Prolog

5.8K 436 24
                                    

Enam tahun yang lalu

Uap panas mengepul dari mulutnya. Sasuke mencoba berbagai cara agar orang itu hidup. Tapi terlambat, darah sudah melumuri salju dan membentuk seperti genangan. Salju itu mencair. Salju selalu cepat mencair pada bulan februari. Hal itu membuat ujung celana panjangnya basah. Bukan hanya karena salju yang mencair, tapi juga karena darah.

"Ku mohon... ku mohon..."

Ia tidak bisa memikirkan apa-apa. Orang-orang tidak berlalu lalang di tempat itu. Sudah sangat larut untuk berkeliling di luar rumah. Apalagi tempat ia berada saat ini adalah sebuah desa kecil yang pada siang hari pun akan terasa sepinya. Sasuke tidak bisa meminta tolong. Kakinya terasa kaku. Ia tidak bisa meninggalkan orang itu sendirian di sini.

Sasuke mengepalkan tangannya, menahan amarahnya. Orang itu sudah tidak bernapas. Darahnya menjadi tanda bahwa ia telah kehilangannya. Rasa dingin yang menusuk sama sekali tidak mengusiknya. Sasuke memejamkan matanya yang terasa panas. Ia memikirkan jika seandainya dirinyalah yang mati malam ini.

"Aku pasti akan membalas dendam. Akan ku cari orang yang berencana untuk membunuhku."

Di dalam hatinya, Sasuke bertekad untuk menepatinya. Demi nyawa yang telah hilang akibat dirinya, ia akan melakukannya bagaimana pun caranya. Janji itu ia buat dengan dirinya sendiri. Untuk membalas pengorbanan orang itu dan melindungi keluarga yang di tinggalkan.

ー❀ー

Fugaku menunjukkan gulungan putih besar yang ia letakkan di atas meja. "Pembangunan jembatan ini sudah berjalan empat puluh persen. Jika tidak ada halangan, jembatan ini akan selesai sekiranya dua bulan lagi."

Obito tersenyum lega. "Awalnya aku khawatir kalau pembangunan itu tidak akan lancar, Chichiue. Musim kemarau lalu benar-benar sedikit menyulitkan di sana."

Itachi menoleh pada Sasuke yang duduk di sebelahnya. "Minggu lalu kau datang ke sana untuk menggantikan Chichiue kan, Sasuke? Bagaimana keadaannya di sana?"

Sasuke terdiam dengan sorot mata tajam ke arah meja.

"Chichiue, ku dengar desa itu memiliki banyak pencuri dan perampok." tukas Shisui. "Aku khawatir pembangunan jembatan itu akan memberikan akses luas untuk para perampok dengan menyebrang ke wilayah kita."

"Itu tidak akan terjadi. Aku sudah menambah beberapa penjaga baru di perbatasan—"

"Konoha tetap akan berada dalam kondisi fatal." potong Sasuke tiba-tiba.

Mereka berempat menoleh serempak ke arah Sasuke.

"Ada apa, Sasuke? Kau terlihat tidak senang." tanya Itachi.

"Tentu saja aku tidak senang." Sasuke berdiri dari kursinya. "Lebih baik proyek itu di batalkan. Desa Lembah Bulan menghasilkan banyak pencuri dan perampok yang sewaktu-waktu akan merugikan Konoha."

Obito mengerutkan dahinya. "Apa masalahmu, Sasuke?"

Shisui melipat kedua tangan di depan dada. "Aku memikirkan hal yang sama dengan Sasuke, tapi aku tidak setuju jika proyek itu di batalkan. Kau tahu sendiri berapa kerugian yang kita dapatkan jika proyek itu sampai di batalkan, Sasuke."

"Aku tidak peduli."

"Sasuke." Fugaku memperingatkan Sasuke karena mendengar nada kasar dalam ucapan putra bungsunya tersebut. "Mengapa tiba-tiba kau berubah pikiran? Awal lalu kau sudah setuju dengan proyek itu, jadi mengapa kau seperti ini sekarang?"

Sasuke menahan amarahnya sebisa mungkin. "Karena aku hampir saja mati di desa terkutuk itu!"

Itachi mencoba menyentuh bahu Sasuke namun pria itu menyentaknya menjauh.

R E D  E C L I P S ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang