Kepingan 4 - Pembicaraan Penting

69 4 0
                                    

Seperti biasa, aku selalu makan malem bareng keluarga. Kadang numpang di ruangan saudara di waktu-waktu tertentu. Menu makan kali ini adalah tumis kangkung dan mendoan. Setelah semuanya siap kami segera makan.

"To, Ibu diterima." Ujar ibuku.

"Apanya yang diterima?" Tanyaku dengan heran.

"Beasiswa. Alhamdulillah, Ibu diterima di Chung Cheng University, Taiwan."

"Alhamdulillah.... Ilha Formosa itu kan?"

"Ya.... Itu julukan bagi Taiwan. Mereka memisahkan diri dari pemerintahan Cina sejak masa Chiang Kai Shek. Taiwan disebut sebagai ROC (Republic of China), sedangkan Cina adalah PRC (People Republic of China)."

"Jadi itu alesannya kenapa mereka berbeda namun identik?"

"Betul sekali. Bahkan bahasa yang mereka gunakan hampir sama seperti Mandarin yang digunakan Cina. Namun, bahasa yang mereka gunakan lebih tradisional dan kuno sehingga lebih rumit daripada bahasa Cina Mandarin yang modern. Lucunya, saat Ibu belajar bahasa, bahasa Mandarin dalam pengucapannya memiliki panjang-pendek yang berbeda di setiap karakter, persis kayak bahasa Arab."

"Kurs valas mata uang di sana lumayan murah lo To." Kata Bapakku.

"Oya? Emang harganya berapa?" Tanyaku.

"Satu dolar Taiwan seharga 500 rupiah."

"Jadi, berapa uang yang Ibu butuhkan di sana?"

"Selain bantuan dari beasiswa juga ada uang pribadi. Mungkin... sekitar 5000 dolar Taiwan udah cukup kalo dipake dengan hemat sekaligus beli oleh-oleh buat kita."

"Berangkatnya kapan Bu?"

"Insya Allah, kalo semuanya lancar bulan September ini udah berangkat."

"Yah.... Berarti tinggal 2 bulan lagi dong. Trus rumahnya jadi sepi."

"Gapapa.... Kan ada Clara dan keluarganya. Kamu bisa main ke sana kalo kesepian." Aku hanya mengangguk mengiyakan ucapan Ibuku.

Setelahnya, kami terus berdiskusi mengenai Taiwan hingga adzan Isya' berkumandang. Aku sebagai anak tertua dan satu-satunya anak tanpa disuruh segera membersihkan piring dan peralatan makan yang barusan kami gunakan.

"Omong-omong, Ibu di sana buat program S3 kan? Berapa lama?" Tanyaku.

"4 tahun jika semuanya lancar."

"Hah? 4 tahun?" Dahiku terlipat karena heran.

"Tenang aja To, Ibu bakal pulang kok setiap 4 atau 5 bulan, atau saat liburan musim panas."

Setelah mencuci piring aku segera masuk ke kamar. Dari situ aku pergi menuju kamar mandi untuk menyikat gigi sekaligus pipis. Ketika semuanya udah beres aku wudhu untuk persiapan menjelang sholat Isya'. Tak lama kemudian, kami sekeluarga pergi menuju masjid Istiqlal yang cukup dekat dengan rumah.

Di sana, masih banyak jama'ah yang melakukan sholat sunnah. Waktu yang tersedia cukup banyak, 5 menit lebih 26 detik. Kami semua juga melakukan sholat sunnah walaupun letak kami berjauhan. Selesai sholat sunnah, kami melakukan dzikir. Akhirnya iqamah berkumandang. Sholat Isya segera dilakukan. Imam besar yang memimpin sholat adalah Nasarudin Umar.

Begitu selesai sholat kami berdo'a dan melakukan sholat sunnah rawatib. Setelahnya kami pulang. Begitu sampai apartemen aku segera menuju kamar dan tidur sambil memikirkan berbagai kemungkinan. Apalagi setelah Ibuku cerita tentang Taiwan. Tak sabar aku menunggu hari esok untuk melihat apa yang akan terjadi.

Revolusi PendidikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang