3

21 3 6
                                    


•°•°•°•
Aku sudah membuatnya menjadi 1000
tapi ia tak hidup kembali.
Apakah itu hanyalah sebuah kebohongan?
Lantas siapa yang Membuat mitos
tsb seolah olah menjadi
fakta yang benar adanya?
•°•°•°•

"She's always like that"
Ucap Ferdi di dalam ruang OSIS ini sambil merapihkan lembaran proposal untuk Minggu depan

"Daripada marah marah ga jelas bisa dibilang ia marah jika ada seseorang... Hmm... bicara yang mengarah padanya mungkin? Di mata gua pribadi sih ia seperti orang yang merasa dirinya selalu benar dan ga pernah salah" Ferdian melanjutkan ucapannya dan mengalihkan pandangannya dari proposal menatap Reihan, lawan bicaranya

"Juga kalau lu minta opini ke dia jangan jangan lah. Gua pernah nanya tentang jadwal piket dia setuju atau nggak, dijawabnya gila lah!"

"Ceritain lah"
ucap Reihan penasaran juga dengan sudut pandang Ferdi yang sudah beberapa bulan satu kelas dengan Manusia yang ngajak gelut kemarin

"Masa gua cuma memastikan dia tuh ga kenapa napa kalau jadwal piket diganti. Eh dia malah jawab 'Ya terus hubungan nya apa?' sambil pake nada tinggi Han" cerita Ferdi sambil mengotak Atik laptopnya. Ia ingin print beberapa lembar kerja OSIS lainnya

"Kirain ke gua doang" Reihan pun membuka laptopnya dan mulai merevisi hasil kerja anggota nya

"Ngga, Han. Intinya kalo lu mau nanya sesuatu ke dia usahakan jangan singgung apa yang baru aja dia lakuin. Susah emang tapi gitu" sang Ketua Murid dari kelas Ave ini benar benar memiliki jiwa pemimpin diam diam. Ia bahkan diam diam memikirkan permasalahan teman sekelasnya

"Gua tuh ngira itu anak baik banget sumpah" Ucap Reihan sambil bersandar ke dinding dan meluruskan kakinya. Ferdi yang ada di atas meja hanya diam dan terus mengotak atik laptopnya.

"Duh kinerja junior OSIS kebanyakan revisi nih jadi ga enak gua"

"Biarin, kita juga pas masih Junior ,Senior sering kan tuh terang terangan bicara apa kesalahan kita" Ferdi tersenyum samar, bukan senyum kebahagiaan ,seringai, atau yang lainnya. Itu adalah senyum kekecewaan terhadap dirinya sendiri

"Kadang memperlihatkan kesalahan lebih baik daripada menyembunyikannya" Lanjut Ferdi menatap manik Reihan lekat

"Wah bijak juga lu"

"Cuma... pengalaman"

Percakapan itu diakhiri dengan melongonya Reihan melihat Ferdi tertawa renyah. Pasalnya Ferdi bukan tipe orang yang demikian.

📣📣📣

"Intinya percuma mau gantiin semua yang dia beli. Toh, dia nganggep cuma recehan" ucap Ardian sambil memainkan Mie Ayam yang ia pesan di kantin

"Wait, tumben lu mau nongki bareng kita pas istirahat kedua? Biasanya molor Mulu lu!?" Naura memberikan sumpit ke arah Ardian dengan tatapan mata tajamnya. Ardian pun menerima sumpit tsb dan menjawab "Gua ditendang Reihan pas molor dikelas. Gila ga sih? Malu anjir"

"Ngebangunin orang ga gitu juga caranya" Salsa dengan suara lembutnya berbicara kepada Reihan yang tengah menikmati es teh nya, Reihan hanya mengangguk pelan

"Balik ke main topic. Intinya Reihan udah ngaku salah dia ngamuk yah walaupun gua setuju aja sih kalau Reihan mau baku hantam sama Ave. Tapi karena gua takut ada bendera kuning di depan rumah lu, jadi ya sorry Han lu lebih baik minta maaf" Ardian mengambil sambal dan kecap untuk menjadi pelengkap Mie Ayam nya itu. Ia mengaduknya dengan sumpit. Reihan hanya mengiyakan saja karena dia tau gelut dengan Ave tidak akan berakhir Happy ending.

Averie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang