Part 1

5.9K 151 19
                                    

Author pov

Arina terbangun dari tidurnya karena sayup-sayup mendengar suara adzan dari Mesjid yang terletak tak jauh dari rumahnya. Ia bergegas kekamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu, kemudian melaksanakan ibadah sholat subuh yang telah menjadi kewajiban bagi umat Islam.

Ibnu Hajar mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebgaimana disebutkan dalam firman Allah :

"Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas" (QS.At Taubah : 54). Akan tetapi, sholat isya dan sholat subuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya. Karena sholat Isya adalah waktu bersitirahat, sedangkan waktu subuh adalah waktu nikmatnya tidur. (Fathul Bari,2 :141).

Setelah sholat dan membersihkan kamarnya Arinapun bersiap-siap berangkat ke Kampusnya.


🍃🍃🌺🌺🌺🍃🍃

Saat tiba di ruang makan.
"Pagi Ayah, bunda." Ucap Arina dengan riang, kemudian ia duduk di samping ayahnya.

"Arina, bentar kamu pulangnya jam berapa?" tanya bunda Rita.

" Kayaknya agak sorean deh bun sekitar jam 5, soalnya hari ini matakuliahku banyak." Jelas Arina yang diangguki oleh bundanya.

"Kalo udah selesai cepet pulang yah, soalnya ada yang mau berkunjung." Ucap bunda Rita sambil menyiapkan sarapan.

"Emangnya siapa yang mau datang bun?" Tanya Arina setelah minum susu kesukaan buatan bundanya.

"Itu teman lama bunda mau datang kesini dan bicarain tentang perjodohan kamu dan anaknya." Kata bunda Rita dengan santai.

"APA!" aku nggak salah dengar nih bun aku mau di jodohin?" Aku masih masih muda bun,masih pengen fokus kuliah." Protes Arina

"Nggak ada penolakan." Tegas ayah Haris yang membuat Arina seketika langsung bungkam tak bisa berkutik.

"Ya udah deh kalo gitu aku berangkat dulu udah jam tujuh nih setengah jam lagi aku udah masuk, Assalamualaikum." Salam Arina setelah mencium punggung tangan orangtuanya.

🍃🍃🌺🌺🌺🍃🍃

D

i perjalanan menuju kampus, Arina terus memikirkan masalah perjodohannya.

"Bagaimana ini aku mau di jodohin, gimana kalo orang itu tua, jelek, gemuk, atau galak."

"Ya Allah." Gimana caranya aku bisa hidup bahagia nantinya kalo aku bakalan nikah sama orang yang enggak aku kenal sama sekali, seharusnyakan orang kalo pengen nikah saling cinta paling enggak kenal lah supaya rumah tangganya bisa SAMAWA, nggak hancur berantakan. Lagian apasih motivasi bunda pengen banget nikahin aku padahal kan usia aku baru duapuluh tahun masih muda banget, atau mungkin mereka pengen cepat-cepat gendong cucu, bisa jadi sih, secara akukan anak tunggal." kata Arina berdialog dengan dirinya sendiri.

🍃🍃🌺🌺🌺🍃🍃


Di depan gerbang kampus, Arina yang sedang kalut dengan pemikirannya tidak memperhatikan jalan dan...

"Chiitttt!" bunyi ban mobil yang bergesekan dengan aspal terdengar begitu nyaring.

"Astagfirullah," Arina yang kaget hanya bisa mengelus dadanya berharap dengan mengelus dadanya dapat menghilangkan rasa kaget yang di alaminya.

"Maaf saya nggak sengaja."
Arina pun langsung mendongak dan menatap pemilik suara bas itu, sesaat ia bertemu pandang dengan lelaki yang hampir menabraknya namun cepat-cepat ia menundukkan pandangannya dan beristigfar karena merasa telah melakukan zina mata.
"Iya nggak nggak papa, tapi lain kali hati-hati dong saya hampir aja ketabrak nih." Balas Arina dengan nada juteknya.

My Handsome Lecturer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang