Chapter ONE

5.3K 380 55
                                    

Mendung yang selalu kau hindari kini hadir,
Mendung yang kau hindari kini tumbuh,
namun
Mendung yang kau hindari kini beranjak menjauh semenjak kau tahu,
dia lah penenang sendu dari gelap mendung.

____________________________________

Warning! bxb
.
.
.
[ ]

Awan menghitam mulai nampak menjadi pengakhir hari ini, hari dimana semua kegiatan terasa begitu melelahkan bagi beberapa orang. Tanda-tanda akan turunnya hujan semakin menunjukkan eksistensinya ketika sambaran petir terus terdengar dengan angin kencang yang membuat dedaunan pohon berjatuhan mengotori sekitar tanah.

Pemuda bersurai coklat dengan rambut yang mulai memanjang didekat tengkuk lehernya segera mengeratkan matelnya saat berjalan menembus angin. Udara dingin sore ini membuat suhu Seoul seakan menurun drastis, pria muda itu melangkahkan kakinya dengan cepat agar sampai di apartemen dengan tepat waktu sebelum hujan badai akan turun.

Hujan badai kali ini sepertinya benar-benar akan terjadi seperti yang diberitakan oleh pembaca ramalan cuaca tadi pagi, ramalan cuaca tadi ditayangkan bersamaan dengan berita pagi yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi Korea Selatan.

Sialnya, sang pemilik stasiun televisi tersebut sedang meradang dalam deru angin yang berhembus kencang. Namanya Min Yoongi, pemilik stasiun televisi Mint Television Corporation. Pemilik tunggal setelah ayahnya mangkir dan turun dari jabatan sebagai CEO. Tentu, Min Yoongi adalah pria muda berumur 28 tahun dengan memiliki kulit pucat dengan wajah cantik bak wanita sungguhan.

Ia adalah seorang direktur yang disiplin dan menerapkan tanggung jawab pada setiap pegawainya. Dan Min Yoongi cukup disegani oleh karyawannya sendiri karena sikapnya yang dingin, cuek serta acuh pada keadaan sekitar.

Dan betapa kurang beruntungnya sang direktur berkulit pucat itu sedang berjuang melawan langit yang menghitam hanya dengan berjalan kaki. Ia terus mendesah kecewa akan dirinya yang bodoh karena memutuskan ke kantor tidak membawa mobil. Ia pikir pembaca berita tadi pagi itu akan berkata bualan semata dan lupa jika stasiun televisi nya jelas menolak untuk membohongi pemirsa dengan berita abal-abal.

"Ahh, sial sekali kenapa aku harus terjebak hujan begini. Apa jadinya jika karyawan mencap diriku yang tidak kompeten!"

Min Yoongi memilih meneduh masuk ke sebuah cafe untuk sekedar meneduh dan memesan Americano kesukaannya lalu membayar dengan kartu hitam kesayangannya dan memilih duduk dipojok dekat dengan jendela yang langsung berhadapan dengan pemandangan jalan yang agak senggang karena hujan turun.

"Sialnya Min Yoongi yang bodoh ini!"

Pria itu masih saja mendesah frustasi karena telat datang ke kantor. Jelas predikat disiplin dan tanggung jawab sudah diemban Yoongi semenjak ia menginjak untuk fokus bekerja setelah ia lulus dengan titel magister yang mengendap terselip di nama gelarnya.

"Permisi, ini tuan pesanan anda." Dan tidak lupa Yoongi mengucapkan terimakasih kepada gadis pelayan yang mengantarkan kopinya. Tangannya yang terdapat jam tangan mengangkat cangkir kopi yang masih mengepul lalu meniupnya sebentar dan mulai menyeruput kopi itu perlahan. Bagi orang awam yang tidak menyukai rasa pekat pahit kopi pasti mereka akan menyernyit tidak suka, begitu juga saat pertama kali Yoongi mencoba kopi jenis ini namun setelahnya, lidahnya mulai terbiasa bahkan rasa pahit itu sudah menjadi candu untuk dirinya sendiri.

Prime Minister and CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang