2. the news

6.2K 684 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga benci spotlight

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga benci spotlight.

Baru aja dua hari di Indonesia, namanya udah ada di news portal. Mungkin bagi orang awam, nggak banyak yang tau soal Saga. Tapi di dunia bisnis? Papanya aja, Adrie Pratayudha itu termasuk 100 orang berpengaruh di Indonesia. Di Industri Penerbit Indonesia, Adrie Group itu nomor 1. Adrie Group udah 20 tahun berkarir di dunia penerbit. Walaupun sekarang udah mulai goyah sama pendatang baru. Galamedia, contohnya. Hanya dengan 6 tahun, Galamedia udah bisa menyalip Adrie Group. Punya papa yang terkenal begitu, tentu saja namanya enggak bisa lepas dari incaran media. Apalagi soal isu dia bakal menjabat sebagai CEO Alinea Publishing. Gue bahkan nerima tawaran Papa secara resmi.

Pas selesai "melihat-lihat" artikel tentangnya, ada satu pesan masuk dari Satria.

Pas selesai "melihat-lihat" artikel tentangnya, ada satu pesan masuk dari Satria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga menyimpan ponselnya di atas nakas, lalu menatap ke luar jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga menyimpan ponselnya di atas nakas, lalu menatap ke luar jendela. Udah lama sekali enggak melihat pemandangan Jakarta dari jendela besarnya. Ya... walaupun nggak keliatan apa-apa, ketutup sama polusi—tapi ngangenin.

Buat kalian yang belum tau, Saga itu udah 1,5 tahun kerja di SG Press, Singapura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buat kalian yang belum tau, Saga itu udah 1,5 tahun kerja di SG Press, Singapura. Bergengsi banget deh pokoknya, sedikit banget orang Indo yang bisa kerja disana. Kerja di SG Press juga ada tujuannya. Saga tau, cepat atau lambat, ia akan memimpin perusahaan Papanya yang udah dirintis bahkan sebelum Saga lahir. Awalnya, Saga enggak mau. Kayak engga ada minat gitu di bidang literasi. Sampe suatu hari, Mamanya meninggalkan Saga untuk selamanya. Keluarga Pratayudha saat itu sangat kehilangan sosok sang Mama. Papanya sayang banget sama Mama, begitu juga Saga. Waktu Mamanya meninggal, Papa move on dengan membuat satu lini penerbit dengan nama Alinea. Ya, itu nama Mamanya.

Saga tahu betul, sang Mama itu punya mimpi bikin penerbit yang menerbitkan buku-buku fiksi—genre tulisan kesukaan sang Mama. Tapi nggak sempat, karena dipanggil tuhan lebih dulu. Jadi, waktu sang Papa bilang kalo Saga bakal jadi pemimpin Alinea suatu hari nanti, Saga menyanggupi. Kuliah dia ambil Manajemen Bisnis di UI, terus kerja di SG Press, belajar soal dunia publishing dan media. Sekarang, waktunya Saga membuktikan dirinya sendiri dan meneruskan mimpi Mama.

Pikirannya buyar saat pintu kamarnya di ketuk, menunjukkan sang Papa dengan kerutan wajah yang terus bertambah. Saga tersenyum kecil,

"Hai Paps."

Papanya langsung memeluk anak laki-laki satu-satunya itu.

"Kamu makin tinggi aja, Ga."

"Saga yang tinggi apa Papa yang makin pendek?"

Keduanya tertawa.

"Malam ini ikut Papa dinner sama direksi, ya. Mereka pengen tahu cerita kamu selama di Singapura."

"Iya Pa."

"Terus, cepet ke Bandung. Satria udah hubungin kamu, kan?"

"Udah, Pa."

Papanya mengangguk, lalu menepuk pundak Saga, "It is time, Son. It is time."


Saga Cuma bisa pasang senyum selama Dinner bersama dewan direksi. Mereka itu ya nggak di kantor enggak pas lagi makan malam gini, ngomonginnya bisnissss terus. Saga ditanya-tanya banyak. Beban banget bagi Saga, karena pasti mereka punya ekspektasi yang lebih terhadap dirinya. Nggak Cuma mereka sih, mungkin, nanti, satu Indonesia.

Nyampe kamarnya, Saga rasanya kayak habis dihisep dementor. He is exhausted. Dia ini bukan tipe sosial. Socializing drains his energy. Mana besok harus ke Bandung. Gue harus istirahat, besok ke Bandung. Setelah ganti baju dan cuci muka, kaki dan tangan, Saga duduk di kasurnya, lalu membuka laci nakas. Disitu sudah ada satu buah tub plastik berisi pil obat tidur. Tanpa pil ini, Saga enggak bisa tidur. Dari dulu emang Saga selalu punya gangguan tidur. Kayaknya habis ini gue harus mulai terapi lagi, gumamnya. Setelah obat itu larut dalam tubuhnya, Saga merasakan kantuk yang luar biasa, menidurkan pemilik tinggi 184cm ini dan membawanya ke alam mimpi.


***

This chapter is a bit boring though. Sabar ya. No need to rush ;)

deadline ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang