5% | Care

5.4K 692 78
                                    

Tidak ... Itu bukan cinta. Hanya sisi lain dari diriku yang biasa orang kenal sebagai 'keperdulian'.

.
.
.




Jaerin menolehkan kepalanya saat seseorang masuk ke kamarnya, mendapati eksistensi pria Jeon itu dengan kotak P3K yang ia genggam membuat Jaerin sontak memperhatiakan luka terbuka pada lutut dan menyentuh pelipisnya dan meringis saat melihat darah yang sudah mengering. Pria itu duduk di sisi ranjang membuat Jaerin berniat menggeser tubuhnya agar tak dekat-dekat tapi Jungkook menahan lengan gadis itu, "Diam! Atau lukamu akan mengalami infeksi!" tegasnya yang berhasil membuat Jaerin patuh dan diam.

Jungkook mulai membersihakan darah di lutut Jaerin, membersihkannya dengan alkohol membuat gadis itu memejam erat dan menggigit jarinya sendiri. Jungkook tersenyum tipis melihat ekspresi Jaerin yang seperti bocah, tapi ... Jaerin memang masih bocah bagi Jungkook, keras kepala dan menyebalkan.

"Kau bisa bersikap seolah baik-baik saja saat aku menyiksamu tapi lihatlah ... Wajahmu jauh lebih mengerikan karena luka kecil seperti ini." Jaerin melotot, menatap Jungkook kesal lantas mendengus pelan.

"Karena aku sudah terbiasa dengan kata-katamu yang kasar itu! Sudahlah, jangan membantuku kalau kau hanya ingin mengomel! Pergi sana!" usir Jaerin sambil menepuk punggung tangan Jungkook agar menyingkir dari lututnya, lantas gadis itu mengobati lutut dan pelipisnya sendiri sementara Jungkook hanya memperhatikan, "Kenapa masih di sini? Sana pergi ke kantor!" usir Jaerin.

"Ini rumahku, kenapa kau banyak bicara sekali?" kata Jungkook yang mendadak kesal.

Jaerin hanya memutar bola matanya malas lalu kesunyian melingkupi keduanya. Pun Jaerin yang kemudian mulai mengambil tempat untuk berbaring, mencoba mengabaikan sosok kehadiran pria Jeon itu.

"Sejak kapan kau mengalami semua ini?" Gerakan Jaerin terhenti, ia kembali membenarkan posisi duduknya dan menatap Jungkook dengan helaan nafas pelan.

"Sekolah dasar," jawab Jaerin seadanya, "Mulai besok, kau harus berhenti kuliah!" tegas Jungkook yang berhasil membuat Jaerin kembali mendesah pasrah.

"Aku sudah berniat seperti itu, jadi tenang saja. Aku akan bekerja saja," kata Jaerin yang langsung mendapat tatapan tajam dari Jungkook.

"Tidak kuizinkan! Apa uang yang kuberikan tadi pagi masih kurang?" Jaerin mendengus, ya memang ... Pagi tadi setelah membuat sarapan, Jungkook memberikan uang bulanan untuk Jaerin dan jumlahnya tak bisa disebut sedikit.

"Ah bukan itu, uangmu lebih dari cukup. Aku hanya ingin melunasi hutang Appa agar aku bisa segera lepas darimu." Jungkook terkekeh pelan mendengar perkataan Jaerin, "Pekerjaan apa yang kau inginkan?" tanya Jungkook lantas menatap Jaerin.

"Aku bekerja di sebuah kedai kopi." Tepat saat itu tawa Jungkook meledak begitu saja, "Bahkan gajimu selama 10 tahun masih tidak akan cukup untuk melunasi hutang Ayahmu, mengerti? Diam saja di rumah dan biarkan pak tua itu menyelesaikan urusannya sendiri! Dan ya ... Jika kau tetap bersikukuh dengan ingin bekerja.." Jungkook merapatkan tubuhnya pada Jaerin membuat gadis itu bisa merasakan hembusan nafas Jungkook di leher jenjangnya, "Aku akan menghukummu," bisiknya lalu keluar dari kamar Jaerin, membiarkan gadis itu termanggu dan hanya bisa menatap punggung Jungkook yang akhirnya menghilang di balik pintu.

•••

Terhitung 2 hari setelah kejadian mengerikan itu, malam ini ... Seperti rutinitas Jaerin yang baru ia kembali menyalakan televisi, duduk di sofa dengan ponsel dalam genggamannya. Jaerin sudah berhenti dari kampusnya mengingat 2 hari lalu Jungkook benar-benar berhasil menutup kampusnya, sebenarnya Jaerin juga tak heran mengingat Jungkook adalah salah satu orang paling berpengaruh bagi keekonomian Korea Selatan dan Jaerin sudah berhenti bekerja seperti perintah Jungkook tempo hari, 2 hari ini ia hanya menikmati hidupnya sebagai istri yang baik, memasak makanan untuk suaminya, membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan mencuci piring. Semua Jaerin laukan karena Jungkook telah dengan sengaja memecat seluruh pegawainya dan memilih menjadikan Jaerin sebagai pembantunya, hebat dan kejam sekaligus.

Enigmatic HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang