17. Salah Sambung

94 53 80
                                    


Author Pov

Alarm berbunyi tepat pukul dua pagi.

Si empunya kamar tidak buru-buru bangun. Gadis itu mengucek matanya, mengerjap beberapa kali untuk menyadarkan diri.

Ini masih pagi buta, tapi ia dengan sangat niatnya mau belajar untuk PAS hari ini yang merupakan jadwal PAS terakhir. Siapa lagi kalau bukan dia, gadis cuek yang sering dipanggil Minion/Kera Sakti/Nolep oleh teman-temannya.

Ya, Keana Aina Besari.


Tangannya bergerak mencari keberadaan ponsel yang sedari tadi berbunyi lalu dimatikan membuat alunan drum keras berhenti berbunyi.

Aina menutup matanya lagi, hanya sebentar. Mencoba mengumpulkan niat untuk belajar di jam dua pagi ini.

“Ini terakhir Na,” gumamnya masih memejamkan mata menyemangati diri sendiri.

Itu sudah menjadi kebiasannya. Baik PTS, PAS, maupun ulangan harian sekalipun dia akan belajar entah itu pagi, siang, sore dan malam.

Hal itu bukan tanpa alasan, dia takut tidak bisa maksimal dalam mengerjakan soal. Karena ada ibu yang harus dia banggakan. Dan ada ayahnya yang seharusnya tidak ia kecewakan.

Pundaknya penuh beban. Sejak dimarahi ibunya waktu SD dulu karena turun peringkat ia jadi memaksakan diri seperti itu. Aina bertekad tidak akan membuat ibunya kecewa layaknya sang kakak.

Aina bangkit duduk, mengucek matanya lagi karena masih buram.

Gadis itu menoleh pada buku yang tergeletak di sampingnya. Aina jadi menghela nafas berat. Sudah bosan melihat buku itu dari kemarin.

Aina dengan berat hati mengambil buku dengan sampul bertulis PPKN. Membuka buku itu dan mulai membacanya, lagi. Entah untuk yang keberapa kali.

Dua jam berlalu.

Aina bosan.

Gadis rambut bergelombang sepunggung itu membuka apps Instagram mencari moodbooster-nya.

Jarinya dengan cepat membuka akun yang dipantaunya selama ini. Akun bernama @agranotarga.

Mata bulatnya dengan fokus memantau akun cowok yang terkenal dengan wajah rupawan itu. Melihat wajah pemilik akun itu di postingan terakhir membuat bibir Aina terangkat membentuk senyum samar.

Entah, menjadi stalker semenyenangkan ini.

Sadar telah senyum-senyum tak jelas Aina segera menggeleng cepat mengerjap baru mendelik, “anak alay begini kenapa gue naksir coba?” tanya cewek lugu itu mempertanyakan hatinya.

Dengan wajah heran Aina memandang foto Arga yang bertingkah sok imut dengan Juan di sampingnya. Dengan mimik seakan jijik Aina segera menutup apps IG, “Move on stop stalking!” katanya tegas menatap lurus ke depan.

Gadis itu menghela panjang mengusap wajah lalu berhenti memegang kedua sisi pipinya, menunduk menatap ponsel yang sudah mati. “Kok badan gue anget gini sii, pliss jangan drop dulu masih satu hari lagi.” gumamnya serak dan lirih.

Aina berdehem menghilangkan serak mengusap-usap wajahnya lagi. Ia bersila merapikan buku-bukun. Sudah cukup ia belajar, jika dipaksa takutnya tambah drop ia tak mau sampai tidak berangkat di ulangan terakhir hanya karena tak enak badan.

Gadis itu dengan lesu menarik selimut sampai dada lalu kembali memungut ponsel untuk memainkan musik kesukaannya. Instrumen piano mulai mengalun menjadikan tubuh mungil gadis itu lebih enak sekarang.

That's YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang