Dua jam berselang, lonceng yang dipukul beberapa kali menujukkan waktu pulang menggema. Kelas Fisika pun selesai, tentu dengan ketidakpahaman siswa-siswi, menurut mereka metode pengajaran yang diterapkan oleh Bu Mega tidak bagus. Namun, satu pun tak ada yang berkomentar, semuanya bermasa bodoh termasuk Fara."Hah! Keknya aku emang ditakdirkan untuk selalu belajar dari dua guru sekaligus, Bu Mega dan beberapa bimble online yang ada di YouTube. Semoga ... aja aku gak stress ...," ujar wanita bertahi lalat di sisi kanan atas bibirnya--Fara--, dia terlihat cantik dengan noda hitam itu.
Tangannya sibuk memasukkan buku paket, buku catatan, serta ballpoint miliknya ke dalam tas. Setelahnya ia berjalan di dekat dinding, sedang menutup gorden. Ya, hari ini adalah waktu piketnya. Langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang sedang tidur, dia adalah lelaki asing itu. Fara menghampirinya, lama ia berdiri di sisi lelaki itu. Namun, tak ada sesuatu yang berubah, lelaki itu tertidur tampak sangat lelap padahal ia tidak sedang tidur.
"Eh, cowok aneh, bangun! Sekarang udah waktunya pulang," ujarnya.
"Stop manggil gue cowok aneh, nama gue Bagas," balas lelaki asing--Bagas-- ia masih tetap dengan posisinya.
'Oh namanya Bagas.' Fara membatin, alisnya terangkat sebelah.
"Dan kalau mau pulang duluan aja, gue masih mau di sini," sambung Bagas.
"Et ... et ... gak bisa gitu, hari ini adalah waktu piketnya gue. Jadi, gue harus cepat-cepat ngunci pintu dan ngasih kuncinya ke satpam. Cepetan!" terangnya.
"Ya ampun! Gue lagi ngantuk, tungguin bentar bisa, 'kan? Bentar ... aja." Bagas memohon, suaranya serak.
"Bukan urusan gue. Gue yakin tuh pasti semua jam tidur malam lo, lo habisin buat nge-game. Cepetan! Keknya Abang gue udah nunggu di luar," ujarnya Fara, lalu kembali sibuk dengan beberapa gorden yang tersisa.
"Kalo gak bangun juga, gue bakal ngunciin lo di sini, biar sekalian jadi makanan cicak!" sambungnya, Ia telah menutup gorden yang terakhir.
Tak ada jawaban. Fara duduk pada bangku yang berada tepat di samping kiri bangku milik bagas, ia menatap lelaki itu, hatinya sudah dihinggapi sedikit rasa kesal.
"Oke kalo itu mau lo, gue kasih waktu sepuluh menit. Kalo lo belum bangun juga, gue benar-benar bakal ngunciin lo di sini!" pungkasnya.
Satu menit, dua menit, hingga lima belas menit tak ada yang terjadi.
"Ck! Gue udah muak ya, sekarang! Gue kunciin beneran lo biar tau rasa! Ya Allah semoga Bang Alvin gak marah karena kelamaan nunggu."
Fara melangkah cepat ke arah pintu, ia sungguh-sungguh dengan ucapannya. Ditariknya daun pintu bercat coklat itu hingga benar-benar tertutup, anak kunci sudah siap untuk dimasukkan, tetapi tiba-tiba pintu ditarik dari dalam dengan sangat kuat.
Bagas berdiri di hadapannya, ia menatap Fara intens. Fara yang baru saja ingin memarahi lelaki itu terdiam seketika saat melihat tatapan itu, ia gugup.
"E-ee ... cepetan keluar!" serunya terbata-bata. Kepalanya terus ditundukkannya.
"Lo bisa nanya ke gue di saat lo kesulitan dalam kelas Fisika," ucap Bagas dan berlalu pergi.
Fara masih mengontrol jantungnya, satu-satunya organ tubuh yang sulit dikendalikannya saat ditatap pria. Ia mengembuskan napas dan melangkah menuju pos satpam. Tangannya terangkat memberi kunci setelah menjelaskan alasan kenapa ia memberikan kunci sangat terlambat.
Fara berlari kecil, embusan angin sepoi membuat hijabnya sesekali berkibar. Di luar sudah sangat sepi, ia menuju tempat abangnya menunggu dengan sebuah sepeda motor.
"Assalamu'alaikum, Bang Arfan. Maaf lama, tadi ada urusan sebentar," sapanya. Ia yakin akan dijejali banyak pertanyaan oleh abangnya itu.
"Wa'alaikumssalam, Dek, urusan apa emangnya?"
"Urusan biasa, Bang. Ayo, aku udah lapar." Ia menaiki kendaraan dengan cepat, tak lupa kedua tangannya melingkar dipinggang Arfan.
"Biasa apa? Kamu jarang banget punya urusan di sekolah. Atau jangan-jangan kamu pacaran?" Penyelidikan dimulai, bagaimanapun Arfan tahu bahwa Fara adalah orang yang paling santai di sekolah. Sangat-sangat jarang mengurusi sesuatu, jika dibilang itu adalah urusan eskul atau organisasi tidak mungkin. Karena wanita itu tidak bergabung dalam eskul dan organisasi apa pun.
"Astagfirullah, Bang! Jangan suudzon! Nanti aku ceritain di rumah. Aku lapar banget, Bang." Memang benar, beberapa kali perut wanita itu mengeluarkan musik keroncong.
"Ya udah," balas Arfan. Kuda besi yang mereka tunggangi perlahan merayap di atas jalanan sepi.
![](https://img.wattpad.com/cover/209418595-288-k89608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Malu (On Going)
Novela JuvenilSeorang wanita pemalu yang berusaha secuek mungkin pada orang-orang terutama laki-laki. Masa lalunya terlalu kuat mempengaruhi perilakunya di masa sekarang. Hingga dua laki-laki datang dan meluluhkan hatinya dengan cara berbeda, siapa yang akan dip...