Chapter FIVE

1.9K 286 53
                                    

Ketika mendengar mengenai kerusuhan yang terjadi di lokasi pembangunan Rumah Sakit yang dibangun langsung dalam pengarahan kementerian dan ditanggani secara ekslusif oleh Park Jimin, pria itu dengan cepat menuju lokasi pembangunan yang mengalami kendala. Ditambah keadaan beberapa bangunan yang secara mendadak mengalami pemberhentian pengerjaan. Kondisi dari masalah tersebut dalam tahap membutuhkan penanganan intensif.

Jimin sangat yakin dengan seluruh akal sehatnya bahwa beberapa petinggi negara turut ikut campur dalam masalah ini. Terlebih ada beberapa yang melakukan penyerangan secara langsung pada dirinya. Masalahnya hanya satu; membuat dirinya mundur dari jabatan atau membuat dirinya bahkan diturunkan dari jabatan. Baik itu diturunkan secara baik-baik atau paksa, entahlah, dunia politik dengan kemenangan mendapat jabatan besar dan status sosial masih menjadi pokok utama permasalahan dalam kehidupan.

Beberapa media sudah mulai mencari celah untuk bahan berita. Tentunya dengan penjaga pembangunan yang melaporkan mengenai kedatangan para reporter yang mencari informasi secara terus-menerus dan meminta untuk diizinkan masuk, namun sampai sekarang hanya harapan nihil yang didapatkan bagi para reporter.

Park Jimin tidak memberikan izin. Biarlah mereka bekerja keras untuk berjuang dalam pekerjaannya. Mencari uang susah bukan?

Jimin disambut oleh kepala penanggung-jawab proyek yang dikawal dengan tim akasia serta tim aster. Hal itu disarankan Hoseok karena lokasi proyek yang tidak stabil dan takutnya ada rencana yang tidak terduga kepada Perdana Menteri.

Pagi ini Jimin datang dengan Menteri Kesehatan yang ikut meninjau permasalah bersama dan beruntungnya Jiwon berada di kubu dirinya. Memang dalam politik hal itu perlukan? Mencari dan menangkap pengikutmu agar menjadi lebih kuat dalam mengambil suatu tindakan nantinya.

Kepala penanggung jawab beserta mandor proyek membungkuk sopan kepada Jimin dan Menteri Jiwon. Keduanya tersenyum sendu saat akan memulai pembicaraan yang dilakukan di salah satu ruang kerja layak pakai.

"Tidak bisa dipungkiri jika hal ini benar-benar terjadi, padahal sebelumnya hal ini sudah di prediksi sebelum pembangunan dilaksanakan tetapi kita tetap saja mengalami kendala." Tuan Lee sebagai Kepala penanggung-jawab hanya mendesah frustasi dan mengeluhkan kondisi kepada Jimin.

"Bagaimana kejadian awalnya Tuan Lee?"

Tuan Lee membenarkan letak coat hitamnya yang sedikit menyampir memperlihatkan bobot lemak di bagian perut. Ia adalah pria berumur dengan beberapa rambut yang mulai memutih. Ia mengambil posisi tegak dan menarik napas panjang lalu mulai angkat suara.

"Kejadiannya di hari Rabu sore, kebetulan sekali aku masih berada di lokasi untuk melihat menurunan bahan baku yang sudah dipesan. Lalu tiba-tiba ada dua orang pekerja dari bangunan gedung sebelah kanan..." lalu tangan Tuan Lee menunjuk ke luar jendela menuju gedung tempat awal mula terjadi peristiwa tersebut. "Itu Pak Perdana Menteri. Disana letaknya dibawah dekat pintu masuk. Ada dua pekerja yang memulai provokasi yang kalau saya tidak salah yaitu mengenai ketidakadilan."

Jimin tampak menimang pemikirannya, otaknya bekerja memproses sambil membaca perkembangan pembangunan. "Ketidakadilan maksudnya bagaimana?"

Satu ruangan itu menunggu kelanjutannya, bahkan sekretaris proyek hanya diam tak berani berbicara. Jujur saja bahwa ini akan menyebabkan kemarahan Park Jimin. Apalagi ketika rahang pria itu mulai mengeras ketidak mendengar kata tidak adil.

"Jadi, beberapa minggu belakangan aku mendengar laporan dari pemantau karyawan bahwa ada beberapa karyawan yang protes karena pembagian upah yang tidak merata. Saya pik-"

"Kau menyepelekannya, benar?" Jimin menyela cerita Tuan Lee, ia mulai berdiri dan meletakkan kacamata yang ia pakai. Lalu ia menghadap ke arah Tuan Lee yang sedang menunduk. Darisana Jimin sudah tahu jawabannya.

Prime Minister and CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang