cendayam disetiap rasa, begitu kata mereka. ini cerita pendek rekomendasi untuk penghujung malam. os cerita, markhyuck of course.
ada beberapa cerita mengandung konten eksplisit, tolong kebenahannya ya!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pintu rumah terbuka, memunculkan seosok pria yang masuk kedalamnya. Pandangannya terlihat lelah—entah alasan yang belum pasti.
Dirinya menggenggam kunci, gemericiknya terdengar nyaring untuk ukuran rumah yang sepi —hari mulai gelap, itu biasa.
Seperti suara lonceng, ternyata si kunci (lebih tepatnya pada suara yang dihasilkan) membawa sesosok lain yang turun dari lantai dua.
“Ka?”
Sapaan serak itu terdengar di gendang sang manusia lain. Mau tak mau, si pendengar pun menjawab pula, “Donghyuck?”
Pria yang sekarang sudah didepan Donghyuck ini sedikit kaget ketika melihat ternyata iris mata coklat gelap itu yang menyapanya.
Jas yang dilepas lalu diselampirkan (kebetulan ada gantungan baju di samping pintu masuk), “Kenapa kamu belum tidur?” tanya pria yang sembari membuka sepatunya. Lalu, menyamakan diri untuk berada pas di depan Donghyuck.
Donghyuck membantu membuka dasi kendati sang mata masih berkunang-kunang (efek ketiduran), “Tidak ada yang peluk.” entah ia berbicara sadar atau tidak, perkataannya itu membuat pria didepannya tersenyum.
“Donghyuck sudah besar. Masih perlu peluk kakak?”
"Udara dingin kak Mark. Guling kurang cukup, tubuh kak Mark besar -puas aku peluk."
Mark ingin sekali langsung memeluk bocah didepannya ini, tapi telat —Donghyuck memeluknya duluan. (lebih tepatnya menyadarkan wajahnya pada kemeja putih lungset)
Mark kaget awalnya, tapi, akhirnya ia memejamkan mata dan menghirup beberapa helai wangi shampoo yang dipakai Donghyuck. Benar-benar obat pelepas lembur.
Seperti gerakan angin, tas kerja Mark diambil, dan kegiatan singkat didepan pintu itu berakhir.
Dasi dan tas Mark ditangannya, Donghyuck berbalik arah, “Kak Mark, cuci kaki, cuci tangan, abis itu makan. Terus mandi. Makanannya udah ku panasin 10 menit lalu. Air panasnya udah ku siapin tadi.”
Mulut itu terus berbicara, Mark tersenyum saja. Lalu mengangguk, “Baiklah.”
“Cepetan! Mau peluk!” kata-kata itu singkat, tapi membuat kedua empu senang sendiri.
Iris mata Mark menatap Donghyuck yang menuju ke lantai atas. Masih ada satu atribut lagi yang tersisa, ia melepaskan jam. Mark melihat jarum jam. Jam satu pagi.
Tanpa sadar karenanya, Mark tersenyum.
Bukankah itu cukup malam untuk menunggunya pulang. Bahkan, waktu makan malam sudah terlewat 6 jam lalu, dan jam tidur yang terlewat.
Ah —daripada berlama-lama didepan pintu, lebih baik ia mengerjakan apa yang diperintahkan belahan jiwanya itu. Keburu nanti Donghyuck marah dan dia tidak dapat pelukan hangat.
Sayang dong, kesempatan dapat double lucky dia hari ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
catatan penulis
ini chapter yang begitu pendek bagaimanapun 🤣 sejeleknya ini di mata kalian, aku tetap bangga dengan diri sendiri karena tak sangka bisa buat ini di kelas 8, oh tidak, 7 :') ya tuhan, serius, itu sudah lama sekali berarti! *nostalgia section on*
jangan lupa dukung ya! mudah, tinggal vote dan komen!