9% | ILY

5.3K 594 153
                                        

I Love You?
Or
I Leave You?

.
.
.

Dalam ruangan gelap itu, lebih tepatnya di kamar Jungkook, Jaerin duduk di atas ranjang sang pria saat setelah pria itu meninggalkannya di sana dan memintanya untuk mengganti pakaiannya yang basah. Bayangan kelam itu berhasil menyambangi kepala Jaerin, masa-masa kelamnya saat beberapa pria berhasil melecehkannya dengan menyentuh bagian privasi Jaerin, memperlakukan Jaerin yang polos dulu seperti seorang jalang sebab Ibunya adalah pekerja sex.

Haruskah Jaerin merasakannya lagi? Merasakan depresi saat ia rasa bahwa ia hampir sembuh dari semua ketakutan itu? Percayalah bahwa Jaerin pun ingin hidup seperti manusia pada umumnya, merasakan ketenangan dalam hidupnya tanpa tekanan dari siapapun.

Detik berikutnya, gadis itu kembali terisak dengan memeluk kedua lututnya, mencoba meyakinkan dirinya untuk entah keberapa kalinya, ia yakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan baik-baik saja setelah ini.

Jaerin terus terisak pilu dalam ruangan yang hanya berhiaskan cahaya lampu tidur itu, bahkan mengabaikan Jungkook yang sudah duduk di sisi ranjang, memperhatikannya yang sedang menangis.

“Kenapa belum tidur, hm?” tanya Jungkook lembut yang berhasil membuat Jaerin menegakkan kepalanya, “Hiks ... J-Jungkook ... Aku takut.”

Pria itu tersenyum lembut lantas meraih tubuh Jaerin, mendekat kemudian memeluk wanitanya erat. Jaerin menumpahkan air matanya di sana, dekapan Jungkook terasa begitu hangat dari yang sebelum-sebelumnya, ia mengakui itu sebab Jungkook mendekapnya lembut dan mengelus punggungnya pelan, “Tidak perlu takutkan apapun. Aku tidak akan biarkan siapapun menyakitimu karena kau tau Jaerin? Di dunia ini, akulah satu-satunya orang yang boleh menyakitimu. Jadi ... Sebisa mungkin, akan kubuat mereka yang menyakitimu dihukum berat. Sekarang tidurlah, kau demam,” putus Jungkook namun tak berhasil menenangkan keadaan hati Jaerin.

Ia masih ketakutan dan memilih menggeleng pelan serta menenggelamkan wajahnya di dada bidang prianya, “Apa yang kau inginkan agar lebih tenang?” tanya Jungkook yang berhasil membuat Jaerin mendongak menatap wajah prianya.

“Peluk aku sampai besok pagi, saat aku bangun. Berjanjilah jika kau akan jadi satu-satunya orang yang kulihat pertama kali. Aku takut kalau dia—”

Sssstttt ... Aku tau kita akan baik-baik saja, Jaerin. Sekarang berbaringlah, kita tidur.” Jungkook menuntun wanitanya berbaring lantas menarik selimut untuk menutupi tubuh istrinya sebelum ia bergabung di dalamnya, saling berhadapan dan memeluk wanitanya erat guna memberi kehangatan di tengah hatinya yang membeku.

Jungkook menggunakan tangan kirinya untuk mengelus punggung Jaerin pelan, mencoba untuk memberi kenyamanan pada sang wanita agar tertidur sebab Jungkook bisa merasakan kalau suhu tubuh Jaerin meningkat. Wanita kesayangannya itu demam.

“Jungkook- aah, apa kau senang?” Pertanyaan yang keluar dari bibir Jaerin malah membuat Jungkook menautkan alisnya bingung, “Maksudmu?” tanya Jungkook.

“Apa memiliki banyak teman itu menyenangkan?” Jungkook terkekeh pelan lantas menempelkan pipinya pada kening hangat Jaerin.

“Aku hanya memiliki Jin, Yoongi, dan Taehyung sebagai temanku, Jaerin dan itu tidak banyak. Jin hyeong yang memiliki usaha properti sering kujadikan tempat curhat, begitu juga Yoongi hyeong yang seorang pengusaha alat musik, dan ya ... Karena Taehyung adalah pemilik salah satu club malam terbesar di Korea dan beberapa cabang, dia jadi sering mengirimku berbagai jenis minuman beralkohol yang beberapa hari lalu berhasil mengubahmu dari gadis polos yang manis menjadi si buas dan menggairahkan. Aku lebih menyebutnya simbiosis dari pada pertemanan, simbiosis mutualisme karena kami saling menguntungkan.” Jaerin terkekeh pelan lalu menepuk dada Jungkook dengan tangan lemahnya.

Enigmatic HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang