3. Coffee Latte

51 8 0
                                    

Setelah cukup lama Milka berselisih dengan pikirannya sendiri yang bingung harus berbuat apa, Wardana kembali datang menujunya.

"Milka.."

Milka langsung memasukkan ponsel kedalam tasnya tanpa menghiraukan pesan itu.

"Apa ?"

Milka mencoba menenangkan pikirannya, apalagi karena saat ini dia terfokuskan pada kedua tangannya yang saat ini sedang digenggam oleh tangan Wardana.

"Aku boleh minta tolong ke kamu nggak?"

"Boleh dong, mau minta tolong apa?"

"Gini, tadi kan aku dipanggil sama Bang Satria, ternyata dia ngajak aku ngobrolin tentang desain interior kafe ini"

"Dia percaya sama aku buat ngatur itu semua, dan dia bakal temuin aku sama temennya yang anak desain, biar nanti aku sama dia diskusi bareng"

"Nah, jadi aku mau minta pendapat kamu tentang desain interior di kafe ini. Karena aku cowok, jadi kira-kira aku cuma ngerti selera desainnya cowok aja"

"Jadi aku mau nanya ke kamu tentang desain yang disukain sama cewek-cewek. Terus Chaca juga pernah bilang kalo kamu itu juga lumayan tau tentang desain"

"Gimana? Mau yaa...."

"Boleh dong, aku juga kangen ngomongin tentang desain-desain kayak gini. Biar otak aku isinya nggak cuma angka doang, pusing aku tuh"

Meskipun hanya berkata seperti ini, ekspresi Milka sudah cukup untuk membuat Wardana gemas. Lelaki itu langsung melepaskan tautan tangannya dan mencapit hidung Milka dengan dua jarinya.

"Hari ini kamu free nggak? Kalo mau ngobrol nanti aja sekalian"

"Boleh"

"Sekarang aku mau bantuin mereka dulu ya, abis itu langsung kita obrolin, kamu aku tinggal sendiri gapapa, kan?"

"Ya nggak papa dong, Kak Wardana buruan gih bantuin mereka, makin banyak yang dateng tuh"

"Iya iya..." setelah itu Wardana sudah menjauh dari Milka dan membantu barista lain membuatkan pesanan.

Tiba-tiba ponsel Milka yang ia letakkan didalam tasnya berdering, bukan bergetar. Itu membuat jantung Milka berdetak lebih cepat, dia pun berselisih dengan pikirannya sendiri.

"Dia telpon?"

"Eh tapi  masa dia beneran telpon?"

"Mungkin orang lain kali, nggak mungkin dia"

"Tapi gua lagi nggak ada urusan sama siapa-siapa sekarang, berarti dia yang telpon"

"Eh.. tapi.."

Ponsel Milka berhenti berdering, membuat panggilan itu menjadi panggilan tak terjawab.

Daripada berlama-lama berselisih dengan pikirannya sendiri, dia putuskan untuk merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.

"Dia beneran telpon"

Nomor yang tertera pada panggilan tak terjawab itu adalah nomor yang memberinya pesan beberapa waktu yang lalu.

Dan beberapa detik setelah Milka mengamati nomor telepon itu, ponselnya berdering kembali.

Milka menimang-nimang ponselnya, sambil berpikir apakah lebih baik ia mengangkat telepon itu atau tidak.

"Milka, itu telponnya kenapa nggak diangkat?" seru Wardana sambil berjalan melaluinya untuk mengantar kopi.

Setelah mendengar Wardana bertanya, refleks Milka langsung menggeser icon telepon yang berada pada layar ponselnya dan menempelkan poselnya pada telinga kirinya.

LEAVE [Kim Wooseok and Kim Minju] | 3rd of FLASH SERIES I AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang