Happy reading💓
+
-Seorang gadis tampak sedang duduk di halte bus, menunggu ke datangan bus yang entah kapan datang. Sudah hampir 30 menit ia menunggu tapi bus tersebut tak kunjung pula datang. Dari kejauhan seorang pria tengah mengendarai motor ninja dengan kecepatan tinggi.
Basah..yeah pria tersebut mencipratkan air di baju gadis yang tengah menunggu di halte bus, karna kesal ia langsung kelemparkan batu di hadapannya itu.
"Yes kena," seru gadis tersebut siapa lagi yang mampu melakukan hal seperti tadi kalo bukan Vio. Vio langsung mengkat tangannya seolah menunjukan keberhasilan.
Merasa tidak terima pria itu langsung turun karna batu yang di lempar tadi mengenai kepadanya beruntung ia menggunakan helm jika tidak entahlah apa yang akan terjadi.
Pria itu berjalan menghampir Vio gadis yang tengah tersenyum licik di hadapannya.
"Oh lo yang buat baju gue basah, dasar ketos gesrek," ujar Vio yang merasa tak terima.
Mendengar perkataan Vio tadi Devano menaikan sebelah alis, karna binggung dengan ucapan Vio.
"Basah, emang lo gue mandiin?" jawab Devano yang tak kalah kesal.
"Asal lo tau yah! baju gue basah karna cipratan motor jelek lo ituuu!!!". Vio langsung berjalan menuju kubangan air yang berada sangat dekat dengan Devano.
Ia pun bersiap untuk berloncat agar air di kubangan tersebut membasahi baju Devano.Byurr...
Air itu pun pas dengan sasaran Vio. Mata devano melotot, wajah ia pu menampilkan gorila yang ingin memakan mangsa. Kali ini sudah cukup Vio harus bertanggung jawab. Devano langsung memegang tangan Vio memaksa Vio untuk naik ke atas motor.
"Lo harus ikut gue! kalo gak. Lo enggak akan pernah sampe rumah dengan selamat!" ancam Devano tangan ia masih menggenggam tangan Vio sangat erat.
"Kalo gue kabur enggak bisa tangan ia pake megang tangan gue lagi mana kenceng banget sial!" gumam Vio.
"Ok ok gue nurut kali ini!"
======
Akhirnya mereka sampai di sebuah apartemen besar, ini apartemen Devano hadiah dari bunda Elsa untuknya. Jika ia tak berniat untuk pulang ia lebih memilih untuk ke sini."Masuk." Vio pun mengekori Devano.
"Lo enggak akan macem-macem kan?" tuduh Vio yang merasa kawatir pasalnya di sebuah apartemen yang lumayan besar hanya lah Vio dan Devano.
"Najis, enggak nafsu gue," elak Devano lagi pula mengajak Vio ke sini untuk membereskan apartemennya.
Apartemen itu sangat berantakan banyak sekali sampah yang berserakan, tempat tidurnya pun sudah bukan berbentuk kasur, dapurnya apa lagi sangat la kotor.
"Ini apartemen apa kandang jin," ucap Vio yang terheran di sekolah pria ini sok cool menjadi ketos tapi di luar sangat la buruk.
"Cupu mending lo beresin cepet! semakin lama lo beresin semakin lama lo pulang!" ujar Devano.
Vio pun harus menarik napas dalam-dalam untuk sabar dalam menghadapi ini.
Saat Vio tengah sibuk menyapu tiba-tiba Devano membuka baju, otomatis Vio berteriak."Aaaa," teriak Vio yang terkejut ia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan ia. Sementara Devano malah tertawa menunjukan kebahagiaan.
"Jangan macem-macem sama gue!!" ucap Vio yang bersiap memukul Devano.
"Hha lo gila yah! gue bilang gak nafsu sama yang cupu kaya lo!" jawab Devano yang masih tak mengenakan baju.
"Terus lo ngapain buka baju?" tanya Vio yang memalingkan wajah.
"Baju gue basah itu semua karna lo! ya kali gue pake baju basah," jelas Devano.
"Oh, mending lo pake baju lagi pula kita bukan muhrim," ucap Vio yang merasa sedikit malu.
"Oww jadi lo takut napsu sama perut kotak-kotak gue hah, kenapa lo mau pegang?" ledek Devano yang masih tersenyum jahil. Ia langsung mengambil tangan Vio dan meletakan di perut Devano.
"Haduh sensasi apa ni, Vio inget bukan muhrim!" batin Vio.
Vio langsung mengingkirkan tanganya dari perut sispex milik Devano. Melihat eksperesi Vio membuat semakin Devano tertawa.
Vio pun memilih pergi dari pada ia harus meladeni Devano yang sudah membuat malu.
"Apa ini?" tanya Vio dengan polosnya ia menanyakan sebuah alat kontraspeksi kepada Devano yang tengah bermain game di sofa.
Devano yang tau bahwa Vio yang menemukan itu langsung merampasnya dari tangan Vio.
"Bukan apa-apa mending lo beresin lagi." Devano menghela napas lega beruntung Vio tidak tau benda apa itu, jika tau tamat lah riwatnya.
+++++
Sudah hampir 1 jam, Vio membereskan apartemen yang seperti kandang jin ia menghela napas lega akhirnya semua selesai."Oy, gue udah selesain semua yang lo minta. Sekarang gue mau pulang" pamit Vio kepada Devano yang tengah sibuk memainkan hp.
"Gue anter lo udah mau malem juga. Gue gak mau entarnya di bikin repot gara-gara lo." Devano bangkit dari tidurnya tak lupa juga ia melihat sekeliling yang sudah terlihat rapi.
"Bagus kerja lo," puji Devano.
=====
"Udah berhenti di sini. Itu rumah gue," ucap Vio ia menunjuk ke arah rumah besar itu yang berada di perumahan elit.
"Lo anak orang kaya, tapi gaya lo enggak modis dan lo lebih milih naik bus," ujar Devano yang heran dengan Vio.
"Seterah gue." Ia pun langsung pergi meninggalkan Devano tanpa berterimakasih.
"Dasar cupu."
******
Saat membuka pintu, ibu tiri Vio ternyata sudah menunggu kedatangan Vio dengan raut wajah tidak suka. Sinta ibu tiri Vio langsung menyeret Vio masuk ke kemar Vio.
"Denger yah! anak pembawa masalah. Kamu udah pulang terlambat, bukannya beresin rumah malah enak-enakan main!" ucap Sinta yang mencekrap kedua pipi Vio dengan kuat.
"Saya ada tugas kelompok ma". Vio terpaksa berbohong jika tak berbohong ia bisa habis nantinya.
Sinta pun pergi, mengkunci pintu kamar Vio ia juga tak membolehkan Vio makan malam.
Di sisi lain Vio hanya bisa menangis memandangi foto almarhum mamanya.
"Vio kangen mama," ucap Vio yang memeluk foto alm. Vina air mata terus keluar, sampai semuanya terasa gelap.
-------
Jangan lupa vote😀
Jangan pernah bosan dengan cerita ku. Makasih sudah mau membaca😃
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen FictionFollow sebelum membaca --------- "Kalian harus menikah," ucap Hendra secara tegas. "Hah! menikah!!!" sahut keduanya yang langsung menatap satu sama lain. "Iya menikah." "No! Aku enggak mau!" tolak keduanya secara bersamaan. ====== Start: 28, 12, 20...