4. Hot Chocolate

45 5 0
                                    

Untuk yang kesekian kalinya, Brian melihat pergelangan tangan kanannya yang dilingkari oleh jam tangan alexandre christie-nya. Kemudian dia melihat pada sekeliling tempat ia duduk seakan mencari sesuatu dengan raut wajah yang cukup cemas.

Brian telah berada di kafe yang dulunya sering ia datangi, kini suasana kafe juga telah berubah. Walaupun begitu dia juga sempat memandangi beberapa sudut ruangan yang membuat dia tersenyum singkat. Ya, dia mengingat beberapa momen yang telah terjadi padanya disana.

Setelah itu dia kembali melihat jam tangannya dan melakukan hal yang sebelumnya sudah ia lakukan berulang kali. Hingga akhirnya dia sampai tidak menyadari kalau seorang gadis telah berdiri dihadapannya.

"Kak Brian?" ucap gadis itu sambil melambaikan tangannya dengan kaku.

"Eh Milka, kamu udah nyampe ternyata" jawabnya sambil tersenyum manis pada gadis itu.

Milka hanya menanggapi ucapan Brian dengan langsung duduk dikursi yang berada di depan Brian, membuat keduanya kini menjadi duduk berhadapan. Gadis itu sama sekali tidak membalas senyuman Brian, memandang mata lelaki itu saja tidak.

Seorang waitress baru saja datang dan meletakkan dua cangkir kopi yang sepertinya telah Brian pesankan sebelumnya.

"Masih suka sama coklat panas kan?" lalu Milka menganggukkan kepalanya.

Sebelum pesanan mereka datang, keduanya hanya melakukan perbincangan ringan yang cukup singkat. Itu pun hanya Brian yang memulai obrolan, dan Milka hanya sekedar menanggapi apa yang telah Brian ucapkan.

"Syukur deh kalo gitu, aku pesenin dulu biar nggak nunggu lama"

"Iya nggak papa"

"Kuliahmu gimana, Mil?"

"Ya gitu deh Kak, udah tahun ketiga, lagi sibuk-sibuknya. Jadi kalo keluar bareng temen-temen pun sambil bawa laptop, sekalian nugas"

"Jadi aku nggak bisa sering-sering ngajak kamu jalan-jalan ya?" pertanyaan yang dilontarkan Brian membuat Milka mengernyit seketika.

"Emangnya Kak Brian nggak sibuk gitu? Sampe ngajak aku jalan-jalan. Kak Brian kerja kan?"

"Belom, masih ngelamar kerjaan Mil. Aku kan baru beberapa hari yang lalu sampai di Indonesia" Milka makin bingung mendengar ucapan Brian.

"Gini, setelah aku kuliah di Osaka, aku nggak langsung cari kerja. Kamu tau sendiri kan, cari kerja di Jepang itu susahnya minta ampun"

"Jadi aku ikut temenku yang ayahnya itu arsitektur, kebetulan pas aku sama temen aku lulus itu ayahnya lagi ada proyek, dan akhirnya aku ikutan proyek itu deh"

"Awalnya begitu aku udah lulus, aku pengen langsung pulang aja sih. Tapi kalo dipikir-pikir lagi, lebik baik aku ngelamar kerja disini dengan keadaan udah ada pengalaman gitu"

"Makanya akhirnya aku putusin buat tetep di Jepang dulu beberapa bulan, ya buat nyelesain proyek itu"

"Jadi Kak Brian sama sekali nggak kepikiran buat kerja di Jepang gitu?"

"Sama sekali nggak?" lalu Brian berdehem.

"Lagian kerja disana tuh ketat banget, mending kerja di Indonesia. Lagian keluarga kan semuanya disini, jadi bisa kumpul sama keluarga"

"Iya juga sih.." tak lama setelah itu, Milka kembali berucap.

"Kak Bri?" akhirnya Milka memulai perbincangan.

"Iya, kenapa Mil?"

"Sebenernya, maksud Kak Brian ngajak aku ketemuan itu apa?" mendengarnya, Brian langsung meneguk ludah.

"Ya yang pasti karena kita udah lama nggak bisa ketemu, jadi begitu aku udah balik ya aku langsung pengen ketemu sama kamu" ucap Brian sambil menatap mata Milka dalam-dalam.

Kemudian Brian berkata pada gadis itu "Aku kangen, Aku rindu sama Milka", membuat seorang Milka tercengang.

Milka tampak memikirkan sesuatu, mulutnya terbuka seakan hendak akan mengutarakan sesuatu.

"Selain itu.." Milka tidak jadi berucap karena ternyata Brian bicara lagi.

Tiba-tiba Brian mengulurkan kedua tangannya dan meraih kedua telapak tangan Milka. Digenggamnya tangan Milka itu dengan lembut, hingga membuat sang empunya membulatkan matanya.

"Aku minta maaf buat semuanya" Milka reflek menghela napas kasar sambil memalingkan wajahnya.

"Kalo yang Kak Brian maksud itu tentang 'itu', aku nggak mau denger" tanya gadis itu sambil menarik tangannya agar lepas dari genggaman tangan Brian, namun tak berhasil karena lelaki itu justru mengeratkan genggamannya.

"Milka, aku mohon dengerin aku dulu. Seenggaknya kamu harus tau kalo aku udah sadar, sadar kalo aku ini salah" seketika Milka langsung berhenti menarik tangannya.

"Setelah lama aku mikirin ini, rasanya apa yang udah aku lakuin dulu itu salah. Dulu aku ngerasa kalo keputusan yang aku ambil itu adalah yang terbaik buat aku maupun kamu"

"Tapi seiring berjalannya waktu,  lama-kelamaan aku ngerasa kalo aku nggak bisa ngelakuin itu dan aku rasa kamu juga nggak baik-baik aja dengan itu"

"Aku nggak bisa ngelupain kamu, Milka. Makin keras aku nyoba, justru aku makin keinget kamu terus. Akhirnya aku sadar kalo kamu emang nggak bisa hilang dari pikiranku"

"Dan aku rasa, kamu juga ngerasain hal yang sama"

Milka menarik tangannya kembali, namun ia menariknya dengan lembut dan dengan tatapannya yang hangat, membuat Brian tenang melepaskan genggamannya itu.

"Kalo boleh jujur, apa yang Kak Brian bilang itu bener. Aku juga ngerasain apa yang kakak rasain. Ya mungkin karena hubungan kita waktu itu emang terhitung cukup lama, jadi kita sampe ngerasain itu"

"Tapi kak, ini udah empat tahun. Jadi-"

"Walaupun udah selama itu, aku tetep nggak bisa ngelupain kamu, Milka. Nggak bisa"

Milka terdiam.

"Kalo emang aku bisa, aku ngga bakal secepet ini minta ketemu sama kamu. Dan aku juga ngga bakal ngungkapin ini ke kamu"

Milka masih terdiam setelah mendengar apa yang baru saja Brian ucapkan. Mengerti akan hal itu, Brian langsung kembali meraih telapak tangan Milka lagi untuk ia genggam.

"Sekali lagi, aku minta maaf atas semua yang udah aku lakuin ke kamu. Maaf karena keputusan sepihak yang aku ambil pas itu bikin hubungan kita yang sekarang jadi kayak gini"

"Maaf karena mungkin kamu justru lebih nggak baik-baik aja dari aku. Dan karena pas itu kita udah pisah, kamu harus ngerasain itu sendirian"

"Jadi, sekarang aku ngungkapin semua ini ke kamu karena pengen ngajak kamu untuk memperbaiki hubungan kita ini"

"Maksudnya?"

"Aku pengen kita balik lagi kayak dulu, aku mau kita balikan"

Seketika badan Milka membeku, saking terkejutnya badannya sampai membeku beberapa saat. Bahkan bibir dan lidahnya pun masih belum sanggup untuk berucap.

"Aku ngerasa kalo sekarang kita udah makin dewasa dibandingkan waktu dulu, jadi aku rasa kita bisa mulai dari awal lagi hubungan kita ini, aku pengen memperbaiki semuanya"

"Kamu mau kan mulai semuanya dari awal?" tanyanya sambil mengeratkan genggaman tangannya.

Milka masih dengan badannya yang membeku.

"Milka, dengerin aku, aku tau ini pasti berat buat kamu. Tapi kalo kita coba jalanin ini sama-sama lagi, kita pasti bakal bisa"

"Nggak akan pernah bisa, Kak" Milka refleks mengucapkannya, sambil mencoba melepaskan genggaman itu.

"Apa kamu masih belum yakin sama apa yang aku bilang tadi? Aku harus ngeyakinin kamu kayak gimana lagi biar kamu yakin sama aku?"

"Kalaupun aku udah yakin sama apa yang Kakak omongin, aku juga nggak bakal bisa balik lagi kayak dulu"

"Kenapa, Milka? Kenapa?"

"Aku udah punya pacar"

Brian langsung melepaskan genggamannya.


LEAVE [Kim Wooseok and Kim Minju] | 3rd of FLASH SERIES I AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang