☁️01. Aldi Bramant

34 4 0
                                    

Disamping gundukan tanah yang masih basah tersebut seorang remaja laki-laki memakai pakaian serba hitam menatap nanar batu nisan yang bertuliskan Ratna Bramant.
Tak sepenuhnya hatinya merasa sedih dan kehilangan atas meninggalnya Ratna Bramant selaku ibu kandungnya. Entah mengapa ia sudah siap hal ini akan terjadi sewaktu-waktu. Dengan mudah remaja itu merelakan satu-satunya keluarga yang ia punya kembali kerumah Tuhan.
Setelah dirasa cukup lama ia  berada disana ia memutuskan tuk kembali kerumahnya sebelum pergi ia mengucap doa sekali ia menyentuh nisan tersebut lalu ia usap pelan.

Ia berdiri dan segera meninggalkan pemakaman. Dalam perjalanan pulang dengan sepeda motornya ia mengingat kejadian beberapa hari lalu sebelum sang ibunda menutup matanya, Ia sempat berpesan pada sang putra.

"Kalau dia masih hidup, minta hartanya! Namanya Tony Bramant."ujar sang ibunda disela-sela dokter memeriksanya.

"Maksudnya?"tanya sang putra tak mengerti apa yang dimaksud sang ibunda.

"Pakai dong otakmu buat mikir!"kesal Ratna

"Oh jadi Ibu minta aku nyari Tony Bramant terus ambil hartanya? Iya?"tanya putranya dengan sarkas.

"Yaiyalah! Kamu itu harusnya balas budi sama ibu yang udah besarin kamu sendirian!"

"Maaf tapi Aldi gak kayak ibu, Aldi gak mau."jawab sang putra lalu mengalihkan pandangan.

"Ya terserah kalau ibumu ini mati silahkan hidup sendiri!"kesal Ratna lalu tak lama dokter membawanya keluar ruang rawat inap untuk operasi.

Tak perlu sakit hati sang ibunda mengatakan hal buruk padanya, remaja itu sudah tahan banting. Sejak kecil ia selalu mendapat pukulan dan kata-kata yang tak sepantasnya diucapkan ibu pada anak.
Walau begitu, anak tersebut justru memiliki hati yang sangat mencintai ibundanya dan melupakan kejadian-kejadian buruk yang menimpanya sewaktu kecil.  Memahami bagaimana sang ibunda bekerja setiap malam untuk dirinya. Tak perlu ditanya lagi ia sangat mencintai Ratna Bramant. Walau ia tak pernah menyatakan dan menunjukan rasa sayangnya.

Namanya ALDI BRAMANT
Usianya memasuki 18 tahun beberapa bulan kedepan.


Kini Aldi duduk dibangku SMA tingkat akhir.  Aldi tumbuh dengan baik, tubuhnya tinggi jangkung dan sedikit berisi. Wajahnya tampan dengan pupil mata cokelat penuh. Dia terkenal sangat dingin dan tak banyak bicara. Tak sedikit pula yang membencinya karena orang-orang mengira Aldi adalah tipe orang yang sombong.

Suara motor besar yang dikendarai memenuhi jalanan kosong dengan dedaunan kering dipinggir jalan.
Motor itu berhenti dipekarangan rumah yang sedikit kotor. Kacanya berdebu tak pernah di lap. Lantainya penuh dengan tanah cokelat yang mengering.
Si pengendara masuk kedalam rumah tersebut. Lalu duduk disofa empuk berwarna merah.

"Nanti Aldi cari  yang ibu mau,"gumamnya lalu terlelap dalam tidur siang yang panjang.

🌧🌧🌧

Pagi menyerubungi bumi tempat dimana ia singgah. Sinar matahari mulai masuk melalui celah-celah pintu dan jendela yang tak sepenuhnya tertutup tirai.
Aldi menggeliat dan menyadari keadaannya yang tidur di sofa. Ia masuk kedalam kamar dan bersiap pergi kesekolah.

[ALDI'S POV]

Gue gak peduli apapun disekitar gue. Prinsip gue hidup gue milik gue. Gak ada yang perlu ikut campur dalam setiap waktu gue. Kecuali gue yang memilih orang itu.

Masuk area sekolah gue parkirin motor hadiah ulang tahun ke-17 dari Ibu gue. Dan mata gue nangkap sosok yang belakangan ini mencari perhatian dari gue.

Sejak kecil gue gak pernah punya temen deket atau yang biasa disebut sahabat. Karena itu merepotkan.
Sama seperti saat ini ada cewek kecentilan yang setiap hari ngikutin gue. Mulai dari nunggu diparkiran dan jalan disamping gue buat masuk kekelas. Iya, dia sekelas sama gue.

ALDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang