Sebelum hari ini, aku bersumpah tak pernah memiliki keinginan untuk membunuh diriku sendiri, Jungkook- aah.
.
.
.Hari itu adalah hari ketujuh sejak Jungkook berpamitan untuk menyelesaikan bisnis ke Jepang. 7 hari ini pun Jaerin kehilangan nafsu makanannya jadi ia hanya meminum air putih untuk membuatnya tetap merasa baik-baik saja. Pagi ini udara terasa semakin dingin dari sebelumnya, kepalanya mendadak pusing dan begitu mencengkram sampai ke kepala bagian belakangnya. Terkadang Jaerin tersenyum miris saat mendengar kalimat terakhir Jungkook.
Maaf?
Tapi untuk apa? Dan ya, dia bilang aku mencintaimu? Kenapa pria itu mengatakan setiap kalimat itu seolah ia akan segera pergi jauh?
Jaerin menatap beberapa botol pil di sisi ranjang yang tergeletak dengan isinya yang berserakan keluar. Mau sampai kapan ia menyembunyikan ini?
Mau sampai kapan ia harus bertahan hidup dengan obat-obatan itu. Ia bohong soal penyakit asmanya, ia benar-benar menyembunyikan penyakitnya dari Jungkook dan juga Ayahnya, mengenai kanker itu, hanya Jaerin dan dokternya yang tau.
“Uhuuukk ... Uhuuukk..” Wanita itu segera membekap bibirnya saat dadanya terasa diremat berikut sepercik darah yang keluar saat ia terbatuk beberapa tahun terakhir.
Jaerin tersenyum miris, belakangan ini ia jadi lebih sering merasakan sakit sebab ia sengaja tak meminum obat penghilang rasa sakit itu. Kanker paru-parunya semakin terasa begitu menyakitkan setiap harinya tapi Jaerin tau bahwa setelah hari ini ... Ia masih tetap akan baik-baik saja.
“Kuharap kau tidak menghancurkanku dalam waktu dekat, Jungkook- aah. Aku belum siap,” gumam Jaerin lalu bergerak pelan, memasukkan semua isi obat-obatannya ke dalam botol setelah itu membuang semuanya ke tempat sampah.
Jaerin tau ia bisa bertahan, ia paham bahwa ia adalah wanita kuat. Jika segala kekerasan mental dan fisik saja ia bisa menerimanya dan masih baik-baik saja sampai hari ini, lantas kenapa Jaerin tak bisa bertahan dari kanker paru-parunya tanpa obat-obatan.
Jaerin melangkah pelan, berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci tangannya yang kotor akibat percikan darah tadi dan membasuh wajahnya yang terlihat begitu pucat, ia tatap pantulan wajahnya di cermin lantas memegang dadanya pelan.
Jujur saja ia merasakan sesuatu yang buruk akan datang. Seminggu ini ia tak bisa tidur dengan baik, makan pun ia tak bisa sebab Jungkook selalu berkeliaran di dalam otaknya. Menciptakan segala kemungkinan-kemungkinan dan ketakutan lain yang begitu mengusik hidup Jaerin.
“Kau harus berdandan secantik mungkin hari ini, Jaerin- aah. Jungkook akan segera pulang,” katanya lantas mengulas senyum di bibir pucatnya itu.
Ia tau, semua ketakutan dan kekhawatiran yang selama ini mengelilingi kepalanya hanyalah ilusi dan tak akan benar-benar terjadi. Ia percaya jika Jungkook pasti bisa menjaga hatinya untuk Jaerin, bukankah pria itu sudah berjanji?
Ia melangkah pelan, menuruni anak tangga dan berhenti di dapur yang begitu berantakan. Perlahan Jaerin tersenyum miris, ia tak tau sejak kapan ia memiliki kecanduan pada minuman-minuman alkohol itu. Tapi yang Jaerin ingat jelas, selama seminggu ini ia terus menenggak sebotol soju dan wine setiap harinya saat bayangan Jungkook terus berputar-putar dalam kepalanya.
Persetan dengan organ bagian dalamnya yang akan rusak lambat laun, bahkan jika bisa ... Jaerin sangat ingin merusak organ tubuhnya sendiri agar ia cepat bisa mati dan bertemu Ibunya.
Baginya dunia terlalu kejam mempermainkannya hingga harus menertawakan Jaerin atas semua yang sudah terjadi. Ibunya yang seorang pelacur, Ayahnya yang tak jelas, pun Ayah tirinya yang telah menjualnya pada Jungkook, dan sekarang ... Jungkook yang tiba-tiba menghilang dan tak memberinya kabar selama seminggu. Pantaskan wanita baik itu menerima segala kekejaman dunia ini? Jika iya, setidaknya biarkan Jaerin pergi dengan caranya sendiri.
Wanita itu berhasil membersihkan beberapa botol kosong soju dan wine, lantas ia duduk di meja pantry dan menatap sekeliling. Mendadak ia merindukan Jungkook, ocehan pria itu di pagi hari juga dekapan hangatnya yang sebulan terakhir ini terus menemani tidur Jaerin yang terasa begitu nyenyak dan lebih tenang dari malam-malam sebelumnya.
Jaerin meraih sebuah cangkir berwarna putih, kembali mengisinya dengan air mineral untuk mengisi cairan dalam tubuhnya. Namun belum sempat Jaerin meluncurkan beberapa liter air ke dalam lambungnya, 2 ketukan pada daun pintu berhasil menyadarkan Jaerin dari aktifitasnya.
Ia berjalan pelan sebab tubuhnya yang terlalu lemas, siapa yang bertamu sepagi ini? Mungkinkah Taehyung, Jin, atau Yoongi? Ya ... Bisa saja, kan? Jaerin berjalan menuju pintu, tangannya memotek gagang pintu dan menariknya pelan.
Hatinya menghangat saat melihat Jungkook berdiri di luar sana, wanita itu tersenyum tipis dengan kedua tangannya yang masih menggenggam secangkir air mineral, “Kau pulang?” tanya Jaerin lirih lantas pria itu menatapi Jaerin sendu.
Kedua tangannya terulur untuk menangkup wajah sang istri dengan telapak tangan besar yang terasa begitu dingin bagi Jaerin.
“Kau pucat sekali, kau sakit?” tanya Jungkook lembut lantas Jaerin menggeleng pelan, “Tadinya iya, tapi aku sudah sembuh setelah melihatmu kembali.”
Sungguh! Sebelum hari ini, Jungkook tak pernah merasakan sakit di bagian dadanya separah ini. Ia merasa seperti ditikam oleh benda tajam sampai menembus punggungnya, “Kau sudah makan? Apa kau tidur dengan nyenyak?” Jaerin menggeleng lagi.
“Kau selalu menggangguku selama seminggu ini, aku jadi tidak bisa makan dan tidur karena terus mencemaskanmu. Tapi kita bisa makan bersama setelah ini, kajja!” Jaerin menggenggam salah satu tangan Jungkook, berniat mengajaknya masuk namun Jungkook bergeming dan tetap berdiri di tempatnya.
Saat Jaerin berbalik, ia dapati seorang wanita cantik berambut pendek dengan balutan baju berwarna merah berdiri di sisi Jungkook dengan seorang bayi laki-laki yang berada dalam gendongan depan, bayi itu menatap Jaerin sambil mengulurkan kedua tangannya.
Ia membeku.
Tidak.
Itu pasti bukan.
“Ini Kim Yeri, istriku .... Dan bocah ini, Hyunki, putraku.”
Jaerin masih terdiam, genggamamnya pada tangan Jungkook sontak telepas begitu pula dengan cangkir yang sedari tadi ia genggam.
Pyaaarrr...
Benda itu jatuh berserakan di lantai dan menghiasi sekitar kaki Jaerin. Apa ini? Ini bukan hari ulang tahunnya sampai Jungkook harus memberinya kejutan seperti ini
Ini juga bukan tanggal 1 april sampai Jungkook harus memberikan lelucon menyakitkan seperti ini pada Jaerin, kan? Wanita itu terkekeh pelan sekalipun air matanya menetes begitu derasnya, kenapa semuanya terlihat sangat buram?
Kenapa bayi kecil itu terlihat begitu menakutkan bagi Jaerin? Kenapa Jungkook masih diam saja? Seseorang, tolong bangunkan Jaerin dari mimpi ini.
“Kami baru saja menikah, 2 hari lalu di Jepang. Dan ... Sebenarnya, aku sudah berhubungan dengannya sejak 3 tahun yang lalu.” []
Ken ga tau ini ngefeel kah?
Tell me ya 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmatic Husband
Fiksi Penggemar[SUDAH DIBUKUKAN] *** E-book tersedia, bisa dibeli kapan saja *** Lee Jaerin ; gadis 19 tahun yang dipaksa menikah dengan pengusaha kaya raya. Kehidupan Jaerin sudah hancur dan kacau sejak awal, lantas ia pun tak bisa memungkiri kalau kehadiran pri...