8. Pernikahan? (II)

729 97 18
                                    

Sakura mendapati bahwa kini dirinya sudah berada di dalam sebuah kereta kuda yang melaju. Entah bagaimana ia sama sekali tidak sadar saat Sasuke menuntunnya menuju kereta kuda yang sudah menanti di bagian belakang mansion. Rasa panik kini mulai menyelimuti dirinya. Ia hendak meraih pintu kereta namun dengan cepat Sasuke menangkap tangannya.

“Menurutmu kau hendak pergi ke mana? Kereta ini sedang bergerak.”

“Kita akan pergi ke mana?”

“Sepertinya kita akan pergi ke rumah Sai.”

“Mansion Senju?”

“Bukan, tapi ke salah satu rumah pribadinya yang berada di tanah Uchiha. Saat ini tanah Uchiha lebih aman dari apa pun.”

“Mengapa aku harus ikut pergi ke sana? Saradaー” napas Sakura tercekat. “Aku harus kembali! Kita meninggalkan Sarada di sana!”

“Kita meninggalkan Sarada di tempat yang jauh lebih aman lagi, karena di sana ada Kak Itachi dan yang lainnya.” Sasuke mengusap pergelangan tangan Sakura dengan lembut. “Tenanglah. Kami membutuhkanmu bersama kami karena Ino harus didampingi seseorang. Kau adalah tunanganku, sementara Ino dan Sai belum memiliki ikatan resmi.”

Saat itulah Sakura baru mengamati Ino dan Sai untuk pertama kalinya sejak mereka meninggalkan mansion Hyuga. Kedua pipinya sontak merona melihat pemandangan di hadapannya. Ino berada di pangkuan Sai dan pria itu mendekapnya. Posisi tersebut tampak terlalu intim bagi dua orang yang tidak menikah.

“Maaf karena telah mengejutkanmu, Sakura.” Sai menatap ke arah Sakura seraya tersenyum tipis. “Kau pasti sangat bertanya-tanya apa yang sedang terjadi saat ini.”

“Tentu saja. Kami tiba-tiba berhadapan dengan seorang penyusup lalu setelah itu kau menyatakan bahwa kau dan Ino harus menikah.” kedua pipi Sakura memerah.

“Seharusnya kau melakukan itu sejak lama.” celetuk Sasuke.

Sai menggeleng. “Ku pikir saat itu lebih baik membiarkan semuanya berjalan dengan apa adanya. Aku tidak menduga bahwa mereka akan mencoba untuk menyerangnya sekarang.”

“Mereka?” ulang Sakura bingung. Namun Sai hanya tersenyum padanya.

Kereta kuda melambat lalu berhenti. Seorang pelayan laki-laki membuka pintu dan menahannya tetap terbuka. Dengan masih menggendong Ino, Sai pun turun dari kereta. Sasuke keluar lebih dulu sebelum membantu Sakura turun.

Sakura memandangi sebuah rumah berukuran cukup besar yang dikelilingi oleh dinding batu tinggi. Desainnya mewah dan elegan. Rumah itu tidak menunjukkan ciri-ciri dari klan bangsawan manapun. Benar-benar cocok sebagai rumah pribadi seseorang yang bersifat sangat tertutup.

Mereka mengikuti Sai yang mendekat ke pintu depan. Dua pelayan wanita tampak berdiri di samping pintu yang terbuka untuk menyambut mereka. Sai mengatakan sesuatu pada kedua pelayan itu yang tidak diperhatikan oleh Sakura karena ia sedang sibuk mengagumi rumah tersebut.

“Apa kau menyukai rumah seperti ini?” tanya Sasuke.

“Ini rumah yang indah, tentu saja aku menyukainya. Tapi menurutku istana Uchiha lebih indah.” Sakura tersenyum lebar. “Bagiku semua rumah pasti indah. Apalagi jika itu milik sendiri.”

“Kau bisa memiliki rumahmu sendiri. Setelah menikah, aku akan membangun rumah yang kau sukai di luar istana Uchiha.”

Sakura berhenti tersenyum dan segera menoleh ke arah Sasuke yang sedang memandanginya. Ia dapat merasakan tatapan hangat pria itu kepadanya. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang saat ini. Ia pun kembali tersenyum, namun kali ini untuk pria itu. “Terimakasih.”

R E D  E C L I P S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang