10. Trauma

132 19 0
                                    

Jadi, kesimpulannya Ardea itu punya trauma mati lampu saat hujan deras-,

Nayaka Chandrakanta

Happy Reading

⚡💧☔

"Keadanyaan baik. Traumanya hanya muncul ketika tubuhnya sedang dalam keadaan tak tenang, mungkin sedikit rasa panik jadi pemicu utamanya. Kulihat tak ada masalah selama tiga tahun terakhir."

Suara berat milik dr. Joseph itu mengalun indah di telinga wanita tua dengan wajah yang berangsur tenang.

Sementara sosok Bendi masih setia berdiri diambang pintu. Menatap kedalam kamar dengan desain feminim itu gusar.

"Aku akan memberikan resep vitamin yang bisa ditebus di apotek. Alangkah lebih baik jika Ardea besedia datang esok, mungkin ia perlu menceritakan sesuatu."

Oma Siwi mengangguk. Wanita tua itu mengalihkan pandangan pada wajah pucat cucunya.

Sementara dokter pribadi keluarga Herodias itu tampak sibuk menulis sesuatu pada secarik kertas.

"Ini resepnya. Saya permisi." setelah kertas berpindah tangan, dokter tadi berjalan keluar kamar.

Bendi mengantar sampai gebang. Setelah sedan putih milik doktor tadi menghilang. Bendi kembali masuk, menuju kamar Ardea dimana Oma baru saja keluar.

"Biar Bendi aja yang nebus obatnya Oma."

Wanita yang juga menyandang nama belakang Herodias itu menoleh.

"Tidak perlu. Oma bisa minta tolong mang Ucup aja."

"Gak papa Oma, sekalian ada vitamin yang Bendi mau beli di apotek." kekeh pria muda itu.

Akhirnya, Oma Siwi mengangguk. Memberikan kertas pemberian dokter Joseph pada Bendi.

Setelah pamit, suara kenalpot dari kendaraan CB Bendi meraung keras.

Sementara itu, Ardea baru saja membuka mata. Setelah pingsan dan tertidur hingga jarum jam menunjuk pukul sepuluh pagi, wanita muda itu benar-benar tak bisa mengingat apa yang terjadi padanya.

Yah, trauma itu akan membuatnya lupa selama semalam. Tapi biasanya ingatan baik Ardea akan segera membantu wanita itu untuk kembali menyusun setiap kejadian yang terjadi sebelum ia mendapati dirinya bangun di kamar tidur.

"Ehh mba Dea udah bangun. Baru aja mbok mau kompres." itu suara milik mbok Yem.

Dea menoleh sekilas, kepalanya masih berputar. Sedikit membuatnya pusing.

"Mbok panggilan Oma dulu ya."

Dea memejamkan matanya. Berusaha mengumpulkan tenaganya untuk bangkit dan duduk bersandar.

"Kamu udah bangun?"

Dea mengangguk. Tampa menoleh, ia tahu itu suara milik siapa.

"Minum dulu susunya. Pasti lemes kan."

Dea mengangguk lemah. Wanita itu menerima gelas pemberian dari Oma. Menegak susu coklat kesukannya hingga tandas. Ardea Herodias tidak suka susu putih.

Titik Pertama [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang