Eighth Diagnosis

797 81 21
                                    

"Aku mau pulang."

"Eh!? Tunggu dulu, ajusshi!"

Begitu turun dari kereta, tanpa menatap ke belakang Seokjin langsung melesat pergi. Ia melangkah lebar sembari mengabaikan Namjoon yang terus memanggil namanya. Tiba-tiba satu kalimat dari Namjoon langsung menghentikan langkah Seokjin.

"Kamu mau kulaporin ke sekolah!?"

Kaki si guru muda terhenti otomatis. Ia segera berbalik menghadap Namjoon dengan wajah masam. "YA SUDAH! MAU KEMANA?" Teriaknya nggak tanggung-tanggung. Namjoon terhentak kaget, lalu menatap Seokjin dengan tatapan menghakimi. "Tadi cuek, tiba-tiba ngegas!" Gumamnya pelan.

"AKU DENGAR ITU!!" Potong Seokjin kesal.

"YA SUDAH SIH!!" Balas Namjoon ikutan berteriak.

Keduanya lantas saling melemparkan tatapan tajam, mengabaikan tatapan heran kerumunan di sekitar mereka. Seorang satpam yang awalnya akan menghampiri kedua laki-laki itu karena mengganggu kenyamanan umum memutuskan berhenti begitu dua orang mencurigakan itu berhenti berteriak dan malah melaksanakan kontes menatap.

Namjoon tiba-tiba melangkah maju dengan cepat, menangkap lalu menarik tangan Seokjin dan menariknya pergi keluar stasiun. Seokjin sesungguhnya sangat kesal. Tapi untungnya dia masih bisa menahan, dan memilih untuk mengalah dan membiarkan Namjoon menariknya pergi.

"Pokoknya sekarang kita lanjut. Nggak mau tau." Ujar Namjoon tanpa menatap yang bersangkutan. Seokjin merengek protes. "Kim, aku capek~" mendengar itu, Namjoon memutar bola mata dan mendecih, "ahjussi sudah tua, tapi kelakuan kayak bocah. Jangan merengek, kita bakal pergi berburu sekaligus chillin'. Jadi santai aja." Ia mengibaskan tangan dan terus menarik Seokjin dengan enteng.

Seokjin cemberut, tapi tetap melangkah mengikuti kemanapun Namjoon pergi. Beberapa saat kemudian, mereka tiba di depan perpustakaan umum yang megah. Seokjin mengerutkan kepala tapi tak mengatakan apa-apa.

Begitu masuk ke dalam, bau debu dan buku-buku tua langsung menyapa hidung. Rak-rak yang berisi bermacam-macam buku menghiasi ruangan besar itu. Seokjin tanpa sadar tersenyum. Jiwa kutu bukunya merasa terpanggil melihat buku-buku sebanyak itu.

Tiba-tiba tangannya yang awalnya bertautan dengan Namjoon terlepas. Namjoon berjalan lurus ke arah meja pengawas perpustakaan, mengabaikan Seokjin. Entah kenapa ada sedikit rasa kecewa yang menggelitik hatinya.

Aneh....

Ia mendekat pada Namjoon yang sedang bercengkrama dengan lelaki di balik meja pengawas. Semakin dekat, semakin terdengar suara ceria dari lelaki penjaga perpustakaan itu. Begitu Seokjin berada tepat di belakang Namjoon, ia merengut karena diabaikan. Kedua lelaki itu tampak seru sekali mengobrol. Penasaran, Seokjin melirik melewati bahu Namjoon dan pandangannya menangkap nametag lelaki pengawas itu. Nama yang tertera di sana adalah 'Park Kyung'.

"Namjoonie! Kenapa nih, mau cari buku baru?"

"Iya, aku lagi pengen baca bukunya Agatha Christie. Ada yang baru dicetak nggak, bro?"

"Ada, ditempat biasa. Aku udah simpankan beberapa di bagian agak pojok karena pas rilisnya langsung diborong. Aku tau kamu pasti datang nyari mereka juga, jadi inisiatif aja deh."

"Serius? Makasih, lho."

"Iya, iya. By the way, itu di belakang kamu siapa?" Pemuda bernama Park Kyung itu menunjuk ke seseorang di belakang Namjoon yang pura-pura bisu dari tadi. Siapa lagi kalau bukan Seokjin.

Seokjin tersentak, pipinya memerah karena tiba-tiba menjadi pusat perhatian. "H-huh?" Namjoon lantas menyeringai dan berujar dengan suara manis. "Guruku. Kami sedang kencan."

Heal Me (Jinnam/Namjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang