1% | How It Start?

9.7K 764 36
                                    

Jaerin yakin, bahwa Tuhan memiliki rencana untuk setiap kehidupannya. Kenapa ia dilahirkan? Untuk apa ia menapak bumi? Untuk apa eksistensinya di dunia? Ia yakin betul bahwa Tuhan memiliki rencana tersendiri untuknya. Sekalipun banyak cemoohan yang mengatakan jika Jaerin tak lebih dari anak haram.

.
.
.

Gadis itu melangkah pelan, hari yang melelahkan seperti biasanya kembali ia rasakan, langit yang sedari tadi melingkupinya kini berubah mendung, agaknya mereka mengerti bagaimana keadaan hati Jaerin saat ini. Ia tersenyum miris saat kedua kakinya berhasil menapaki halaman luas kediaman mewah Ayahnya.

Terdengar miris, Jaerin memiliki seorang Ayah kaya raya, salah satu kaki tangan dari boss besar pemilik perusahaan parfum ternama. Lantas malangnya, Jaerin masih harus membanting tulang untuk dirinya sendiri, bukan karena Ayahnya tak memberi Jaerin uang yang cukup, sebaliknya ... Jaerin akan mendapat banyak harta Ayahnya setiap harinya namun tidak untuk secuil kasih sayang.

Lupakan kata hangat yang akan terlontar saat Jaerin menginjakkan kakinya sepulang kuliah dan bekerja paruh waktu, setiap kata manis yang selalu Jaerin damba hanyalah ilusi, gadis itu hanya akan menangkap suara gaduh pertengkaran kedua orang tuanya. Lantunan wajib yang akan selalu ia dengar acap kali dirinya merebahkan diri di atas ranjang empuknya. Semuanya bermula sejak Jaerin kecil, ia tak pernah dapatkan kasih sayang bahkan cinta, bahkan kerap kali Ayahnya berujar kalau Jaerin bukanlah putrinya, ia itu anak haram! Pembawa sial! Dan lagi ... Yang paling berbekas dalam hati kecilnya saat sang Ayah mengatakan kalau Jaerin adalah hasil dari sperma para pria hidung belang yang selalu meniduri Ibunya setiap waktu.

Awalnya Jaerin tak mengerti maksudnya, namun lama kelamaam, sang Ibu membuka suara, ia tau ... Ibunya adalah seorang pekerja sex komersial. Miris, Jaerin sakit, hancur, jadi benarkan? Ia bukanlah darah daging Ayahnya ... Tapi, pantaskah dunia memperlakukannya sekejam ini?

Ibunya yang seorang pelacur, lalu haruskah Jaerin yang menerima semuanya? Bahkan kalau Jaerin bisa ia akan berteriak, meminta pada Tuhan untuk tak dilahirkan dari rahim seorang jalang. Namun Jaerin bisa apa? Garis takdir sudah tertulis, saat ini ... Tugas Jaerin hanya menerimanya dan memperbaiki apa yang masih bisa diperbaiki. Sebab ia percaya, apa yang sudah hilang tak akan bisa dikembalikan.

Eomma, Jaerin pulang!” seru gadis Lee itu melangkah pelan memasuki mansion mewah milik sang Ayah. Oh, bisakah Jaerin menyebutnya Ayah? Bahkan Jaerin tak tau, pria itu benar-benar Ayahnya atau bukan.

Ia melangkah lebih dalam, setelah meletakkan tasnya asal-asalan di sofa, Jaerin mencoba menemukan sang Ibu yang biasanya selalu menyambutnya dengan pelukan hangat. Ia langkahkan tungkainya menuju lantai 2, tepat dimana kamar Ibunya berada. Lantas menjatuhkan ketukan 2 kali pada daun pintu dengan bibirnya yang terus melantunkan nama Ibunya.

“Apa Eomma tidur?” tanyanya sekali lagi, mungkin saja Ibunya tidur. Ayahnya itu terlalu gila pekerjaan hingga jarang pulang dan meninggalkan Jaerin bersama Ibunya di rumah sebesar itu.

Gadis manis itu kembali mengetuk pintu, merasa usahanya sia-sia ia lantas memotek gagang pintu. Tak terkunci sebab pintu itu langsung bergerak. Ia mendorongnya pelan, membuka pintu selebar mungkin untuk mendapati eksistensi sang Ibu namun ketika pintu itu benar-benar terbuka, tubuh Jaerin seakan mati rasa, ia membeku, kedua kakinya seakan dipaku hingga tak bisa bergerak pun pandangannya yang mengabur karena air mata.

Ibunya.

Tengah tergeletak tak sadarkan diri dengan sebilah pisau dapur teronggok penuh darah di sampingnya. Tubuh seputih susu Ibunya berubah pucat disertai hiasan lautan darah yang keluar dadi bagian lehernya yang tergores cukup dalam. Mendadak Jaerin menjadi linglung, mendadak bingung bagaimana harus bersikap, ia menyeret langkahnya pelan, mendekati tubuh yang terkulai di lantai itu guna memastikan.

Jaerin, dengarkan Eomma. Apapun yang terjadi, jangan pernah menyalahkan takdir, nak. Ini bukan salahmu.

Tidak perlu takut, Eomma akan jadi orang nomor 1 yang akan selalu memasang badan untuk Jaerin.


Eomma menyayangimu, sebisa mungkin ... Tolong sayangi Ayahmu seperti Jaerin menyayangi Eomma.


Maafkan Eomma Jaerin, tapi ... Pria yang selama ini kau panggil Ayah bukanlah Ayah kandungmu.


Jaerin kembali hancur hari ini, satu-satunya orang yang bisa membuatnya menemukan alasan untuk tetap hidup kini telah pergi, tidak ... Itu bukan untuk sementara namun untuk selamanya. Sebab Jaerin sendiri juga masih tak percaya, bahwa hari itu ... Adalah hari terakhirnya bisa mendekap tubuh Ibunya.

•••

Jaerin tertunduk lesu, ia berlutut di depan foto besar Ibunya. Wanita itu tetap cantik di dalam frame besar itu, perlahan gadis 19 tahun itu tersenyum miris, bagaimana Ibunya bisa sebahagia itu saat setelah meninggalkan Jaerin sendirian. Mencoba menampik segala kenyataan pahit, Jaerin terus berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Namun Jaerin paham dan tau betul, ia tak akan baik-baik saja. Ia akan kembali dihancurkan ... Baik oleh Ayahnya atau pun oleh orang-orang disekitarnya yang selalu mempermasalahkan masa lalu Ibunya. Gadis itu mengusap air matanya kasar, jika Ibunya saja bisa bahagia saat meninggalkannya, Jaerin pikir, kenapa ia tak bisa bahagia saat Ibunya pergi? Tak ada gunanya menangis, toh tak akan ada yang perduli, “Eomma senang? Inikah yang Eomma inginkan selama ini? Meninggalkanku sendiri di tengah orang-orang jahat itu?” Jaerin tersenyum miris lantas menarik nafas yang terasa begitu berat dan menghimpit dadanya.

“Mana janjimu yang mengatakan kalau kau akan menemaniku melewati semuanya? Kau tau aku sudah mengalami ini semenjak sekolah dasar, mereka bilang aku anak haram! Pembawa sial! Jalang sepertimu! Dan juga tidak memiliki Ayah yang jelas! Kau bilang semuanya akan baik-baik saja selama kita bersama! Tapi apa? Kau malah meninggalkanku lebih dulu! Hei!! Apa kau senang melihat putrimu jadi bahan olok-olokan?! Kau senang?! Katakan padaku Kang Sujeong! Katakan pada putrimu ini kalau kau memang menginginkan aku untuk mati secara perlahan di neraka ini!”

Lantas tubuh Jaerin ambruk bersujud, ia menangis keras dengan tubuh bergetar hebat. Rasa sakitnya lebih mendominasi kali ini. Jika biasanya Jaerin akan abai dan mengacuhkan setiap cemoohan orang bumi, kali ini Ibunya berhasil mencetak luka begitu besar pada sisi hati Jaerin. Ia pergi ... Bahkan sebelum Jaerin sempat memeluknya untuk yang terakhir kalinya.

Hiks ... Hiks ... Eomma ... Hiks ... Bagaimana aku bisa hidup setelah ini? Hiks ... Tidak ada yang menginginkanku ... Hiks ... Bahkan Appa sekalipun ... Hiks ... Biarkan aku ikut bersamamu ... Hiks ... Aku tidak mau ada di sini, Eomma ... Hiks ... Aku ingin—”

“Tidak ada gunanya kau menyesali semua ini.” Suara itu muncul, tepat di sisi Jaerin berikut sepasang lengan bertengger manis di kedua sisi bahu Jaerin.

Membuat gadis berparas manis itu menolehkan kepalanya, sedikit memicingkan matanya untuk menatapi pria yang berlutut di sampingnya itu, “Siapa kau?” ujar Jaerin parau dan begitu lelah.

Pria itu begitu dingin menatap Jaerin, ia ingat tak pernah memiliki teman seperti pria itu, ia juga yakin betul bahwa Ayahnya tak memiliki rekan bisnis semuda itu. Tapi, jawaban yang keluar dari bibir pria tampan bak pangeran itu berhasil membuat dada Jaerin sesak, “Aku, Jeon Jungkook. Calon suamimu.” Detik berikutnya, kenyataan seakan menamparnya keras, tubuh Jaerin jatuh dalam dekapan pria itu lantas pandangannya yang berubah gelap. Ia tak sadarkan diri.[]














Haloooo gimana nih prolognya? 💃
Tertarik buat lanjutin? 😁

So ikutin terus yaaaa 💜

Enigmatic HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang