Menatap matahari yang sedang bersinar terang, berharap bahwa hati ini akan bisa seterang matahari, bukan sederas hujan yang terus berjatuhan membasahi pipi, membiarkan mata ini sakit. Akan kah kebahagiaan akan datang? untuk mengusir air mata...
♥
♥
~♥~Happy reading♡
~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~~♥~Matahari mulai memancarkan sinar pagi, ayam jantan mulai berbunyi membangunkan seorang gadis yang tengah tertidur lelap.
Vio menatap jam dinding yang menunjukan pukul 05.15 dia langsung menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi untuk Sinta dan Nisa, kebetulan pembantu di rumah Vio sedang pulang kampung, kesempatan ini pula di ambil Sinta untuk menggantikan pembantu yang pulang kampung, Hendra pula sedang ada pekerjaan di luar kota jadi Sinta lah yang berkuasa saat ini.
"Huuuff, cape mana harus nunggu angkot lagi harus berangkat pagi kalo gak bisa telat gue," keluh Vio yang sangat lelah, karna jam masuk sekolah yang sangat cepat SMA Nusa Bangsa adalah SMA yang tertip dan disiplin bila ada murid yang telat meraka harus pulang dengan keterangan alfa.
Tak kerasa sudah 30 menit Vio membereskan rumah yang besarnya hampir seperti istana ini. Setelah selesai ia langsung bersiap-siap untuk ke sekolah, Vio pula memilih berangkat duluan dari pada ia harus bertemu dengan Sinta ujungnya nanti Vio malah di suruh membolos sekolah, untuk mengerjakan pekerjan rumah lebih banyak lagi.
****
Duduk di kursi panjang, menikmati sarapan pagi melihat padatnya Kota Jakarta, iya Vio sengaja membawa bekas masakan yang ia makan tadi ia lebih memilih untuk makan di pinggir jalan. Vio tidak pernah malu walaupun status orang tuanya yang kaya raya.Terlintas mobil sport yang sedikit menurunkan kaca mobil, untuk melihat Vio "Ngapain itu anak makan di pinggir jalan, setau gue dia orang kaya. Ngapain juga gue pikirin," gumam Devano yang kembali melajukan mobilnya.
"Vio, kok lo di sini sih?" tanya Lala yang kebetulan lewat di depan Vio.
"Ehh, eng-gak papa," ucap Vio terbata-bata, jujur saja Vio tidak pernah memberitahu masalahnya kepada orang apa lagi sahabatnya ia melilih diam, buat Vio menceritakan sama saja mengumbar aip keluarganya.
"Biasanya lo di anter papa lo, kok lo malah di sini sih?" tanya Lala sekali lagi, ia tau bahwa sahabatnya itu sedang berbohong.
"Mobil papa gue mogok jadi gue naik angkot aja deh, terus Nisa di mana kok dia gak sama lo?"
"Dia tadi naik taxsi."
"Oh, lo bareng gue aja nanti lo telat lagi," ujar Lala.
++++++
Sesampainya di sekolah Lala terus saja melihat wajah sahabatnya itu, tampak seperti orang yang sedang banyak masalah , mata Vio bengkak dan raut wajahnya sangat lah pucat.
"Vio kalo ada masalah itu cerita jangan di pendem sendiri," tutur Lala.
"Iya pasti La, oh iya gue lupa. Gue harus menuin Devano di ruang osis. Gue duluan yah. Btw makasih tumpangannya," ujar Vio ia berlari menuju ruang osis, dan meninggalkan Lala sendiri.
Tok tok..
"Masuk," teriak seorang Pria.
"Ada apa lo nyuruh gue ke sini?" tanya Vio terang-terangan.
"Ini ruang osiskan kotor banget nih, sekarang lo bersihin sebagai hukuman lo udah ngelawan ketos!" tutur Devano.
"Plis yang lain sumpah gue cape," mohon Vio untuk kali ini badan ia terasa remuk ia memilih untuk mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen FictionFollow sebelum membaca --------- "Kalian harus menikah," ucap Hendra secara tegas. "Hah! menikah!!!" sahut keduanya yang langsung menatap satu sama lain. "Iya menikah." "No! Aku enggak mau!" tolak keduanya secara bersamaan. ====== Start: 28, 12, 20...