8. Sorry

31 4 0
                                    

"Aku tau, pada akhirnya aku jadi cowo brengsek yang pengecut. Aku mutusin kamu aja nggak bilang langsung kayak gini, terus aku langsung ninggalin kamu gitu aja ke Jepang tanpa perpisahan"

"Aku terlalu dibutakan sama beasiswaku yang memang jadi kesempatan aku satu-satunya untuk memperbaiki kehidupanku waktu itu, sampe aku berani ninggalin kamu tanpa mikirin perasaanmu"

"Dan harusnya aku ngaca, kalo semua yang aku lakuin ke kamu itu ngebuat aku nggak pantes buat ngajak kamu balikan lagi. Harusnya aku udah harus bersyukur karena kamu masih mau baikan sama aku"

Dia merasa semua yang sudah dikatakan Brian secara tidak langsung melegakannya. Tapi saat ini Milka benar-benar tak tahu harus berkata apa.

"Loh, Kak Brian kenapa?" tanya Milka setelah melihat Brian meneteskan air mata.

"Aku kecewa, benci, malu sama diri sendiri" ucap Brian sambil agak terisak.

"Dulu aku dengan gampangnya ngelepasin kamu gitu aja, orang yang beneran sayang sama aku. Dan gua baru sadar setelah sekian lama ini, sampe kamu udah pacaran sama Wardana"

"Sumpah, gua bego banget" semenyesal itu, kedua tangannya pun sampai meremas softjeansnya sendiri.

"Kak, Kak Brian nggak bego. Setelah aku pikir-pikir lagi, aku rasa Kak Brian emang bingung banget waktu itu"

"Papanya Kak Brian pas itu kan juga mulai sakit, nggak bakal bisa kerja kayak biasanya. Aku bisa paham kalo Kak Brian pengen punya masa depan yang lebih cerah untuk gantiin papanya Kak Brian jadi tulang punggung keluarga"

"Jadi sebenernya aku udah sedikit bisa memahami kenapa Kak Brian jadi ambil beasiswa kuliah itu, ya walaupun aku tetep kaget karena Kak Brian sampe mutusin aku karena takut LDR nggak bakal berjalan dengan lancar"

"Semuanya udah terjadi Kak, udah terlanjur kayak gini. Tapi jangan sepenuhnya nyalahin diri sendiri. Karena sebenernya aku juga salah karena pada awalnya nggak langsung bisa mahamin itu semua"

Kemudian Milka meraih tangan Brian, membuat lelaki itu berhenti meremasi bajunya sendiri.

"Makasih Kak Brian, karena akhirnya kakak udah mau jujur ke aku tentang semuanya yang selama ini aku bingungin. Makasih karena udah ngasih semua kejelasan itu, jadi sekarang aku bener-bener lega, plong banget ini pikiran aku"

"Tapi sekali lagi aku minta maaf ya, atas semua yang telah aku lakuin ke kamu dulu, dan yang kemaren juga eheh"

"Kemaren?"

"Yang waktu di cafe pas itu, aku kan ngajak kamu balikan"

"Emm-" Milka bingung.

"Nggak usah khawatir, aku nggak akan minta kamu balikan lagi kok. Aku sudah sadar diri, sadar posisi dan sadar keadaan" Brian terkekeh, dia mencoba mencairkan suasana.

"Akhirnya aku sadar kalo udah nggak ada aku dihatimu lagi, disana sudah ada Wardana" Milka tersipu malu mendengarnya, tapi..

"Aku minta maaf ya kak, aku udah nggak bisa bales perasaan Kak Brian lagi"

Sulit untuk mengatakannya, namun akhirnya Brian bicara "Mungkin ini emang udah takdirnya, dulu kamu yang aku tinggalin dan sekarang aku yang kamu tinggalin"

"Lagian, setelah beberapa kali aku ketemu sama Wardana, aku makin yakin kalo dia emang serius sama kamu. Jadi aku juga bisa lebih lega ngelepasin kamu buat dia"

Milka memang sudah lega, namun mendengar ucapan Brian yang barusan benar-benar membuatnya makin lega.

Dia tidak perlu membingungkan lagi tentang Wardana dan Brian.

"Jadi kita berdua udah beneran baikan ya, Kak. Nggak ada uneg-uneg lagi, semua masalah udah beres yaaa..."

"Iya Milka. Kamu yang langgeng ya sama Wardana. Jangan sampe aku denger kabar yang nggak enak dari kalian berdua"

***

Milka baru saja turun dari mobil Brian, mereka telah sampai didepan rumah Milka.

Saat Milka hendak meraih pagar rumahnya, Brian ikut turun dari mobilnya dan menyerukan nama gadis itu, membuatnya terdiam.

Saat Brian sudah dekat dengan Milka, dia meraih tangan gadis itu dan sedikit menariknya, membuat Milka otomatis berbalik badan dan jarak antar keduanya terkikis.

Brian pun memeluk Milka.

"Maaf, tapi ijinin aku meluk kamu untuk yang terakhir kalinya"

Mendengarnya, Milka yang awalnya ingin berontak pun akhirnga mengurungkan niatnya

Setelah beberapa saat, akhirnya Brian menyudahinya.

"Makasih Mil"

"Iya kak, sama-sama"

"Aku balik dulu ya, kamu cepetan masuk rumah" kata Brian sambil berjalan kembali menuju mobilnya.

"Kak Brian hati-hati yaa.. Dadaaahhh.."

"Babay Milkaaa.." ucapnya sambil masuk kedalam mobil.

Dan sampai mereka pulang pun, mereka tidak sadar kalau sejak mereka sampai, seorang Wardana melihat mereka berdua.

***

Hari ini sudah menjadi dua hari setelah Milka dan Brian pergi ke taman hiburan. Kini Milka dan Hana baru saja keluar dari salah satu ruang kelas. Ya, mereka baru saja menyelesaikan kuliah mereka hari ini.

"Milka, temenin gua ke toko buku yuk. Dari kemarin lusa udah ketunda loh kesananya"

"Eh, iya juga ya. Gua sampe lupa loh kalo kita belom kesana"

"Nah ayok sekarang aja, mumpung besok weekend"

"Eh tapi, kita mampir dulu yuk ke kafenya Bang Satria, bentaaaar aja"

"Cieee yang kayaknya kangen sama Kak Wardana"

"Ya bener sih, gua emang kangen. Tapi gua sekalian pengen tau kabarnya dia. Soalnya dari kemaren lusa dia nggak ngasih kabar sama sekali" Milka tampak murung, membuat seorang Hana heran.

"Serius lu? Karen sesibuk-sibuknya Kak Wardana, seenggaknya dia ngabarin lu sehari sekali"

"Nah ya makanya itu, Han. Dia kayaknya sibuk banget akhir-akhir ini"

***

"Hei.. Hana, Milka.. Apa kabar?" ucap seseorang dari meja barista saat mereka berdua baru saja masuk ke dalam kafe.

Tentu saja bukan Wardana, itu seruan dari seorang perempuan.

"Kak Erliiiiin, akhirnya kita ketemu jugaaa" kata Milka sambil merentangkan tangannya untuk memeluk Erlin.

"Ya iya lah kita jarang ketemu, orang kita selalu kesini pas shift-nya Kak Wardana" celetuk Hana membuat Erlin membulatkan bibirnya.

"Oh, pantes aja kita jarang ketemunya, shift aku sama Wardana sering nggak bareng"

"Berarti sekarang Kak Wardana lagi nggak ada disini?"

"Ada kok, kebetulan shift-nya dia baru aja selesai. Masih didalem dia, eh itu dia nongol" kata Erlin begitu melihat sahabatnya keluar dari ruang staff.

Wardana telah menggunakan kaos non-formalnya, menandakan bahea dia sudah bebas tugas di kafe itu dan bisa kemana saja.

Lelaki itu mendekati ketiga perempuan itu, lalu dia melambaikan tangannya.

Namun aneh, lambaian tangan itu justru mengarah pada Hana.

Saat telah berada dihadapan mereka, dia menghadapkan badannya pada Erlin.

"Kayaknya besok sama lusa gua nggak bisa ngisi shift deh, ntar gua atur lagi shift-nya biar kita nggak kekurangan orang"

"Emangnya lu kenapa kok nggak bisa?" Erlin penasaran.

"Tumben lu kepo" mendengarnya Erlin langsung geregetan.

Kemudian Wardana langsung berjalan menuju ke pintu kafe untuk keluar.

"Hana, semangat nugasnya yaaa.." ucap Wardana saat melewati Hana dan Milka.

Dan hanya itu kalimat terakhir yang Wardana katakan, tak ada satupun ucapan Wardana yang ditujukan pada Milka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LEAVE [Kim Wooseok and Kim Minju] | 3rd of FLASH SERIES I AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang