102 62
                                    

"SEMUANYA MINGGIR!!"

Semua siswa yang berhamburan di sepanjang lorong terperanjat mendengar teriakan itu.

Seokjin, disusul dengan Choi-ssaem dan Hoseok dibelakangnya tengah berlari sambil menggendong seseorang ala bridal style. Namjoon yang tidak sadarkan diri terkulai lemas di pelukan Seokjin. Kening dan lutut kirinya lebam cukup parah.

Saat kejadian itu terjadi, Namjoon langsung pingsan di tempat akibat pukulan keras di kepalanya. Insting dokter Seokjin seketika menggelegak saat itu dan ia langsung meneriaki dua orang lainnya untuk membantunya mengangkat lemari besi yang menimpa Namjoon dan menyingkirkan tumpukan buku dan kertas yang berserakan di lantai.

Tanpa babibu, setelah Namjoon berada di pelukannya ia segera melesat ke ruang uks yang jaraknya cukup jauh, mengingat sebesar apa sekolah ini.

"Hoseok-ssi, tolong bukakan pintu uks, kuncinya ada di kantong jasku!" Perintah Seokjin terburu-buru begitu mereka tiba di depan pintu uks yang terkunci. Setelah membisikkan permisi dengan segan, Hoseok memasukkan tangannya ke saku jas Seokjin, meraih kunci pintu uks.

Ia terburu-buru membuka dan memutar kenop pintu gegara diteriaki Seokjin untuk lebih mempercepat pergerakannya. Seokjin nyaris menendang pintu hingga roboh begitu ia masuk ke dalam ruangan.

Choi-ssaem menggelengkan kepala, kepribadian guru baru ini ternyata berbeda dengan kesan awalnya yang ia tunjukkan kala pertama kali bertemu. Dari sosok yang tenang dan terkendali, langsung berubah menjadi anarkis begitu berhadapan dengan pasien.

Ia dengan cekatan membaringkan tubuh Namjoon yang tak berdaya ke salah satu kasur. Kekhawatirannya memuncak melihat wajah Namjoon yang banjir keringat terlihat menahan sakit, bahkan saat tidak sadarkan diri.

Dengan lembut ia mengusap poni Namjoon agar menyingkir dari keningnya yang terluka. Ia meringis melihat lebam yang membiru. Pasti sakit sekali.

Ia menoleh pada Hoseok dan Choi-ssaem yang masih mematung. "Choi-ssaem, Hoseok-ssi, silahkan pergi. Saya yang akan menanganinya." Seokjin berkata dengan tegas. Terlihat sangat serius.

"Ka, kalau begitu tolong jaga teman saya, seonsaengnim." Ujar Hoseok sebelum menutup pintu uks.

Seokjin menanggapi dengan senyum yakin, "pasti. Serahkan padaku."

.

.

.

.

.

"Eungh..."

Namjoon mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha mengadaptasikan pandangan dengan cahaya ruangan yang begitu terang.

Begitu penglihatannya menjadi jelas, ia perlahan bangkit dan mendudukkan dirinya di kasur tempatnya berbaring. Ia baru sadar kalau ia sedang berada di uks.

"Kau sudah sadar?" Namjoon berjengit terkejut mendengar suara seseorang yang familiar. Ia menolehkan kepalanya ke samping, mematung melihat sosok pria tampan yang tengah menggeggam baskom berisi air hangat.

Namjoon tebak, ia adalah guru kesehatan tampan yang dibicarakan Hoseok, Kim Seokjin. Memang tak bisa dipungkiri, pria itu tampan sekali.

Ia menghampiri sang siswa yang tidak bereaksi dan duduk di bangku samping tempat tidur Namjoon. Perlahan ia menyibak selimut yang membungkus tubuh bagian bawah Namjoon, memperlihatkan lutut Namjoon yang lebam parah.

Namjoon sendiri tersentak melihat kondisi lututnya yang menggenaskan, meringis pilu saat berusaha menggerakkan kakinya yang memar. Seokjin berseru panik, "ah, bodoh! Jangan gerakkan kakimu dulu!"

Heal Me (Jinnam/Namjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang