8. Kapok

226 161 69
                                    

Author POV

“Kera sakti~”

Teriak seorang pemuda menghentikan langkah kaki gadis yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah hendak pulang.

Gadis bernama Aina itu menoleh kepada pemuda yang memanggilnya.

Panggilannya memang itu, kadang ‘Minion bantet’.

Ada alasannya, karena dia suka bawa pisang ke sekolah. Ya mau gimana lagi, Aina sangat menyukai buah itu. Kalau gadis manis itu tak membawanya ia akan kehilangan semangat hidup katanya.

Aina sedikit terkejut karena pemuda yang memanggilnya adalah cowok yang terkalem di kelasnya, Bian. Untuk apa pemuda itu memanggilnya?

“Apa?!” jawab gadis itu ketus tak suka dipanggil seperti itu.

Bian menghampiri Aina dengan senyum puas diwajahnya. Ia senang bisa membuat Aina kesal. Tapi sepersekian detik dia sadar, Bian kembali memasang muka datar andalannya.

Aina mendelik melihat perubahan sikap pemuda itu. Kenapa cowok itu jadi bisa senyum terus balik lagi kaya tembok?

Mau gimana lagi, Bian memang begitu selalu bersikap cuek, jarang senyum, dan pastinya jarang ngomong.

“Ikut gue,” ajak Bian langsung meraih lengan Aina dan menariknya paksa untuk pergi menuju parkiran, arah yang berlawanan dengan gerbang yang menjadi tujuan Aina.

Aina yang tertarik paksa sedikit memberontak. “Ngapain woy, lepasiinn!!. Gue masih perawan nyet, jangan asal pegang!!” protes Aina memekik membuat siswa yang berada di sekitarnya menoleh.

Bian berdecak sebal mendengar ucapan Aina yang asal ceplos dan terus-terusan memberontak seakan diculik. Kan lebay.

Aina yang dihiraukan mencoba menggigit tangan Bian, hal itu sukses membuatnya lolos dari cengkraman cowok itu.

Berikutnya Aina mengambil langkah seribu dengan kaki pendeknya itu. Usahanya sia-sia saja karena tasnya berhasil ditahan oleh Bian. Aina jadi terdiam karena lelah memberontak. Dia berbalik menatap pemuda itu sinis.

“Apa sih mau elo? Eskaesde banget dah. Padahal baru akrab tadi malem.” katanya dengan intonasi yang masih tidak bersahabat.

Bian mengalihkan pandang sesaat. “Temenin gue beli jajan buat nonton nanti malem. Kata Arga gue harus bawa jajanan.” Kata Bian dengan suara rendahnya yang khas. Padahal dia jaim setengah mati tapi dia butuh Aina.

Bian tak mau repot sendiri ke Indomaret pilihin jajan buat nonton drama nanti malam. Harus bawa orang buat bawa kreseknya juga nanti.

Pundak Aina menurun lemas, “Beli sendiri lah, gue capek. Lo ngga liat gue baru latihan basket.”

“Lo juga termasuk anggota baru, lo anggota baru geng gue,Arga sama Rio. Lo itu harusnya ikut bantuin gua.” balas Bian akhirnya ikut meninggikan intonasinya.

Siapapun yang bercakap-cakap dengan Aina pasti bawaannya emosi juga.

Aina membuang muka lalu mencibir. “Bego banget sih lo. Mau aja diperbudak gitong.” kata Aina tanpa menoleh.

Gadis itu menoleh lagi pada Bian dengan mata menyelidik, “Lo mau modus ya? Bilangnya minta temenin, ujung-ujungnya ada maunya kan lo.” tuduh Aina dengan mata menyipit.

Bian menghela lelah. Capek juga menghadapi cewek macam Aina yang selalu overthingking dan asal ceplos ngga pakai mikir dulu. Bian ngga paham jalan pikirannya.

Bian mundur karena Aina mendekat dengan mata menyelidik, “Modus? Udah deh lo jangan halu!” elak Bian maju selangkah menipiskan jarak membuat keduanya berhadapan sangat dekat.

That's YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang