Selamat Membaca🍂
Pagi itu cukup unik dan berbeda dari biasanya. Ardea keluar dari kamar pukul enam tepat.
Jika biasanya tak ada pakaian feminim, pagi itu entah mendapat ilham dari mana. Ardea tampil menggunakan blous selutut dengan payet warna kuning yang tampak kontras dengan kulit putih milik Dea.
Tak ada sepatu kets seperti biasanya. Kali ini, Dea juga mengenakan sebuah flat shoes yang dibongkarnya dari dalam almari.
Ransel coklat yang biasa bertengger di pundak Ardea juga menghilang. Berganti dengan sling bag berwarna mocca.
Sungguh mempesona. Sesuatu yang langka terjadi. Dan seolah ada mukjizat. Ardea duduk di meja makan dengan anggun.
Oma menatap penampilan cucunya dari atas hingga bawah. Tak berkedip demi memastikan jika sosok dihadapannya ini, yang mulai mengoleskan selai kacang pada lembaran roti panggang adalah Ardea Herodias. Si gadis anti ribet yang pagi itu benar-benar luar biasa cantik.
"Selamat pagi Oma." sapa Dea begitu netranya bertemu pandang dengan wanita tua yang amatia cintai. Melebihi apapun.
Sontak, sapaan dari Dea membuat Oma mengerjap. Sadar dari lamunan akibat terlalu terpesona dengan kecantikan alami cucunya.
Lihatlah. Bahkan Dea juga ikut memoles wajahnya dengan sapuan make up. Lipstik peach juga tampak melapisi bibirnya yang memang sudah merah sejak lahir.
"Selamat pagi Dea. Mau sarapan roti aja, enggak nasi goreng?" Oma masih syok, belum sadar sepenuhnya.
Ardea menatap wajah Oma sebelum kembali fokus pada toti dalam tanganya. Bola mata bulat miliknya mengedar pada olahan nasi goreng yang bahkan masih tampak kepulan asapnya.
Tampak menimbang untuk beberapa saat, akhirnya Dea menggeleng. Ternyata keputusanya sudah bulat. Pagi ini, Dea akan sarapan dengan roti saja. Suasana baru, batinya bersuara.
"Roti aja deh Oma. Enak." cicit Dea sambil nyengir.Wanita tua tersebut menatap dengan wajah menahan tawa. Ada sesuatu yang berbeda. Cucunya benar-benar sedang kasmaran.
"Asslamualaikum." sapa satu suara. Oma menoleh cepat. Tersenyum ketika mendapati tubuh Nayaka tampak berjalan mendekat.
"Eh Nayaka. Kok tumben lebih pagi?" sapa Oma ramah, menerima uluran tangan Nayaka.
Sementara lelaki tampan itu, seperti biasanya. Menjahili Dea yang tampak khidmat melahap sarapan miliknya.
Pemandangan semacam ini sudah biasa Oma lihat, sejak satu minggu yang lalu .Awalnya, ia hanya mengira hubungan Nayaka juga Ardea tak lebih dari seorang partner kerja. Toh, sebelum kontrak labeb terjadi. Nayaka juga sering mengunjungi rumah. Sekedar membawakan martabak atau mengantar jemput Ardea.
Jadi, tak ada yang mencurigakan. Tapi, sungguh sesuatu yang mencolok jika setiap pagi harus mendapati Ardea dengan pakaian feminim juga make up tipis yang tampak menghiasi wajah cantik miliknya.
Lagipula. Sejak tadi malam semuanya terbongkar. Ardea terpaksa berkata jujur setelah tanpa sengaja menceritakan Nayaka yang memberinya sebuah gelang klasik yang unik.
Dugaan Oma benar. Cucunya itu punya hubungan khusus dengan lelaki tampan yang kini tampak merebut omlete dari piring Ardea. Tapi Oma tak ingin terlalu mengusik, barulah tadi malam. Dea menceritakan semuanya dengan pipi bersemu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Pertama [TAMAT]
RomanceJadi cerita hebat apa yang berhasil kalian dapat dari kisah unik Ardea juga Nayaka? Ku perkenalkan kepada kalian yang sedang singgah untuk membaca Titik Pertama. Selamat bertemu dengan mereka, titip salam ya!