DG 15

274 28 8
                                    

Happy Reading
📖📖📖












7 Tahun kemudian

Suara langkah kaki yang berlari kesana kemari. Saling mengejar. Penuh dengan keceriaan yang membuat hatinya menghangat, setiap mendengar suara ceria yang dikeluarkannya. Begitu hidup dan hangat, rumah mewah yang selama 7 tahun ini dihiasi suara tawa bahagia dari anak laki-laki yang tinggal dengannya selama ini.

Tapi, apa itu bisa disebut kebahagiaan untuknya?

Ia hanya ingin bahagia. Apa tak boleh ?

Walau ia tahu ditempat lain ada yang bersedih dengan kehilangan sumber kebahagiaannya. Namja ini tahu, yeoja yang ia cintai sedang tak baik-baik.

Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur . . .

Dan apa yang bisa ia perbuat sekarang, kebahagiaan yeoja yang ia cinta itu saat ini ada pada dirinya. Lebih tepatnya anak laki-laki yang saat ini bermain dengan sepasang kekasih, yang juga tinggal dengannya. Lebih tepatnya adiknya dan kekasih adiknya.

Begitu ceria senyumannya, membuat yang berada di sekitarnya tersihir oleh senyumannya dan ikut tersenyum ceria. Bocah laki-laki yang berusia 6 tahun itu. Memang memiliki sifat yang ceria dari sang ibu. Yang mampu menularkan kebahagiaan disekitarnya.

Laki-laki tan, tersenyum kecut melihat bocah yang ia beri nama guan lin tertawa sambil berlarian. Melihat senyuman guan lin, mengingatkannya pada wanita yang ia cintai selama ini. Yang tak bisa ia dapatkan atau ia gapai. Tapi disetiap malamnya ia merasa sangat bersalah saat mendengar tangisan guan lin tiap malam menjelang. Karna yang ia tangisi adalah sosok yang tak mungkin Kim Jongin atau Kai bisa berikan.

Mama ~ ~ ~

Sosok itu yang selalu ditangisinya, atau lebih tepat dirindukannya . . .

Kai tak mungkin menyerahkan guanlin yang selama ini dirawat dan dianggap anak sendiri, dengan mudahnya menyerahkan pada sosok yang membuat ia terluka dan juga dirindukannya.

Bughhh

"Huweeeee ~ sakitttt" suara tangisan guanlin yang terjatuh menyadarkannya dari lamunanya.

"Guan hati-hati sayang bermainnya! Guan mana yang sakit biar appa liat?" nada khawatir terdengar melihat putranya terjatuh dan menangis

"Sakit appa~ hiks . . hiks~" ringis guanlin kecil memegangi lututnya yang memerah karna bersentuhan dengan lantai

"Cupcup sini appa sembuhin luka guan, iya" kai berucap tenang agak guanlin tidak menangis "Iya appa" guanlin mengangguk dan mendekatkan lututnya pada kai

Huf~ huf~ huf~

Kai meniup lutut guanlin yang terluka, "Nah sekarang sakitnya sudah hilang. Karna appa guanlin yang tampan sudah menyembuhkan" berakhir kai mencium lutut guanlin.

"Appa saranghae. Guannie sayang appa" guan memeluk kai dengan tubuh kecilnya

"Appa juga sayang guan. Sayangggg banget. Sekarang guan masuk kamar dan tidur iya, besok guan sekolahkan?" Guanlin ngangguk cepat mendengar kata-kata kai.

"Biar aku yang antar guannie kekamarnya" kata laki-laki yang tadi berdiri melihat interaksi antara guanlin dan kai.

Tatapan mata mengisyaratkan 'beritahu kai hyung apa yang terjadi'

Selepas kepergian sang kekasih mengantar guanlin kekamar.

"Oppa~" kai menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Kai tersenyum sendu membalas tatapan sang adik. Gadis cantik, satu-satunya keluarga yang kai miliki setelah kepergian kedua orang tua mereka. Gadis kecilnya kesayangannya kai, Kim Baekhyun.

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang