Chapter 01

91 28 2
                                    


"Kamu jangan ke mana-mana yah, nanti aku bisa mati." lelaki yang sebentar lagi memasuki fase dewasa itu menatap lekat netra indah wanita di sampingnya. "Karena kamu itu adalah oksigen buat aku."

Wanita belia itu tersipu, kepalanya menunduk membuat rambut panjang miliknya menutupi rona merah di kedua pipi berisinya. "Iya, Kak."

"Hmm ... lupa lagi yah? kemarenkan udah janji mau panggil aku sayang ...." Lelaki itu menarik hidung pesek si wanita.

"Hehe maaf, Say ... ang."

Wanita berhijab lebar itu menggeleng. Kesadarannya kembali, matanya menutup. "Cowol emang semuanya sama aja."

Kenangan itu terjadi saat usianya lima belas tahun. Untuk pertama kalinya ia mengenal apa itu pacaran, ya, meski hatinya masih bertanya apakah ia benar cinta atau tidak. Namun seiring waktu, saat ia menyadari perasaan itu telah ada, lelaki itu pergi meninggalkannya. Beberapa hari setelahnya, tersebar kabar bahwa lelaki itu telah memiliki kekasih di kota. Ia menyadari, selama dua bulan ini Ia hanyalah sebuah tempat pelampiasan bagi Sadil, lelaki yang terpaut empat tahun darinya.

"Fara, kok belum tidur? Besok sekolah!" teriak Puspa. Kamar anak gadisnya masih terang oleh cahaya lampu, menandakan bahwa si empunya belum tidur. Ia melirik jam dinding, sudah pukul 23.09.

"Iya, Ma!" balas Fara. Ia bangkit, dan memadamkan lampu. Gelap, hal yang membuatnya nyaman sekaligus ketakutan.

***

Kelas Bahasa Inggris baru saja usai, ditandai bel yang dipukul beberapa kali. Seperti biasa, dengan berlapiskan tas yang berisikan mukenah ia jadikan bantal, rutinitas yang ia jalankan selama sekolah di sini di waktu istirahat. Tentu itu adalah saat yang tepat, karena murid yang lain akan menghabiskan waktu istirahatnya di kantin atau duduk di pojok kelas bersama pacar masing-masing.

"Lo gak ke kantin? Lo gak lapar apa?" Suara itu membuat Fara tegak. Jarang sekali ada yang menganggunya di saat tidur.

Seorang lelaki dengan netra kecoklatan, hidung mancung, memiliki kulit putih, duduk di seberang meja milik wanita itu. Ia adalah siswa yang baru sehari bersekolah di sini, ya, anak baru.

"Gak ada urusannya kan sama Lo?" Ia balik bertanya.

"Hmm ... lo kurang ramah. Pantes aja lo gak punya satu pun teman di SMA ini." Lelaki itu memancing wanita di hadapannya agar melayaninya sebagai 'tamu'.

"Lo di sini baru beberapa jam, jadi gak usah sok tahu!" Fara benar-benar bangun sekarang, ditatapnya lelaki yang ada di hadapannya. Tangannya terlulur memperbaiki hijab lebar miliknya, sedikit kacau. "Kalo gak ada yang penting, silahkan pergi dari sini! Lo ganggu."

"Ck! Gue emang gak ada urusan sama lo. Tapi, gue cuma pengen duduk di sini. Lagipula yang gue dudukin bukan bangku punya lo. Jadi lo gak berhak ngusir gue."

"Gue kira lo ramah pas liat hijab lebarlo. Tapi kenyataannya jauh ...," sambungnya berbisik.

Putri Malu (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang