Dua Puluh Lima

2.3K 149 1
                                    

Mata indah Sheeda terbuka perlahan, bibirnya pun terangkat ke atas di kala melihat seseorang yang selalu membuat Sheeda bersyukur, ya! Danish, suami yang sangat sempurna menurutnya. Bagaimana tidak, Danish selalu mendukung apa yang Sheeda lakukan, dan ya! Untuk keputusan Sheeda mengambil sekolah profesinya ia ambil dengan catatan dirinya harus selalu ingat dengan perannya sebagai seorang istri. Ayah, Bunda, Papah, dan mertuanya pun mendukung walau ada segurat kekecewaan saat Sheeda mengungkapkan keinginannya, tapi bagaimana pun kedua orang tuanya itu sangat mendukung kebahagiaan Sheeda.

Tangan mungil Sheeda menjelajahi paras yang sangat sempurna, alis tebal, bulu mata yang lentik melebihi dirinya juga hidung yang sangat mancung. Sheeda tergagap saat tangan kekar sang suami memegang tangannya yang sedang asik mengusap wajah si empunya tangan.

"Ngapain sih sayang? Geli tahu," ucap Danish dengan perlahan matanya terbuka. Bola mata yang selalu membuat Sheeda terkagum itu melihatnya.

"Hehe, mensyukuri nikmat yang Allah beri," jawab Sheeda.

Danish tersenyum lalu bangkit dari tidurnya, melirik jam yang berada di ujung kamar mereka baru menujukkan pukul dua, sebelum ia beranjak dari kasurnya, bibirnya mengecup kening dan pipi sang istri dan terakhir hampir bibir itu mendarat ke bibir Sheeda, namun Sheeda langsung menjauh.

"Gak boleh, banyak readers yang di bawah umur, Mas."

Danish mengalah, ia kemudian beranjak ke kamar mandi untuk mandi sekaligus berwudhu dan menunaikan salah satu kebiasaanya yaitu sholat tahajud dan bertilawah sampai adzan subuh berkumandang. Sheeda langsung menyiapkan pakaian sang suami dan menggelar sajadah untuk Danish.

Kaki Sheeda melangkah kembali ke kasur dan mengambil iPhone nya yang berada di laci dekat nakasnya.

Tiga puluh menit sudah Danish berkutat di kamar mandi, setelahnya ia keluar dengan rambut yang basah dan ia lap dengan handuk yang selalu Sheeda simpan dekat dengan pintu kamar mandi. Danish melirik ke arah kasur dan sang istri sudah kembali tertidur, tidak tega untuk membangunkannya, dan ia tahu kalau istrinya sedang tidak sholat maka ia melanjutkan bersiap dan menunaikan sholat tahajud nya.

Adzan berkumandang, Danish menutup Al-Qur'an kesayangannya lalu menepuk pelan pipi tembam sang istri.

Danish tersenyum saat mata Sheeda perlahan terbuka. "Saya ke mesjid dulu, kamu lanjut tidur lagi ya."

Sheeda menganggukkan wajahnya lalu mencium punggung tangan sang suami dan saat Danish sudah keluar dari kamarnya ia kembali menarik selimut dan tertidur. Ini tidak biasa, karena walau bagaimana pun ia tidak akan tertidur saat setelah adzan subuh berkumandang.

Danish kembali ke rumahnya setelahnya menunaikan sholat subuh, dahinya mengernyit saat melihat sunyi menyambutnya. Kakinya berjalan ke kamar yang berada di lantai dua dan benar saja dugaannya, istrinya kembali tertidur.

Dengan telaten ia membangunkan sang istri, pasalnya hari ini adalah tugas Sheeda melakukan lokakarya mini yang sudah ia susun selama dua minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan telaten ia membangunkan sang istri, pasalnya hari ini adalah tugas Sheeda melakukan lokakarya mini yang sudah ia susun selama dua minggu.

"Sayang bangun dong. Nanti telat loh," ucap Danish.

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang