Kebahagian Semu

2 0 0
                                    

"Sudah bulatkah tekadmu, Mas?" Tanya Candien setiba di hotel dan mendapati suaminya yang masih duduk di balkon menunggunya pulang.
"Sudah."
"Kenapa?"
"Aku tidak sanggup lagi menyakitimu."
"Menyakiti apa mas? Selama ini mas baik. Suami yang sempurna. Ada perempuan lain? Jawab mas, aku tahu pasti iya."
"Dengarkan aku dulu, tolong." Pinta Greg memohon.
"Silakan."
"Sesungguhnya, aku tak pernah mencintaimu Candien. Tolong, biarkan aku selesaikan ceritaku dulu dan barulah protes." Kata Greg saat tahu Candien hendak memotongnya. Air mata membasahi pipinya. "Rasaku kepadamu hanya sebatas rasa sayang kakak terhadap adiknya tidak lebih. Aku setuju menikah denganmu sepuluh tahun lalu, karena aku tak mampu menolak keinginan satu-satunya nenekku. Kamu tahu aku sangat menyayanginya, melebihi apapun didunia. Aku berjanji padanya untuk menjadi suami sempurna bagimu. Namun, aku rapuh kali ini Candien. Aku tak mampu lagi. Karena akan semakin menyakitimu nantinya. Aku tak mampu melihatmu bahagia diatas kebohonganku selama ini."
"Kamu bohong, Mas. Aku yang tak mampu memberikanmu anak, kan? Tapi kan kita selalu periksa ke temanmu. Dan aku baik-baik saja. Kamu tahu itu, Mas?" Protesnya tak terima.
"Sungguh Candien, bukan itu. Aku tak pernah mengharapkan apapun darimu, bahkan anak sekalipun. Hanya saja, aku sudah tak mampu menahan hatiku untuk berbohong padamu. Karena aku tak sanggup lagi memberikan kebahagian semu kepadamu."
"Apa karena gangguan jiwaku selama ini? Kamu malu dengan aku, istri berpenyandang gangguan jiwa. Iya, kan mas? Jujur saja mas."
"Bukan Candien, aku tak pernah mempermasalahkan hal itu. Gangguan mental yang kamu derita tidak sama sekali menganggu aktifitasku. Sudah kubilang. Aku tak mampu berbohong kepadamu lagi dan lagi."

****************

"Nyonya Candien Gunawan," Seorang suster memanggilnya, sudah beberapa kali memanggilnya. Namun Candien berdiam tak bergerak, lupa kalau namanya adalah Candien Gunawan. Wajar, selama sepuluh tahun belakangan ia selalu dipanggil Mrs. Greg. Dan sah setelah dua bulan ini dia kembali dipanggil nama aslinya. Candien menandatangani surat cerai yang Greg layangkan, Candien mencoba segala cara sampai ke psikolog pernikahan. Hasilnya nihil, Greg masih tetap dengan keputusannya. Akhirnya mereka sepakat bercerai. Candien kembali pulang ke Bali, menempati rumah ibunya, yang semula peninggalan sang kakek. Semua kakak-kakak Candien sudah memiliki keluarga sendiri. Kakaknya yang pertama Cassandra tinggal di pulau Bintan bersama keluarga kecilnya, Andrew di Jakarta. Candien tinggal hanya dengan sepasang suami istri yang membantu mengurus keperluan rumahnya. Bli Putra dan Gek Devi. Mereka yang menemaninya dua bulan terakhir ini. Candien belum tahu langkah apa yang akan diambilnya paska bercerai. Rumah di Canberra telah Greg jual dan hasil seluruhnya diberikan padanya, sesuai atas perjanjian pra-nikah mereka. Greg masih tinggal di Canberra dengan kehidupan lamanya. Menjalankan peran seorang dokter muda. Candien, mengundurkan diri dari klinik yang telah delapan tahun ia mengabdi. Dan memutuskan kembali pulang. "Nyonya Candien Gunawan," Kali ini suster ini berteriak.
"Iya sus," Jawab Candien terperangah.
"Keluhannya apa, Nyonya?" Tanya dokter muda cantik dihadapannya.
"Saya telat datang bulan, dokter."
"Sudah menikah?" Tanya dokter hati-hati.
"Baru dua bulan bercerai." Jawabnya datar.
"Saya cek dulu." Candien diarahkan untuk menjalani usg. Ada kekhawatiran pada diri Candien, bagaimana jika dirinya hamil. Ah tidak mungkin, tiga bulan sudah ia dan Greg tidak berhubungan badan. "Tidak ada masalah dengan rahimnya, tidak ada apa-apa. Baik semua."
"Lalu saya ini kenapa dok?"
"Bisa jadi efek samping penghentian suntik KB yang ibu jalani selama ini. Apakah pusing ibu menghilang dua bulan ini? Karena efek samping suntik KB memang sering terjadi pusing. Tapi hal itu wajar. Karena penghentian suntik KB, menstruarsi jadi tidak teratur karena perubahan hormon. Tapi itu tidak apa-apa. Wajar. Nanti akan kembali normal kembali."
"Dokter, tolong bicara yang benar. Saya tidak pernah suntik KB. Tapi memang benar, saya sering pusing sepuluh tahun terakhir ini." Candien terkesiap, kaget sekaget kagetnya, ia tak pernah KB apapun, dia sangat menginginkan anak.
"Saya berbicara sesuai yang saya periksa, Bu." Dokter Angelie meyakinkan.
"Tapi saya tidak pernah merasa suntik KB, dok." Candien kekeh.
"Ibu, mohon maaf sekali. Hasil pemeriksaan seperti ini. Saya berbicara apa adanya."

Greg, inikah yang kau maksud menyakitiku selama ini? Kau diam-diam menyuntik cairan KB saat aku tidur agar aku tak hamil. Sejahat itukah kau? Apa salahku padamu? Pantas kau selalu menguatkanku saat keluargamu mencemoohku. Tak hanya keluargamu, teman-teman dan semua yang mengenal kita. Kau menguatkanku, berdalih Tuhan belum menitipkan anak kepada kita. Dan semua itu adalah perbuatanmu.

Dibawah Temaram Matahari Di Ufuk BaratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang